Selasa, 05 Mei 2015

Sains Untuk Anak Usia Dini



PENGERTIAN SAINS
Sains berasal dari bahasa latin ” scientia ” yang berarti pengetahuan. Menurut Sumaji menyatakan bahwa sains secara sempit adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Terdiri dari physical sciences (ilmu astronomi, kimia, geologi, minerologi, dan fisika) dan life science (biologi, zoologi dan fisiologi).
Pengenalan sains pada usia TK lebih ditekankan pada proses daripada produk. Proses sains ini disebut metode ilmiah yang secara garis besar meliputi : Observasi, problem solving, melakukan percobaan dan analisa data serta mengambil kesimpulan.
Sains juga mengembangkan kemampuan pada anak yaitu :
  Spiritual yaitu rasa syukur dan memuji keagungan Tuhan
  Observasi, berlatih menggunakan seluruh inderanya untuk mengenal nama benda,bagian bagian dan memberi nama bagian serta fungsinya
  Klasifikasi, berlatih mengelompokkan  benda berdasarkan ciri ciri tertentu
  Pengukuran
  Menggunakan bilangan
  Rasa empati terhadap benda yang diteliti seperti hewan
  Intrapersonal, merefleksikan kemampuan berpikir dalam proses belajar seperti penguasaan teknologi
TUJUAN SAINS UNTUK PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Ada beberapa pandangan ilmuwan terhadap pendidikan dan pembelajaran sains menyatakan bahwa tujuan pendidikan sains sejalan dengan kurikulum sekolah, yakni mengembangkan anak secara utuh baik aspek domain kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotor anak (Abruscato, 1928).
Sumaji mengemukakan bahwa tujuan sains yang mendasar adalah untuk memupuk pemahaman, minat dan penghargaan anak didik terhadap dunia dimana dia hidup.
Liek wilarjo (1988) mengemukakan bahwa fokus dan tekanan pendidikan sains terletak pada bagaimana kita membiarkan diri anak dididik oleh alam agar  menjadi lebih baik. Maknanya dididik dengan alam, melatih anak untuk jujur dan tak berprasangka. Dari pengalaman bergumul keras untuk memecahkan persoalan dalam sains, kita dilatih untuk gigih dan tekun dalam menghadapi berbagai kesulitan, meningkatkan kearifan, dan meningkatkan mendewasaan pertimbangan dalam menempuh jalan kehidupan.
Leeper (1994) mengemukakan tujuan pembelajaran sains bagi anak usia dini adalah sebagai berikut :
1. Agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui penggunaan metode sains, sehingga anak-anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya.
2. Agar anak memiliki sikap ilmiah. Hal-hal yang mendasar, misalnya : tidak cepat-cepat dalam mengambil keputusan, dapat melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati-hati terhadap informasi yang diterimanya serta bersifat terbuka.
3. Agar anak-anak mendapatkan  penngetahuan dan  informasi ilmiah yang lebih baik dan dapat dipercaya, artinya informasi yang diperoleh anak berdasarkan pada standar keilmuan yang semestinya, karena informasi yang disajikan merupakan hasil temuan dan rumusan yang obyektif serta sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan yang menaunginya.
4. Agar anak lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya.
Pembelajaran sains untuk anak usia dini difokuskan pada pembelajaran mengenai diri sendiri, alam sekitar dan gejala alam. Pembelajaran Sains pada anak usia dini memiliki beberapa tujuan, diantaranya yaitu :
1. Membantu anak usia dini untuk dapat mengenal dan memupuk rasa cinta kepada alam sekitar sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Membantu menumbuhkan minat pada anak usia dini untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitarnya.
3. Membantu melekatkan aspek-aspek yang terkait dengan keterampilan proses sains, sehingga pengetahuan dan gagasan tentang alam sekitar dalam diri anak menjadi berkembang.
4. Menfasilitasi dan mengembangkan sikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerjasama dan mandiri dalam kehidupannya.
5. Membantu anak agar mampu menggunakan teknologi sederhana & konsep sains yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang di temukan dalam kehidupan sehari-hari.
6. Membantu anak agar mampu menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
7. Membantu anak dalam pengenalan dan penguasaan fisika dasar/sains seperti melakukan eksplorasi/penyelidikan dan percobaan sederhana dengan berbagai benda (air, angina, api dan magnet).
Berdasarkan tujuan tersebut, jelaslah bahwa pengembangan  pembelajaran sains  bukan saja membina domain kognitif anak saja, melainkan membina aspek afektif dan psikomotor secara seimbang, bahkan lebih jauh  diharapkan dengan  mengembangkan pembelajaran sains yang memadai (adequate) akan menumbuhkan kreativitas dan kemampuan berfikir kritis yang semuanya akan sangat bermanfaat bagi aktualisasi dan kesiapan anak untuk menghadapi perannya yang lebih luas dan kompleks pada masa akan datang.  

MANFAAT BELAJAR SAINS
1) Eksplorasi dan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek serta fenomena alam.
2) Mengembangkan ketrampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, mengkomunikasikan hasil pengamatan, dan sebagainya.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang dan mau melakukan kegiatan inkuiri atau penemuan.
4) Memahami pengetahuan tentang berbagai benda baik ciri, struktur maupun fungsinya.
