Istilah organisasi secara
etimologi berasal dari bahasa latin organum yang berarti alat bagian, anggota ataupun badan. Sedangkan organize (bahasa inggris) berarti “mengorganisasikan”
yang menunjukan tindakan atau usaha untuk mencapai sesuatu. “Organizing”
(pengorganisasian) menunjukkan sebuah proses untuk mencapai sesuatu.
(Abdulsyani, 1987)
Organisasi selalu diartikan
sebagai berbagai komponen yang disatukan dalam suatu struktur dan sistem kerja
yang terus bergerak seirama dengan sasaran tujuan yang ingin dicapai.
Organisasi tidak dipahami hanya sebatas wadah (tempat) dimana terjadi interaksi
dan aktivitas antar personal (individu), karena organisasi adalah perpaduan
sumber daya manusia yang dikelompokkan berdasarkan struktur, fungsi, kewenangan
dan tanggungjawab. Setiap orang memiliki hak dan kewajiban dan berkepentingan
untuk memajukan organisasi. Untuk menjamin berlangsungnya suatu organisasi,
maka fungsi pengorganisasian mutlak diperhatikan. Untuk menggerakkan sumber
daya yang dimiliki organisasi diperlukan pengorganisasian sehingga menjamin
sinergisitas dan keberlanjutan organisasi. (Rivai, 2010)
Jika dikaitkan dengan pendidikan (organisasi
pendidikan) adalah tempat untuk melakukan aktifitas pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang diinginkan, dan pengorganisasian pendidikan adalah
sebuah proses pembentukan tempat atau sistem dalam rangka melakukan kegiatan
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
(Tabrani, 1992)
Pentingnya
organisasi dalam sekolah dimaksudkan agar proses pendidikan berjalan sesuai
tujuan yang diharapkan. Untuk itu, seluruh komponen pendidikan diarahkan pada
partisipasi aktif guna menunjang tujuan dimaksud. Tujuan pendidikan mengarahkan
perbuatan mendidik. Fungsi ini menunjukkan pentingnya perumusan dan pembatasan
tujuan pendidikan secara jelas. Tanpa tujuan yang jelas, proses pendidikan akan
berjalan tidak efektif dan tidak efisien, bahkan tidak menentu dan salah dalam
menggunakan metode, sehingga tidak mencapai manfaat. Tujuanlah yang menentukan
metode apa yang seharusnya digunakan untuk mencapainya. (Rue, 1996)
Menurut istilah, pengertian organisasi telah banyak
disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya tidak ada perbedaan dalam
prinsipnya, seperti :
1. James D. Mooney
Organization is the form of every human association
for the attainment of common purpose.
2. P. Siagian
Organisasi adalah setiap
bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta
secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah
ditentukan dalam ikatan di mana terdapat seseorang atau beberapa orang yang
disebut atasan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.
3. Prajudi Atmosudirjo
Organisasi adalah struktur
tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok
orang-orang memegang posisi yang bekerja sama secara tertentu untuk
bersama-sama mencapai suatu tujuan tertentu.
4. Stoner (1996)
Mengorganisasikan adalah
proses mempekerjakan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam cara
terstruktur guna mencapai sasaran spesifik atau beberapa sasaran dalam kata
lain, mengalokasikan pekerjaan, wewenang, dan sumber daya di antara anggota
organisasi, sehingga mereka dapat mencapai tujuan.
5. Hasibuan (1990)
Pengorganisasian sebagai
suatu proses untuk menentukan, mengelompokkan tugas, dan pengaturan secara
bersama, aktivitas untuk mencapai tujuan, menentukan orang-orang yang akan
melakukan aktifitas, menetapkan wewenang yang dapat didelegasikan kepada setiap
individu yang akan melaksanakan aktivitas tersebut.
6. Asnawir
Pengorganisasian adalah aktivitas penyusunan,
pembentukan hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan
usaha dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
7. Terry
Pengorganisasian
merupakan kegiatan dasar dari manajemen dilaksnakan untuk mengatur seluruh
sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan dengan sukses.
8. Louis A.
Allen (1960)
Pengorganisasian adalah proses mengatur dan
menghubungankan pekerjaan yang harus dilakukan, sehingga tugas organisasi dapat
diselesaikan secara efektif dan efisien oleh orang-orang.