Penempatan Sains pada kurikulum pendidikan anak usia dini menurut Conezio dan Perancis ( 2003) sebagai berikut :
1. Ilmu menanggapi kebutuhan anak-anak untuk belajar tentang dunia di sekitar mereka.
2. Pengalaman sehari-hari anak-anak adalah dasar untuk ilmu pengetahuan.
3. Ilmu kegiatan terbuka melibatkan anak-anak pada berbagai tingkat perkembangan.
4. Tangan-atas kegiatan sains membiarkan guru mengamati dan respon terhadap kekuatan individu dan kebutuhan anak-anak.
5. Pendekatan ilmiah " trial and error " menyambut kesalahan - menafsirkannya sebagai informasi berharga , bukan sebagai kegagalan.
6. Ilmu sangat mendukung bahasa dan keaksaraan.
7. Sains membantu pelajar bahasa Inggris untuk berpartisipasi dalam kelas dan belajar bahasa Inggris.
8. Keterampilan pemecahan masalah ilmu pengetahuan dengan mudah generalisasi ke situasi sosial.
9. Demonstrasi ilmu membantu anak-anak menjadi nyaman dalam percakapan kelompok besar.
10. Ilmu mudah menghubungkan ke daerah lain, termasuk bermain berbasis pusat, matematika, ekspresi seni, dan ilmu sosial.
PROSES-PROSES PEMBELAJARAN DALAM SAINS
1. Proses Ilmiah
Proses ilmiah merupakan siklus membentuk hipotesis, pengumpulan data, mengkonfirmasi atau tidak menggunakan hipotesis, membuat generalisasi, dan kemudian mengulangi siklus. Keterampilan dasar yang digunakan dalam proses ilmiah termasuk mengamati, mengklasifikasi dan membandingkan, mengukur, berkomunikasi, bereksperimen, berkaitan, menyimpulkan, dan menerapkan. Karena menyimpulkan dan menerapkan membutuhkan pemikiran yang lebih abstrak, anak-anak seharusnya tidak diharapkan untuk menjadi kompeten dalam keterampilan ini dalam arti formal.
2. Proses Keterampilan Ilmiah Anak Usia Dini
Anak-anak menemukan konten ilmu dengan menerapkan proses ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan ilmiah, diskusi kelas, membaca, dan berbagai strategi pengajaran lainnya. Ini adalah keterampilan berpikir diperlukan untuk belajar ilmu pengetahuan.
Keterampilan proses adalah mereka yang memungkinkan anak untuk memproses informasi baru melalui eksperimen. Keterampilan yang paling sesuai untuk anak usia dini adalah mengamati, mengklasifikasi, membandingkan, mengukur, mengkomunikasikan, dan eksperimen. Mengasah keterampilan ini sangat penting untuk menghadapi kehidupan sehari-hari serta untuk studi masa depan dalam ilmu pengetahuan dan matematika anak.
Beberapa keterampilan, yang berlaku untuk program ilmu anak usia dini, yaitu :
a. Mengamati
Melihat dan mengamati hal yang tidak sama. Guru perlu memberikan bimbingan dalam teknik observasi. Anak-anak dapat didorong untuk memperhatikan dalam tindakan spesifik atau informasi. Misalnya, anak dapat memberanikan diri untuk mengamati perilaku burung di tanah - apakah itu berjalan atau naik? Pengamatan ini tentu tidak terbatas pada visual, melainkan harus melibatkan semua indera - melihat, mendengar, mencium, mencicipi, dan perasaan.
b. Klasifikasi
Klasifikasi adalah keterampilan proses dasar yang digunakan dalam mengorganisir informasi. Dalam rangka untuk mengklasifikasikan benda-benda atau informasi, anak-anak harus dapat membandingkan dan seimbang dengan sifat benda atau informasi. Anak-anak mulai mengklasifikasikan berdasarkan fungsi, warna, dan bentuk. Anak-anak dapat mengklasifikasikan berdasarkan karakteristik atau sifat-sifat tertentu, tetapi klasifikasi perkalian, di mana objek yang diterima ke dalam beberapa kategori, sulit bagi anak-anak di usia dini.
Anak-anak harus mampu untuk berpikir dalam hal operasional konkret sebelum mereka bisa memikirkan benda sebagai termasuk untuk beberapa kategori sekaligus, dan sebagian besar anak-anak tidak pemikir konkret di tahun-tahun anak usia dini. Guru dapat mendorong anak untuk mengklasifikasikan benda-benda dan untuk menjelaskan bagaimana benda telah dikelompokkan. Anak-anak dapat mengklasifikasikan blok dengan bentuk, kelompok bahan-bahan yang disimpan di area seni, atau tombol semacam daun, kerang, atau koleksi lainnya.
c. Membandingkan
Membandingkan adalah proses pemeriksaan objek dan peristiwa dalam hal kesamaan dan perbedaan. Ini biasanya melibatkan mengukur, menghitung, dan mengamati dengan seksama. Membandingkan penting karena anak-anak mengamati, misalnya, perilaku tikus dan marmut dan kemudian menentukan apa yang sama dan berbeda tentang mereka. Contoh lain anak membandingkan kelopak pada mahkota dengan mawar.
d. Mengukur
Pengukuran adalah keterampilan proses dasar yang diperlukan untuk mengumpulkan data. Pengukuran tidak hanya mengacu pada menggunakan ukuran standar. Anak-anak dapat mengukur makanan hamster oleh sendok, memotong seutas tali tinggi tanaman kacang mereka, membandingkan ukuran benih atau batu, atau menggunakan gelas atau mengumpulkan salju dan mengamati jumlah air yang dihasilkan saat salju mencair.