9. Robbins
(1996)
Organisasi dipandang pula sebagai satuan sosial yang
dikoordinasi secara sadar, yang tersususn atas dua orang atau lebih, yang
berfungsi atas dasar yang relatif terus - menerus untuk mencapai suatu tujuan
atau seperangkat tujuan bersama.
10. Sutarto
(1998)
Organisasi adalah sistem saling berpengaruh antar
orang dalam kelompok yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
(Abdulsyani, 1987)
Dari berbagai pengertian organisasi pendidikan yang
telah dikemukakan, dapat penulis simpulkan bahwa “Organisasi adalah sebuah
sarana, wadah, tempat atau sistem untuk melakukan kegiatan bersama secara
terkoordinasi atau secara rasional yang dirumuskan secara eksplisit, untuk
mencapai tujuan yang diinginkan melalui peraturan dan pembagian kerja serta
melalui hierarki kekuasaan dan tanggung jawab dengan mendayagunakan sumber daya
yang dimiliki”.
2.2. Pengertian Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan fungsi kedua dalam
manajemen dan pengorganisasian. Istilah pengorganisasian mempunyai dua
pengertian umum. Pertama, organisasi diartikan sebagai suatu lembaga
atau kelompok fungsional, misalnya sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah
perkumpulan, badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk kepada proses
pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan diantara
para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif.
(Rivai, 2010)
Dalam konteks
pendidikan, pengorganisasian merupakan salah satu aktivitas manajerial yang
juga menentukan berlangsungnya kegiatan kependidikan sebagaimana yang
diharapkan. Pengorganisasian merupakan aktivitas menyusun dan membentuk
hubungan-hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan
usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkannya. Dalam hal inilah
terletak bagaimana kecakapan kepala sekolah mengorganisasi guru-guru dan
pegawai yang lainnya dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, mengalokasikan sumber daya, serta
mengkoordinasikannya dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan organisasi
sehingga tercipta adanya kerjasama yang harmonis dan lancar. (Sutisna, 1985)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
“Pengorganisasian adalah proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai
dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya, untuk memilih dan
memilah orang-orang (guru dan personel sekolah lainnya) serta mengalokasikan
sarana dan prasarana untuk menunjang tugas orang-orang tersebut dalam rangka
mencapai tujuan sekolah”.
2.3.
Prinsip - Prinsip Pengorganisasian
Sebuah organisasi dalam manajemen
pendidikan akan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan jika
konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain perjalanan organisasi. Adapun
prinsip-prinsip tersebut yaitu:
a. Organisasi itu
mempunyai tujuan yang jelas.
b. Tujuan organisasi
harus dipahami oleh seluruh anggota organisasi.
c. Tujuan organisasi
harus dapat diterima oleh setiap orang dalam organisasi.
d. Adanya kesatuan arah
dari berbagai bagian organisasi.
e. Adanya kesatuan
perintah.
f. Adanya keseimbangan
antara wewenang dan tanggung jawab seseorang dalam melaksanakan tugasnya.
g. Adanya pembagian
tugas yang jelas.
h. Struktur organisasi
harus disusun sesederhana mungkin.
i. Pola dasar
organisasi harus relatif permanen.
j. Adanya jaminan
terhadap jabatan - jabatan dalam organisasi itu.
k. Adanya balas jasa
yang setimpal yang diberikan kepada setiap anggota organisasi.
l. Penempatan orang
yang bekerja dalam organisasi itu hendaknya sesuai dengan kemampuannya. (Tabrani, 1992)
Prinsip - prinsip organisasi banyak dikemukakan oleh
para ahli, salah satunya A.M Williams yang mengemukakan pendapatnya cukup
lengkap dalam bukunya “Organization of Canadian Government Administration”
(1965), bahwa prinsip-prinsip organisasi meliputi :
1. Organisasi
Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas
Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang
ingin dicapai, dengan demikian tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya
tujuan. Misalnya, organisasi Pendidikan sebagai suatu organisasi, mempunyai
tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan Pendidikan yang berkualitas,
dan lain lain.
2. Prinsip Skala Hirarki
Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang
jelas dari pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat
mempertegas dalam pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan
menunjang efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.
3. Prinsip Kesatuan Perintah
Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau
bertanggung jawab kepada seorang atasan saja.
4. Prinsip Pendelegasian
Wewenang
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam
menjalankan pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang
kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin
tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang
dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan
dengan orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih dahulu
kepada atasannya lagi.