e. Komunikasi
Berkomunikasi adalah keterampilan proses dasar yang lain. Anak-anak dapat didorong untuk berbagi pengamatan dan koleksi data mereka melalui berbagai cara. Mereka dapat berbicara tentang temuan mereka, membuat catatan bergambar, menghasilkan diagram dan grafik, atau narasi dalam rangka untuk berbagi informasi, data, dan kesimpulan. Proses komunikasi adalah penting, karena anak-anak mulai memahami bagaimana pengetahuan dibuat dalam bidang ilmu pengetahuan.
f. Eksperimen
Bereksperimen bukanlah proses baru untuk anak-anak. Mereka telah melakukan percobaan sejak mereka pertama kali mengambil mainan atau melemparkan semangkuk sereal. Dalam proses ilmiah, bereksperimen berarti mengendalikan satu atau lebih variabel dan kondisi memanipulasi.
Guru dapat membantu anak-anak memikirkan kegiatan bermain mereka sebagai percobaan dengan terampil mempertanyakan dan mendorong anak-anak untuk merefleksikan tindakan mereka dan hasil dari tindakan mereka. Ketika anak-anak mencoba untuk menyeimbangkan satu balok pada sebuah menara balok, penurunan pewarna makanan ke dalam gelas air, atau tumbuhan beberapa benih di tanah yang berbeda, mereka dapat dibimbing untuk berpikir kegiatan ini sebagai percobaan.
g. Berkaitan, Menyimpulkan, Menerapkan
Anak-anak akan menggunakan keterampilan proses yang berkaitan, menyimpulkan, dan menerapkan hanya dengan cara sangat informal:
« Terkait adalah proses menggambar abstrak dari bukti konkret. Misalnya, anak yang mengamati beku air mungkin tidak mampu berhubungan pengamatan bahwa dengan ide abstrak yang diberi cairan menjadi padatan pada suhu tertentu.
« Menyimpulkan adalah kemampuan untuk menentukan hubungan sebab dan akibat atau penjelasan untuk fenomena ketika proses tidak langsung diamati. Contoh fenomena teramati tersebut termasuk listrik dan magnet.
« Menerapkan menggunakan informasi dari pengalaman untuk menciptakan, membuat, memecahkan masalah baru, dan menentukan probabilitas. Anak-anak dapat terlibat dalam menerapkan pengetahuan ilmiah tapi tidak dalam, pengertian analisis formal. Misalnya, jika anak-anak dapat mengamati perilaku air ketika ia jatuh pada malam musim dingin, mereka dapat menerapkan beberapa pengamatan ini untuk cairan lain dan membuat prediksi tentang apa yang akan terjadi pada mereka dalam kondisi yang sama. Hal ini tidak masuk akal, namun untuk mengharapkan anak-anak untuk menganalisis hasil dan menerapkannya tanpa memberikan pengalaman konkret untuk dipikirkan.
3. Mengembangkan Sikap Ilmiah
Dalam beberapa hal, sikap terhadap subjek atau kegiatan dapat sama pentingnya dengan subyek itu sendiri. Salah satu contoh adalah : individu yang tahu bahwa merokok bisa membunuh tetapi terus merokok, atau orang yang tahu bahwa mengenakan sabuk pengaman sangat meningkatkan peluang mereka untuk menghindari kecelakaan dan mencegah cedera, namun memilih untuk tidak memakainya, sama halnya dengan sikap ilmiah.
1) Rasa Ingin Tahu
Anak usia dini mentalnya belum dikembangkan ke titik di mana mereka bisa berpikir secara sadar tentang membentuk sikap untuk masalah sistematis mengejar, tetapi mereka dapat mempraktekkan perilaku yang akan menciptakan kebiasaan jangka panjang yang mencerminkan sikap ilmiah.
Keingintahuan dianggap salah satu sikap yang paling berharga yang dapat diproses oleh siapapun. dibutuhkan individu penasaran untuk melihat sesuatu dari sesuatu yang baru perspektif, pertanyaan panjang diyakini benar atau melihat lebih cermat pada pengecualian dari aturan. Pendekatan ini yang dasar bagi ilmu pengetahuan adalah wajar untuk anak-anak. mereka menggunakan semua indera dan energi mereka untuk "mencari tahu" tentang dunia diseluruh mereka. dari sepuluh tahun pengalaman formal di sekolah, yang memungkinkan sedikit waktu eksplorasi dan interogasi, memadamkan karakteristik yang berharga ini. Pengalaman pendidikan yang memanfaatkan pengalaman langsung penyelidikan seperti belajar siklus memanfaatkan rasa ingin tahu alami anak daripada mencoba untuk menekannya.
2) Keraguan
Anda percaya semua yang Anda lihat? apakah Anda skeptis tentang beberapa hal yang Anda dengar? baik! Sikap ini mencerminkan skeptisisme yang sehat diperlukan oleh kedua ilmu pengetahuan dan lingkungan anak. Anak-anak perlu didorong untuk mempertanyakan, bertanya-tanya, bertanya "mengapa" dan berhati-hati menerima hal-hal pada nilai nominal. Pengalaman dirancang di sekitar observation langsung fenomena dan pengumpulan data secara alami mendorong anak untuk mengeksplorasi situasi baru secara obyektif dan terbuka - mode berpikiran. Jenis pengalaman bisa berbuat banyak untuk mengembangkan kepercayaan diri dan skeptisisme yang sehat
3) Pendekatan Positif Terhadap Kegagalan Dan Citra Diri
Pendekatan positif terhadap kegagalan dan citra diri yang positif adalah sikap terkait erat. Anak perlu diberi kesempatan untuk mengajukan solusi mereka sendiri untuk masalah. Pada waktu ini dapat berarti bahwa mereka akan berfikir buntu, tetapi sering lebih banyak dipelajari dalam pengejaran daripada jawaban yang benar. Jika anak-anak dikondisikan untuk melihat ke figur dewasa untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah, mereka akan memiliki waktu yang sulit mendekati masalah baru baik sebagai mahasiswa dan sebagai orang dewasa.

Dalam pembelajaran sains anak mencoba melakukan proses antara lain :
« Mengamati, yaitu melihat dan memperhatikan dengan teliti.
« Menggolongkan, yaitu membagi-bagi atas beberapa golongan.
« Mengukur, yaitu menghitung ukurannya (panjang, besar, luas, tinggi, dsb) dengan alat tertentu.
« Menguraikan, yaitu melepaskan hubungan bagian-bagian dari induk atau pusatnya.
« Menjelaskan, yaitu menerangkan; menguraikan secara terang.
« Mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting tentang alam.
« Merumuskan problem, yaitu menyebutkan (menyimpulkan) suatu masalah dengan ringkas dan tepat.
« Merumuskan hipotesis, yaitu menyebutkan (menyimpuklan) sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat, meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan; anggapan dasar.
« Merancang penyelidikan termasuk eksperimen, yaitu membuat percobaan yang bersistem dan berencana untuk membuktikan kebenaran suatu teori.
« Mengumpulkan dan menganalisis data, yaitu mengumpulkan dan melakukan penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
« Menarik kesimpulan yaitu mengambil keputusan yang diperoleh dari pembelajaran.
TAHAPAN USIA DALAM PENGEMBANGAN SAINS
Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar sains kepada anak sangat tergantung pada pengalaman, usia dan tingkat perkembangannya. Beberapa indikator disetiap usia dibawah ini :
1) Usia 3-4 Tahun
« Mulai menjelajah dan melakukan penelitian terhadap apa yang dilihat di sekitar lingkungannya.
« Lebih menyukai aktivitas fisik dan penjelajahan melalui panca indera. Bagaimanapun mereka sudah mulai mampu untuk menerina informasi yang mempunyai hubungan langsung dengan pengalaman yang dia dapat dari percakapan atau dari buku-buku dengan tulisan sederhana.
« Mulai menyukai ilmu pengetahuan dan mau bekerja sama dengan orang dewasa
« Banyak bertanya tentang apapun tetapi tidak pernah puas dengan jawaban yang diberikan.
« Mulai berkembang kemampuan bahasanya.
« Belajar jadi lebih mudah, dimana mereka sudah mulai mengerti aktivitas yang akan dia kerjakan dan mulai percaya pada orang dewasa.
2) Usia 4-5 Tahun
« Anak-anak mulai mengerti tentang banyak hal berupa informasi yang berhubungan dengan apa yang terjadi di dunia sekitarnya.
« Mulai memahami apa maksud penelitian dan menjedi lebih bermakna dan menemukan penjelajahan mereka.
« Mulai memyeleksi aktivitas yang dilakukan.
« Mulai mampu membuat perkiraan-perkiraan terhadap berbagai peristiwa yang akan terjadi.
« Suka memikirkan penjelasan dari apa yang mereka teliti baik itu fakta ataupun imajinasi/fantasi.
« Menikmati percakapan dengan anak-anak lain dan mulai secara spontan berbagi dan mengambil keputusan.
« Memahami percakapan dengan yang lain, seperti mereka bermain dan melakukan percobaan.
« Mulai menggunakan gambaran untuk mewakili dan mengungkapkan ide-ide.
« Senang melihat buku-buku dan pura-pura membacanya.
3) Usia 5-6 Tahun
« Anak mampu merencanakan penelitian yang berhubungan dengan pemecahan masalah, seperti ketika mencari jawaban bagaimana cara hewan berkembang biak ?
« Dapat mengikuti tiga tahap tujuan dan menikmati beberapa penelitian langsung dari guru.
« Memiliki perhatian yang lama untuk berbagai aktivitas sains, mereka mulai dapat menikmati kegiatan yang dilakukan dalam kurun waktu beberapa hari.
« Bekerja sama bersama-sama dengan lima atau enam anak.
« Tertarik pada buku-buku yang yang berhubungan dengan aktivitas dari praktek sains dengan beberapa ilustrasi-ilustrasi berupa gambar.
« Mulai dapat memahami beberapa konsep sains yang bersifat abstrak, tetapi tetap dengan contoh-contoh nyata yang kongkrit dan praktek langsung.
« Senang menggunakan gambar-gambar dan menulis berbagai pengalaman yang mereka dapatkan dalam praktek sains yang telah dilakukan.
 
 
 
 
 
 
MODEL PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN SAINS AUD
Terdapat beberapa model pengembangan program pembelajaran atau kurikulum yang dapat dijadikan pedoman dalam pengembangan program pembelajaran sains pada anak usia dini.