5. Prinsip Pertanggungjawaban
Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus
bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasan.
6. Prinsip Pembagian Pekerjaan
Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan
berbagai aktivitas atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal
maka dilakukan pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan
keahlian dari masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas,
akan memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta
menunjang efektivitas jalannya organisasi.
7. Prinsip Rentang Pengendalian
Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus
dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang
kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu
organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup banyak, semakin kompleks rentang
pengendaliannya.
8. Prinsip Fungsional
Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara
fungsional harus jelas tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja,
serta tanggung jawab dari pekerjaannya.
9. Prinsip Pemisahan
Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat
dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain.
10. Prinsip Keseimbangan
Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif
dengan tujuan organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus
sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan
diwujudkan melalui aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang
aktivitasnya sederhana (tidak kompleks) contoh ‘koperasi di suatu desa
terpencil’, struktur organisasinya akan berbeda dengan organisasi koperasi yang
ada di kota besar seperti di Jakarta, Bandung, atau Surabaya.
11. Prinsip Fleksibilitas
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan
perkembangan sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal faktor) dan
juga karena adanya pengaruh di luar organisasi (eksternal faktor), sehingga
organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya.
12. Prinsip Kepemimpinan
Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya
kepemimpinan, atau dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya
karena adanya proses kepemimpinan yang digerakkan oleh pemimpin organisasi
tersebut. (William, 1965)
2.4.
Ciri - Ciri Pengorganisasian
Ciri - ciri pengorganisasian meliputi :
1. Organisasi sebagai suatu sistem,
yaitu adanya seperangkat unsur yang saling bergantung dan berhubungan antara
yang satu dan yang lainnya.
2. Organisasi merupakan struktur, yang
mana mempunyai kadar formalitas, pembagian tugas dan tanggung jawab yang harus
dijalankan oleh anggota kelompok.
3. Adanya perencanaan yang dilakukan
secara sadar berdasarkan rasionalitas dan pedoman-pedoman yang jelas.
4. Adanya koordinasi dan koorprasi yang
baik diantara orang-orang yang bekerja sama, menunjukkan bahwa
tindakan-tindakan orang-orang tersebut berjalan ke arah suatu tanggung jawab
tertentu. (Rue, 1996)
Secara lebih rinci organisasi memiliki ciri - ciri
sebagai berikut :
1.
Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal dan
saling mengenal.
2.
Adanya kegiatan yang berbeda-beda, tetapi satu sama
lain saling berkaitan (interdependent part) yang merupakan kesatuan kegiatan.
3.
Tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau
kontribusinya berupa ; pemikiran, tenaga, dan lain-lain.
4.
Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan.
5.
Adanya tujuan yang ingin dicapai. (Rivai, 2010)
2.5.
Unsur - Unsur Organisasi Dan Pengorganisasian
Unsur pokok dalam perilaku organisasi adalah orang,
struktur, teknologi, dan lingkungan tempat organisasi beroperasi. Apabila
orang-orang bergabung dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan, diperlukan
jenis struktur tertentu. Orang-orang juga menggunakan teknologi untuk membantu
penyelesaian pekerjaan, jadi ada interaksi antara orang, struktur, dan
teknologi. Disamping itu, unsur-unsur tersebut dipengaruhi oleh lingkungan
luar, dan unsur itu juga mempengaruhinya. (Tilaar, 2004)
- Orang
Orang-orang membentuk sistem sosial intern organisasi.
Mereka terdiri dari orang-orang dan kelompok, serta kelompok-kelompok besar,
termasuk juga kelompok kecil. Selain itu ada juga kelompok tidak resmi dan
informal, serta berbagai kelompok yang lebih resmi dan formal. Semua kelompok
itu dinamis. Kelompok “terbentuk”, berubah, dan bercerai berai. Dewasa ini
organisasi manusia tidak sama dengan organisasi yang serupa dimasa lampau, atau
sehari sebelumnya. Orang-orang adalah makhluk hidup yang berjiwa, berpikiran,
dan berperasaan yang menciptakan organisasi untuk mencapai tujuan mereka.
Organisasi dibentuk untuk melayani manusia, dan bukan sebaliknya orang hidup
untuk melayani organisasi.
- Struktur
Struktur menentukan hubungan resmi orang-orang dalam
organisasi. Berbagai pekerjaan yang berbeda diperlukan untuk melakukan semua
aktivitas organisasi. Ada manajer dan pegawai bukan manajer, akuntan, dan
perakit. Orang-orang ini harus dihubungkan dengan cara tertentu yang
terstruktur agar pekerjaan mereka efektif. Semua hubungan ini menimbulkan
berbagai masalah kerjasama, perundingan, dan pengambilan keputusan yang rumit.
- Teknologi
Teknologi menyediakan sumber daya yang digunakan
orang-orang untuk bekerja dan sumber daya itu mempengaruhi tugas yang mereka
lakukan. Mereka tidak dapat menghasilkan banyak hal dengan tangan kosong ; jadi mereka mendirikan bangunan, merancang
mesin, menciptakan proses kerja, dan merakit sumber daya. Teknologi yang
dihasilkan menimbulkan pengaruh signifikan atas hubungan kerja. Lini perakitan
tidak sama dengan laboratorium penelitian, dan pabrik baja tidak memiliki
kondisi kerja yang sama dengan rumah sakit.
- Lingkungan
Semua organisasi beroperasi di dalam lingkungan luar.
Organisasi tidak berdiri sendiri. Ia merupakan bagian dari sistem yang lebih
besar yang memuat banyak unsur lain, seperti pemerintah, keluarga, dan
organisai lainnya. Semua unsur ini saling mempengaruhi dalam suatu sistem yang
rumit yang menjadi corak hidup sekelompok orang. Suatu organisasi, seperti
pabrik atau sekolah, tidak dapat menghindar dari pengaruh lingkungan luar.
Lingkungan luar mempengaruhi sikap orang-orang, mempengaruhi kondisi kerja, dan
menimbulkan persaingan untuk memperoleh sumber daya dan kekuasaan. Oleh sebab
itu, lingkungan luar harus dipertimbangkan untuk menelaah perilaku manusia
dalam organisasi.
- Sudut Pandang Administrasi
Semua orang dalam organisasi berurusan dengan upaya
meningkatkan perilaku organisasi. Guru, tata usaha, kepala sekolah dan yayasan
bekerja dengan orang-orang dan karenanya mempengaruhi kualitas perilaku
kehidupan dalam organisasi. Akan tetapi, para kepala sekolah cenderung memiliki
tanggung jawab lebih besar, karena merekalah yang mengambil keputusan yang
mempengaruhi banyak orang dalam organisasi, dan hampir seluruh aktivitas mereka
sehari-hari berorientasi manusia. Para kepala sekolah sebagai manajer mewakili
sistem administrasi, atau sistem manajemen, dan peranan mereka adalah
mendayagunakan perilaku organisasi pendidikan untuk meningkatkan hubungan orang
dan organisasi. Para manajer berusaha menciptakan iklim yang kondusif untuk
memotivasi orang-orang, bekerja sama secara produktif, dan mejadi orang-orang
yang lebih efektif. (Tilaar, 2004)
Adapun unsur-unsur pengorganisasian meliputi :
1. Manusia, yakni orang-orang yang
bekerja sama, ada pimpinan dan ada yang dipimpin, dan seterusnya.
2. Sasaran, yakni tujuan yang ingin
dicapai.
3. Tempat kedudukan dimana manusia
memainkan peran, wewenang dan
tugasnya.
4. Pekerjaan dan wewenang sesuai dengan
peran dan kedudukannya yang disusun dalam pembagian tugas.
5. Teknologi, yakni berupa hubungan
antara manusia yang satu dengan yang lain sehingga tercipta organisasi.
6. Lingkungan, yakni adanya lingkungan
yang saling mempengaruhi, misalnya ada sistem kerja sama sosial. (Rue, 1996)
2.6.
Jenis - Jenis Organisasi
Pengelompokan jenis organisasi dapat dilakukan dengan
menggunakan kriteria sebagai berikut :
1.
Berdasarkan jumlah orang
yang memegang pucuk pimpinan, yaitu :
Ø
Bentuk tunggal, yaitu pucuk pimpinan berada ditangan satu orang, semua
kekuasaan dan tugas pekerjaan bersumber kepada satu orang.
Ø
Bentuk komisi, pimpinan organisasi merupakan suatu dewan yang terdiri dari
beberapa orang, semua kekuasaan dan tanggung jawab dipikul oleh dewan sebagai
suatu kesatuan.
2.