1. Pendekatan Yang Bersifat Situasional
Pembahasan tentang sains akan dielaborasi (diulas) secara luas dan mendalam jika dalam pembelajaran muncul  ‘fenomena’ yang terkait dengan tuntutan pembahasan konsep dan pengalaman sains pada sasaran belajar. Jadi pendekatan ini sangat ditentukan oleh muncul atau tidaknya konteks sains dalam pembelajaran yang sedang dilakukan.  Jika muncul, maka pembelajaran akan segera disesuaikan dan diarahkan pada pembahasan sains; tetapi jika tidak muncul fenomena sains, maka pembelajaran akan dilanjutkan sebagaimana mestinya. Dengan kata lain pendekatan ini dapat dikatakan sebagai program pengembangan pembelajaran sains yang berdasarkan situasi spontanitas (spontanous based treatment) sebagai titik awal atau tantangan awal (exelent starting point) untuk menjelaskan sains pada anak, Harlen dan Jelly (1989) dan Dawson (2004) menyebutnya sebagai pendekatan yang bersifat sensitif (sensitivity approach) yaitu strategi pengembangan pembelajaran sains yang didasarkan atas kepekaan terhadap situasi kelas atau pembelajaran yang terjadi.
2. Pendekatan Yang Bersifat Terpisah / Tersendiri
Program  pengembangan pembelajaran sains dikemas secara khusus dan tersendiri. Pembelajaran sains diberikan waktu tersendiri sebagai mana bidang pengembangan lainya dalam pendidikan anak usia dini, pembelajaran sains di setting (dirancang) secara khusus sesuai dengan karakteristik pembelajaran sains yang khas serta karakteristik anak yang sesuai (relevan) dengan tuntutan penguasaan sains.  Jadi pengembangan pembelajaran sains bersifat regular karena memiliki waktu dan tempat khusus dalam program (kurikulum) pendidikan usia dini yang ada. Program sains tidak tergantung program lainnya; walaupun tetap prinsip-prinsip pengembangannya harus mengacu pada landasan pengembangan program (kurikulum) pada umumnya, misalnya saja prinsip keluwesan (flexibility).
Jadi program pengembangan pembelajaran sains sederajat dan berdampingan dengan program pengembangan lainnya dalam sistem pendidikan yang ada. Harlen dan Jelly dalam Dawson (2004) untuk model pengembangan kurikulum pembelajaran sains seperti ini, menyebutnya dengan istilah separate lessons, maksudnya adalah program sains direncanakan secara mandiri dan terpisah, dengan alokasi waktu dan jam belajar tersendiri.
3. Pendekatan Yang Bersifat Merger / Terintegrasi Dengan Disiplin Lain / Bidang Pengembangan Lain
Dalam pendekatan ini,  program sains dikembangkan dengan cara digabungkan secara formal dan sistematis dengan bidang pengembangan atau disiplin ilmu lainnya. Sehingga dalam program, pengembangan pembelajaran sains merupakan bagian dari suatu program kurikulum yang lebih luas dan terpadu sifatnya. Jadi  dalam pengorganisasiannya, para pengembang program harus mampu melihat secara seksama karakteristik dari setiap bidang yang diintegrasikan dengan bidang sains tersebut. Disiplin atau bidang pengembangan lain yang diintegrasikan dapat bersifat terbatas, maupun terbuka secara luas dan tanpa dibatasi secara khusus. Contoh pengintegrasian program sains yang dilihat berdasarkan isi bahan kajian, misalkan: penggabungan sains dan matematika, penggabungan sains dan sejarah, penggabungan sains dan olahraga, dan sebagainya.
KEGIATAN SAINS UNTUK ANAK
1. Lukisan. Lukisan jari membantu anak-anak belajar untuk melihat dengan ujung jari mereka dan menunjukkan konsep difusi warna saat mereka membersihkan tangan mereka. Bentuk dapat dikenali dengan mengecat dengan buah dan benda-benda asing.
2. Pusat Air. Konsep seperti volume dan konservasi mulai digenggam ketika anak mengukur dengan air dan pasir. Apung bisa dieksplorasi dengan perahu dan tenggelam dan objek mengambang.
3. Blok. Blok adalah cara yang baik untuk memperkenalkan anak-anak terhadap gesekan, gravitasi, dan mesin sederhana. Leverage dan efisiensi dapat diperkuat dengan woodworking.
4. Buku. Banyak buku meliputi konsep ilmiah saat bercerita. Buku dengan gambar memberikan pandangan dari hal-hal asing dan menyimpulkan dan mendiskusikan.
5. Musik. Anak-anak mari mengalami pergerakan udara terhadap tubuh mereka. Hambatan udara juga dapat ditunjukkan dengan menari dengan syal.
6. Playground. Bermain dapat memberikan kesempatan untuk memprediksi cuaca, praktek balancing, dan pengalaman gesekan. Di dunia nyata ilmu pengetahuan terintegrasi baik terutama dengan membaca dan menulis. Kata-kata dasar, objek menebak, grafik pengalaman, menulis cerita, dan bekerja dengan sensasi taktil semua mendorong perkembangan literasi awal (angka 7-3 dan 7-4).
7. Mengamati  peternakan semut. di mana ruang bawah tanah yang terlihat.
8. Percobaan dengan balon dan udara. Membantu anak-anak memahami bahwa semua ruang dipenuhi dengan sesuatu.
9. Bekukan air dan mengamati bahwa dibutuhkan lebih banyak ruang ketika membeku daripada waktu cair.
10. Mengamati fase perubahan bulan. Beberapa anak yang lebih tua mungkin dapat menggunakan model bumi, bulan, dan matahari untuk menjelaskan fase ini. Anak-anak muda dapat mengamati dan menarik fase.