Berdasarkan lalu lintas
kekuasaan, yaitu :
Ø
Organisasi lini atau bentuk lurus, kekuasaan mengalir dari pucuk pimpinan
organisasi langsung lurus kepada para pejabat yang memimpin unit-unit dalam
organisasi.
Ø
Bentuk lini dan staff, dalam organisasi ini pucuk pimpinan dibantu oleh
staf pimpinan ahli dengan tugas sebagai pembantu pucuk pimpinan dalam
menjalankan roda organisasi.
Ø
Bentuk fungsional, bentuk organisasi dalam kegiatannya dibagi dalam
fungsi-fungsi yang dipimpin oleh seorang ahli dibidangnya, dengan hubungan
kerja lebih bersifat horizontal.
3.
Berdasarkan sifat hubungan
personal, yaitu :
Ø
Organisasi formal, adalah organisasi yang diatur secara resmi, seperti :
organisasi pemerintahan, organisasi yang berbadan hukum.
Ø
Organisasi informal, adalah organisasi yang terbentuk karena hubungan
bersifat pribadi, antara lain kesamaan minat atau hobi, dll.
4.
Berdasarkan tujuan, yaitu :
Ø
Organisasi yang tujuannya mencari keuntungan atau ‘profit oriented’.
Ø
Organisasi sosial atau ‘non profit oriented’.
5.
Berdasarkan kehidupan dalam
masyarakat, yaitu :
Ø Organisasi pendidikan,
Ø Organisasi kesehatan,
Ø
Organisasi pertanian, dan lain lain.
6.
Berdasarkan fungsi dan
tujuan yang dilayani, yaitu :
Ø
Organisasi produksi, misalnya organisasi produk makanan.
Ø
Organisasi berorientasi pada politik, misalnya partai politik.
Ø
Organisasi yang bersifat integratif, misalnya serikat pekerja.
Ø
Organisasi pemelihara, misalnya organisasi peduli lingkungan, dan lain
lain.
7.
Berdasarkan pihak yang
memakai manfaat, yaitu :
Ø
Mutual benefit organization, yaitu organisasi yang kemanfaatannya terutama
dinikmati oleh anggotanya, seperti koperasi.
Ø
Service organization, yaitu organisasi yang kemanfaatannya dinikmati oleh
pelanggan, misalnya bank.
Ø
Business organization, organisasi yang bergerak dalam dunia usaha, seperti
perusahaan-perusahaan,
Ø
Commonwealth organization, adalah organisasi yang kemanfaatannya terutama
dinikmati oleh masyarakat umum, seperti organisasi Pendidikan, rumah sakit,
Puskesmas, dll. (Rivai, 2010)
Menurut Manullang, jenis-jenis organisasi dapat
dibedakan atas tiga golongan, yaitu :
v
Organisasi garis.
v
Organisasi fungsional.
v
Organisasi garis dan staff. (Abdulsyani, 1987)
2.7.
Organisasi
Pendidikan
1.
Penanggung Jawab
Penanggung jawab pendidikan yang sesungguhnya adalah
orang tua, ayah dan ibu. Abdullah Nasikh ‘Ulwan, sebagaimana dikutip Qomari
Anwar, berpendapat bahwa orang tua memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab
terhadap anak-anaknya dalam bidang kehidupan biologis, intelektual, psikis,
sosial dan seksnya. Kesehatan dan kesadaran di berbagai bidang tersebut adalah
tanggung jawab orang tua.
Anak memiliki kebutuhan biologis yang perlu
diperhatikan secara saksama agar tetap sehat dan seimbang, misalnya makan,
minum, olahraga, istirahat, tidur, dan sebagainya. Dalam hal - hal seperti
tersebut agaknya tidak mungkin bila hanya dilakukan dengan sebatas nasehat,
akan tetapi perlu melatih, mengawasi dan mengarahkan mereka sehingga memiliki
kesadaran dan kebiasaan baik dalam hidupnya. Menumbuhkan kesadaran sehingga
anak-anak berkembang sesuai dengan kesucian fitrahnya ini memang sulit tetapi
jelas harus diupayakan oleh setiap orang tua yang merasa bertanggung jawab
terhadap pendidikan anaknya.
2.
Pelaksana
Setidaknya terdapat dua pandangan mengenai sentral
determinan pendidikan. Guru merupakan unsur determinan pendidikan yang paling
utama. Pandangan ini melahirkan pola pendidikan teacher centered, guru
adalah sentral proses pendidikan. Sebaliknya, sebagian berpandangan bahwa anak
didik atau siswalah yang menjadi unsur determinan pendidikan. Pandangan ini
mengimplikasikan pola pendidikan student centered, anak didik merupakan sentral orientasi
dalam proses pendidikan.