11. Mengamati ukuran. dari berbagai bahan sebelum dan sesudah proses berbeda diterapkan. Misalnya, wortel lebih kecil setelah mengering, adonan untuk roti lebih kecil sebelum dimasak, dan sebagainya.
12. Kapur Barus Lompat
13. Telur ajaib       
14. Penggabungan warna
15. Magnet
16. Paru paru plastik
17. Bermain rasa
18. Meniup air berwarna lalu ditaruh kertas di atasnya
19. Es batu dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi air penuh untuk melihat apakah airnya tumpah
20. Membuat mentega dari susu cream cair
21. Mencampur tepung jagung dengan tapioka dan gandum untuk melihat campuran-campuran itu padat atau cair atau bagaimana jika diberi sedikit air perubahan apa yang terjadi?
22. Piringan berputar                                                                                                                     
Piringan berupa plastik agak tebal dibentuk melingkar dapat diberi gantungan benda-benda dengan tali di tepi-tepi sekeliling piring. Anak usia 8 - 12 bulan menyenangi mainan semacam ini karena merangsang daya visual anak dalam mengamati benda- benda yang bergerak.
23. Ular kaleng
Kaleng-kaleng bekas dengan ukuran sama diisi dengan biji-bijian dimasukkan ke dalam bekas stocking yang panjang. Kaleng dimasukkan dalam stocking secara berselang-seling dengan potongan kertas (kawul). Jadi susunannya berupa kaleng – kawul – kaleng – kawul dst. Anak senang menekan-nekan permukaan kaleng yang keras kemudian kawul yang lunak dan membunyikan kaleng-kaleng itu.
24. Mainan dari kertas daur ulang
Dari bahan bubur kertas di atas, dapat diolah menjadi bentuk-bentuk lain seperti boneka, buah, binatang, dll. Bubur kertas tadi diperas sampai kering kemudian dicampur dengan lem dan dibentuk sesuai keinginan. Boneka beruang di atas di dalamnya berisi botol minuman yakult yang sudah tidak terpakai dan diisi dengan biji-bijian, kemudian dibungkus bubur kertas. Setelah kering dapat dicat atau ditaburi dengan serbuk-serbuk tertentu.
MATERI SAINS BAGI ANAK USIA DINI
Ada beberapa materi sains yang sesuai untuk anak prasekolah terutama usia 5-6 tahun. Pembelajaran topik-topik sains hendaknya lebih bersifat memberikan pengalaman tangan pertama (first-hand experience) kepada anak, bukan mempelajari konsep sains yang abstrak. Selain itu pembelajaran sains hendaknya mengembangkan kemampuan observasi, klasifikasi, pengukuran, menggunakan bilangan dan mengidentifikasi hubungan sebab akibat. Materi tersebut antara lain :
1. Mengenal Gerak :
Anak sangat senang bermain dengan benda-benda yang dapat bergerak, memutar, menggelinding, melenting, atau merosot. Ada beberapa kegiatan untuk mengenalkan anak dengan gerakan, antara lain :
a. Menggelinding dan bentuk benda
Materi ini menyadarkan anak akan sebab-sebab timbulnya gerakan pada benda. Kemiringan papan, bentuk benda silindris dan kotak, halus kasarnya permukaan benda ikut mempengaruhi kecepatan gerakan. Materi ini juga dapat melatih kemampuan observasi.
b. Menggelinding dan ukuran benda
Bermain dengan cara menggelindingkan benda-benda dengan berbagai ukuran akan membantu siswa untuk mengenal bahwa besar kecil, berat ringannya suatu benda akan mempengaruhi gerak benda tersebut. Materi ini juga melatih kemampuan observasi pada anak.
2. Mengenal Benda Cair :
Bermain dengan air merupakan salah satu kesenangan anak. Pendidik dapat mengarahkan permainan tersebut agar anak dapat memiliki berbagai pengalaman tentang air. Air senantiasa menyesuaikan bentuknya dengan bentuk wadahnya. Air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah atau dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Berbagai kegiatan dengan air, antara lain :
a. Konservasi volume
Kegiatan ini merupakan cara untuk melatih anak memahami isi atau volume benda cair. Anak Pra-operasional belum dapat memahami konservasi volume (Piaget 1972). Oleh karena itu memperkenalkan anak dengan bejana yang dapat diisi akan membantu anak memahami konservasi volume. Sambil mengisi botol besar, lalu memindahkan ke botol yang lebih kecil dan sebaliknya, anak belajar mengunakan bilangan untuk menghitung banyaknya air yang dimasukkan ke botol tersebut. Anak juga akan berlatih memahami pengertian lebih banyak dan lebih sedikit. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan di luar kelas. Agar tidak basah, sebaiknya anak diminta memakai rompi plastik.
b. Tenggelam dan terapung
Kegiatan ini dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas. Jika di kelas, beri alas plastik dan koran agar air tidak membasahi tempat. Tujuan kegiatan ini adalah agar anak diberi pengalaman bahwa ada benda yang tenggelam dan ada yang terapung. Anak sering mengira benda yang berukuran kecil terapung dan yang besar tenggelam. Tenggelam atau terapung tidak ditentukan oleh ukuran benda melainkan oleh berat jenis benda.
c. Membuat benda terapung
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengenalkan pada anak bahwa benda yang tenggelam dapat dibuat terapung. Dari kegiatan ini pula anak akan memahami, mengapa perahu yang berat dapat terapung.