Kedua pandangan di atas berangkat dari suatu paradigma
bahwa proses pendidikan bisa terjadi cukup dengan guru dan murid. Keduanya
merupakan unsur determinan pendidikan.
a. Guru
Guru adalah penentu masa depan. Ia pendidik,
pembimbing dan pemimpin sejati bagi masyarakatnya. Karena itu guru perlu
memiliki sifat sebagai berikut :
1) Guru harus memiliki kesadaran bahwa dirinya harus
memikul amanah dan tanggung jawab dalam mendidik generasi muda.
2) Sebagai guru yang baik tentulah dia melakukan
persiapan yang sempurna.
3) Bila ternyata suatu saat penghargaan terhadap guru
kurang memadai hendaknya guru dengan niat sucinya.
4) Seorang guru hendaknya berhati lembut, berwawasan
luas, berjiwa mulia, berakhlak terpuji dan menarik, hingga walaupun mereka
tidak menampilkan alat peraga atau alat bantu lainnya guru akan tetap menjadi
perhatian murid-muridnya.
5) Karena guru merupakan teladan dan menjadi sentra
penglihatan para muridnya, maka guru harus selalu tampil rapi agar dapat
dijadikan figur oleh para muridnya.
6) Seorang guru hendaknya jujur, satu kata satu
perbuatan. Hindari sikap munafik karena sekali melakukan kebohongan akan sulit
lagi mengembalikan kejujuran yang sebelumnya
telah dibangan secara bersusah payah.
7) Kendatipun tidak berhubungan langsung dengan para
muridnya, aplikasi nilai kebenaran hendaknya dicerminkan pula dalam rumah
tangganya. Karena dengan demikian murid akan mendapat sajian nyata bahwa ajaran
guru dapat dilihat dalam kehidupan nyata masyarakat, lebih khusus dalam keluarga
terdekat guru.
8) Seorang guru harus siap memberikan kasih sayang kepada
para muridnya. (Tilaar, 2004)
Dewasa ini dikembangkan corak pendidikan yang lebih
berorientasi kepada kompetensi anak didik. Tetapi kenyataan ini tidak
mengurangi arti dari peran guru dalam proses pendidikan. Pada pola pendidikan
apapun eksistensinya guru tetap penting. Guru tetap merupakan unsur dasar
pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan.
Peranan dan fungsi guru merupakan keharusan yang tak
dapat diingkari. Tidak ada pendidikan tanpa “kehadiran guru”. Guru merupakan
penentu arah dari sistematika pembelajaran mulai dari kurikulum, sarana, bentuk
pola, sampai kepada usaha bagaimana anak didik seharusnya belajar dengan baik
dan benar dalam rangka mengakses diri akan pengetahuan dan nilai-nilai hidup.
Guru sudah semestinya memiliki karakteristik
profesional. Karakter profesional tersebut di antaranya :
1) Komitmen terhadap profesionalitas yang melekat pada
dirinya, sikap edukatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja.
2) Menguasai dan mampu mengembangkan serta menjelaskan
fungsi ilmu dalam kehidupan, mampu menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya.
3) Mendidik dan menyiapkan anak didik yang memiliki
kemampuan berkreasi, mengatur dan memelihara hasil kreasinya supaya tidak
menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan lingkungannya.
4) Mampu menjadikan dirinya sebagai model dan pusat
panutan, teladan dan konsultan bagi anak didik.
5) Mampu bertanggung jawab dalam membangun peradaban di
masa depan. (Sutisna, 1985)
Arifin menegaskan bahwa guru yang profesional adalah
guru yang mampu mengejawantahkan seperangkat fungsi dan tugas keguruan dalam
lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan
latihan khusus di bidang pekerjaan yang mampu mengembangkan kekaryaannya itu
secara ilmiah. Tidak hanya itu, guru yang profesional adalah guru yang memiliki
kecakapan dalam manajemen kelas dalam rangka proses pembelajaran yang efektif
dan efisien. (Tabrani, 1992)
b. Murid
Murid sangat penting karena merekalah sesungguhnya
yang akan menjadi “receipent” dari sebuah pendidikan. Karena itu karakter dan
sifat serta sikap mereka harus dipelajari, dicermati dan dijadikan pertimbangan
dalam memberikan suatu materi pendidikan. Mereka perlu diperkenalkan suatu
materi yang dapat mengantarkan diri mereka kepada tercapainya insan kamil.
Murid harus diberi peluang atau kesempatan untuk
mempelajari, mengkaji, mengamati serta menganalisa seluruh fenomena yang
terjadi di muka bumi mi. Di samping itu kepada murid juga perlu diperkenalkan
praktek materi-materi keagamaan dan tetap mendapatkan keteladanan dan
pengawasan dari guru. Tanpa itu dimungkinkan mereka akan terkacaukan oleh
perbedaan antara teori yang mereka peroleh dari guru di sekolah dengan
kenyataan yang dialami oleh guru atau bahkan lingkungannya.
Murid merupakan subyek dan obyek. Oleh karenanya
aktivitas kependidikan tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan murid di
dalamnya. Pengertian yang utuh tentang konsep murid merupakan salah satu faktor
yang perlu diketahui dan dipahami oleh seluruh pihak, terutama pendidik yang
terlibat langsung dalam proses pendidikan.
Murid merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki
sejumlah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan. Murid merupakan makhluk
Tuhan yang memiliki fitrah jasmani
maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun
perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi rohaniah, ia memiliki bakat,
memiliki kehendak, perasaan dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan.
Agar pelaksanaan proses pendidikan dapat mencapai
tujuan yang diinginkannya, maka setiap murid hendaknya senantiasa menyadari
tugas dan kewajibannya. Menurut Asma Hasan Fahmi, diantara tugas dan kewajiban
yang perlu dipenuhi murid adalah:
1) Murid hendaknya senantiasa membersihkan hatinya
sebelum menuntut ilmu. Hal ini disebabkan karena belajar adalah ibadah dan
tidak sah ibadah kecuali dengan hati yang bersih.
2) Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi ruh
dengan berbagai sifat keutamaan.
3) Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut
ilmu di berbagai tempat.
4) Setiap murid wajib menghormati pendidiknya.
5) Murid hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan
tabah dalam belajar. (Tabrani, 1992)
Di samping penjelasan di atas, pendidik hendaknya
memiliki kesiapan dan kesediaan untuk belajar dengan tekun, baik secara fisik
maupun mental. Dengan kesiapan dan kesediaan fisik psikis, maka aktivitas
kependidikan yang diikuti akan terlaksana secara efektif dan efisien.
2.8. Proses
Pengorganisasian
Ernest Dale memberikan pengorganisasian sebagai sebuah
proses yang berlangkah jamak. Proses pengorganisasian tersebut digambarkan
sebagai berikut :
Tahap pertama, yang harus dilakukan dalam merinci pekerjaan adalah
menentukan tugas-tugas apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
organisasi.
Tahap kedua, membagi seluruh beban kerja menjadi kegiatan-kegiatan
yang dapat dilaksanakan oleh perseorangan atau perkelompok.
Tahap ketiga, menggabungkan pekerjaan para anggota dengan cara
rasional dan efisien.
Tahap keempat, menetapkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan
pekerjaan dalam satu kesatuan yang harmonis.
Tahap kelima, melakukan monitoring dan mengambil langkah-langkah
penyesuaian untuk mempertahankan dan meningkatkan efektifitas. Karena pengorganisasian
merupakan suatu proses yang berkelanjutan, diperlukan penilaian ulang terhadap
keempat langkah sebelumnya secara terprogram atau berkala, untuk menjamin
konsistensi, efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan. (Abdulsyani, 1987)
2.9. Keefektifan Organisasi
Keefektifan organisasi adalah tingkat keberhasilan
organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasarannya. Dalam pengertian
lain keefektifan organisasi adalah sejauh mana cepat, murah atau efisiensinya
kemajuan ke arah tujuan itu.
Pengukuran efektivitas organisasi dapat ditinjau dari
beberapa aspek, yaitu :
1.
Pendekatan Sumber – Proses – Sasaran
2.
Pendekatan Constituency :
1.) Kepuasan kerja Pemilik perusahaan : tingkat keuntungan
2.) Karyawan
3.) Konsumen / pelanggan : kepuasan pelanggan
4.) Pemberi pinjaman : kredibilitas pengembalian
5.) Lingkungan / komunitas : sumbangan / kontribusi
6.) Supplier : kelancaran transaksi / pembayaran
7.) Pemerintah : kepatuhan terhadap hukum & peraturan
8.) Sekolah : Lulus 100 %, …..