d. Larut dan tidak larut
Sebagian benda larut ke dalam air dan sebagian lagi tidak. Gula, garam dan warna pada teh larut dalam air sehingga akan membentuk larutan. Jika larutan dibiarkan, maka akan membentuk endapan, kecuali jika airnya diuapkan semua. Benda lain tidak larut dalam air, seperti tepung, pasir dan minyak. Jika benda tersebut dicampur dengan air maka tidak akan membentuk larutan, tetapi membentuk campuran. Campuran kelihatan tidak homogen dan jika diendapkan, maka akan terlihat adanya endapan.
e. Air mengalir
Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah karena gravitasi bumi. Air dari tempat yang lebih rendah dapat dialirkan ke tempat yang lebih tingi dengan menambah tekanan, misalnya dengan pompa air. Anak sangat senang bermain dengan air mengalir dan memperoleh pengalaman langsung yang kelak akan berguna untuk mempelajari sains.
f. Mengenal sifat berbagai benda cair
Melalui kegiatan ini anak diperkenalkan bahwa benda cair itu bermacam-macam, tidak hanya air. Benda-benda cair itu juga memiliki sifat yang berbeda.
3. Mengenal Timbangan (Neraca) :
Neraca sangat baik untuk melatih anak menghubungkan sebab akibat karena hasilnya akan nampak secara langsung. Jika beban di satu lengan timbangan ditambah, maka beban akan turun. Demikian pula jika beban digeser menjauhi sumbu. Berbagai benda memiliki massa jenis berbeda. Kapas dan spons memiliki massa jenis yang lebih kecil dibanding besi dan batu, meskipun batu dan besi ukurannya kecil tetapi akan lebih berat dari kapas atau spons.
4. Bermain Gelembung Sabun :
Anak sangat menyukai bermain dengan gelembung sabun. Dengan menambahkan satu sendok gliserin pada dua liter air, larutan sabun, akan diperoleh larutan yang sabun yang menakjubkan yang dapat digunakan untuk membentuk gelembung raksasa, jendela kaca, atau bentuknya lainnya dari busa.
5. Mengenal Benda-Benda Lenting :
Benda-benda dari karet pada umumnya memuliki kelenturan sehingga mampu melenting jika dijatuhkan. Demikian pula benda dari karet yang diisi udara, seperi bola basket, bola voli dan bola plastik. Anak sangat senang bermain dengan benda-benda tersebut.
6. Mengenal Binatang :
Binatang merupakan makhluk yang menarik bagi anak-anak karena mampu merespon rangsang. Anjing, misalnya mampu mengembalikan benda-benda yang dilemparkan pemiliknya. Anak kucing akan mengejar dan menerkam benda-benda yang bergerak. Meskipun masih diperdebatkan dari segi sanitasi dan higienisnya, memelihara hewan peliharaan dapat mengembangkan rasa kasih dan sayang pada anak. Melalui binatang anak akan belajar banyak tentang makhluk tersebut. Oleh karena itu di negara-negara maju, kebun binatang dilengkapi dengan pojok sains (sains center) dimana anak dapat berinteraksi dengan binatang yang jinak dan bersih sambil mempelajarinya. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh anak jika berinteraksi dengan binatang. Pertama, anak belajar mengenal dan menghargai makhluk hidup, ia belajar bahwa makhluk hidup memerlukan makanan, papan dan kasih sayang. Kedua, anak belajar untuk menyayangi binatang yang pada akhirnya akan menumbuhkan rasa kasih sayang pada makhluk hidup.

RAMBU-RAMBU KEGIATAN SAINS UNTUK ANAK

Ada beberapa jenis keterampilan sains dapat dilatihkan pada anak usia dini ;
1)   Mengamati. Caranya, ajak anak-anak mengamati fenomena alam yang terjadi di sekeliling kita. Dimulai dari yang paling sederhana. Misalnya, mengapa es bisa mencair? Mengapa ada siang dan malam, dan sebagainya.
2)   Mengelompokkan. Dalam hal ini, anak diminta untuk menggolongkan benda sesuai kategori masing-masing. Misalnya kelompok bunga-bungaan, kelompok biji-bijian, kelompok warna yang sama, dan lain sebagainya.
3)   Memprediksi. Misalnya, berapa lama es akan mencair, berapa lama lilin akan meleleh, berapa lama air yang panas akan menjadi dingin, dst.
4)   Menghitung. Kita mendorong anak untuk menghitung benda-benda yang ada di sekeliling, kemudian mengenalkan bentuk-bentuk benda kepadanya.
Jadi, sains dan matematika sebenarnya dapat diperkenalkan kepada anak sejak usia dini. Tentu dengan memperhatikan cara dan bahasa penyampaiannya, serta disesuaikan dengan umur dan perkembangan si anak.
Kegiatan pengenalan sains untuk anak prasekolah sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Guru atau pendidik hendaknya tidak menjejalkan konsep sains kepada anak, tetapi memberikan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak menemukan sendiri fakta dan konsep sederhana tersebut. Teori Experimental Learning dari Carl Roger mengisyaratkan pentingnya pembelajaran yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anak. Menurutnya anak secara alamiah dengan kapasitas dan kemauan untuk belajar. Fungsi pendidik hanyalah memfasilitasi dan membantu agar anak dapat belajar secara optimal. Menurut Piaget (1972) anak prasekolah usia 4-6 tahun berada pada fase perkembangan pra operasional dan menuju konkret operasional. Untuk itu kegiatan sains sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik anak tersebut.




Berikut ini merupakan rambu-rambu yang dapat menjadi acuan dalam pembelajaran sains :
1. Bersifat Konkrit :
Benda-benda yang digunakan bermain dalam kegiatan pembelajaran adalah benda yang konkrit (nyata). Pendidik tidak dianjurkan untuk menjejali anak dengan konsep-konsep abstrak. Pendidik sebaiknya menyediakan berbagai benda dan fasilitas lainnya yang diperlukan agar anak dapat menemukan sendiri konsep tersebut.
2. Hubungan Sebab Akibat Terlihat Secara Langsung :
Anak usia 5-6 tahun masih sulit menghubungkan sebab akibat yang tidak terlihat secara langsung karena pikiran mereka yang bersifat transduktif. Anak tidak dapat menghubungkan sebab-akibat yang tidak terlihat secara langsung. Jika anak melihat peristiwa secara langsung, membuat anak mampu mengetahui hubungan sebab akibat yang terjadi. Sains kaya akan kegiatan yang melatih anak menghubungkan sebab akibat.
3. Memungkinkan Anak Melakukan Eksplorasi :
Kegiatan sains sebaiknya memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda yang ada disekitarnya. Pendidik dapat menghadirkan objek dan fenomena yang menarik ke dalam kelas. Misalnya guru menghadirkan induk kucing dengan anaknya, atau ulat yang akan menjadi kepompong. Anak akan merasa senang memperhatikan perilaku dan perubahan yang terjadi terhadap binatang tersebut. Bermain dengan air, magnet, balon, suara atau bayang-bayang akan membuat anak sangat senang. Anak juga akan dapat menggunakan hampir semua panca inderanya untuk melakukan eksplorasi atau penyelidikan.
4. Memungkinkan Anak Menkonstruksi Pengetahuan Sendiri :
Sains tidak melatih anak untuk mengingat berbagai objek, tetapi melatih anak mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan objek tersebut. Oleh karena itu, kegiatan pengenalan sains tidak cukup dengan memberitahu definisi atau nama-nama objek, tetapi memungkinkan anak berinteraksi langsung dengan objek dan memperoleh pengetahuan dengan berbagai inderanya dari objek tersebut. Oleh sebab itu sangat tidak tepat jika memperkenalkan anak berbagai objek melalui gambar atau model. Anak membutuhkan objek yang sesungguhnya.
5. Memungkinkan Anak Menjawab Persoalan ”Apa” Dari Pada ”Mengapa” :
Keterbatasan anak menghubungkan sebab akibat menyebabkan anak sulit menjawab pertanyan ”mengapa”. Pertanyaan tersebut harus dijawab dengan logika berfikir sebab akibat. Jika anak bermain dengan air di pipa lalu anak ditanya ”apa yang akan terjadi jika ujung pipa dinaikkan?”. Anak dapat menjawab, ”air akan mengalir melalui ujung yang lain yang lebih rendah.” tidak perlu anak ditanya ”mengapa jika ujung ini dinaikkan, air akan mengalir ke ujung yang lebih rendah”? Hal itu tidak akan dapat dijawab oleh anak. Sering anak menerjemahkan pertanyaan “mengapa” dengan ”untuk apa”, sehingga pertanyaan mengapa akan dijawab ”agar” atau ”supaya”.
6. Lebih Menekankan Proses Daripada Produk :
Melakukan kegiatan eksplorasi dengan benda-benda akan sangat menyenangkan bagi anak. Anak tidak berfikir apa hasilnya. Oleh sebab itu guru tidak perlu menjejali anak dengan berbagai konsep sains atau mengharuskan anak untuk menghasilkan sesuatu dari kegiatan anak. Biarkan anak secara alami menemukan berbagai pengertian dari interaksinya bermain dengan berbagai benda. Dengan kata lain proses lebih penting daripada produk.
7. Memungkinkan Anak Menggunakan Bahasa Dan Matematika :
Pengenalan sains hendaknya terpadu dengan disiplin ilmu yang lain, seperti bahasa, matematika, seni dan atau budi pekerti. Melalui sains anak melakukan eksplorasi terhadap objek. Anak dapat menceritakan hasil eksplorasinya kepada temannya (bahasa). Anak melakukan pengukuran, menggunakan bilangan, dan membaca angka (matematika). Anak dapat juga menggambarkan objek yang diamati dan meawarnai gambarnya (seni). Anak juga diajarkan mencintai lingkungan atau benda disekitarnya (budi pekerti).
8. Menyajikan Kegiatan Yang Menarik (The Wondwer Of Science) :
Sains menyajikan berbagai percobaan yang menarik seperti sulap. Anak-anak yang masih memiliki pikiran magis (imagical reasoning) akan sangat tertarik dengan keajaiban tersebut. Misalnya air susu dicampur air sabun dan diberi tiga macam pewarna makanan, lalu diaduk. Dengan menambahkan sedikit air soda, anak akan melihat air berbuih dan mengeluarkan gelembung seperti mendidih, menampilkan air warna warni yang menarik.
KONSEP KEGIATAN SAINS (ILMU HIDUP) UNTUK ANAK
Konsep Ilmu Kehidupan
Sebuah pengetahuan tentang konsep ilmu dasar untuk perencanaan dan mengajar ilmu kehidupan kepada anak-anak usia SD. Ingat, konsep adalah "ide besar" dari ilmu pengetahuan yang kita inginkan