Kriteria pengukuran
keefektifan organisasi, yaitu :
a. Adaptabilitas
dan fleksibilitas organisasi
b. Produktivitas
c. Kepuasan
karyawan / Guru
d. Tingkat
keuntungan
e. Keberhasilan
dalam mendapatkan sumber
f. Kebebasan
dari rasa tertekan para anggota organisasi
g. Kontrol
terhadap lingkungan
h. Efisiensi
organisasi
i. Kemampuan
organisasi untuk mempertahankan anggotanya
j. Pertumbuhan
organisasi
k. Kelancaran
komunikasi dalam organisasi
Kemampuan mempertahankan eksistensi organisasi
diantara faktor penunjang keefektifan organisasi yang tak kalah pentingnya dari
yang disebutkan di atas adalah komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar
pribadi merupakan dasar dari kebanyakan pergaulan dalam organisasi. Efektivitas
komunikasi ini dapat sangat besar sumbangannya kepada kelancaran berfungsinya
organisasi. (Tilaar, 2004)
2.10. Keberhasilan Sekolah Sebagai Organisasi Sosial
Sekolah sebagai organisasi pendidikan sosial memandang
organisasi dalam konteks sistem sosial yang memiliki tujuan tertentu dan
merupakan tujuan bersama. Manajemen organisasi akan diorientasikan pada
bagaimana mengkondisikan orang-orang dalam organisasi untuk dapat dinamis,
saling tergantung sama lain, memiliki hubungan yang dinamis baik dari internal
maupun eksternal, dan beradaptasi dengan membentuk budaya organisasi
sekolahnya. (Tilaar, 2004)
Kriteria keberhasilan berfungsi untuk menentukan nilai
suatu aspek dalam suatu komponen tertentu. Pengelolaan suatu lembaga pendidikan
yang efektif dan efisien merupakan syarat mutlak keberhasilan organisasi
tersebut. Tidak terkecuali lembaga pendidikan yang juga akan semakin dituntut
menjadi suatu organisasi yang tepat sasaran dan berdayaguna. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal memerlukan suatu sistem pengelolaan yang profesional.
Sebagai salah satu komponen utama dalam sistem pendidikan, selayaknya sekolah
memberikan kontribusi yang nyata dalam meningkatkan kualitas SDM. Hal ini tidak
terlepas dari seberapa baik sekolah tersebut dikelola. Apabila sekolah
dianalogikan sebagai mesin produksi, maka kualitas output akan relevan dengan
kualitas mesinnya. (Tabrani, 1992)
Keberhasilan suatu lembaga pendidikan (sekolah)
merupakan keberhasilan kepala sekolah. Kepala sekolah yang berhasil apabila
mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik,
serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi
tanggung jawab untuk memimpin sekolah. Sehingga keberhasilan kepemimpinan pada
hakikatnya berkaitan dengan tingkat kepedulian seorang pemimpin terlibat
terhadap kedua orientasi, yaitu apa yang telah dicapai oleh organisasi
(organizational achievement) dan pembinaan terhadap organisasi (organizational
maintenance). (Sutisna, 1985)
Dengan pendekatan ini, keberhasilan seorang pemimpin
dapat dikaji dengan langkah-langkah atau cara pengamatan terhadap produk yang
dihasilkan oleh proses transformasi kepemimpinannya, seperti :
1.
Penampilan kelompok
2.
Tercapainya tujuan kelompok
3.
Kelangsungan hidup kelompok
4.
Pertumbuhan kelompok
5.
Kemajuan kelompok menghadapi krisis
6.
Bawahan merasa puas terhadap pemimpin
7.
Bawahan merasa bertanggung jawab terhadap tujuan kelompok
8.
Kesejahteraan psikologi dan perkembangan anggota kelompok
9.
Bawahan tetap mendukung kedudukan dan jabatan pemimpin
10. Berkaitan dengan hasil transformasi tersebut dapat
dilihat pula beberapa hal, seperti :
a. Pertumbuhan keuntungan
b. Batas minimal keuangan
c. Peningkatan produk pelayanan
d. Penyebaran jasa pelayanan
e. Target yang tercapai
f. Investasi mengalami pertumbuhan (Sutisna, 1985)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar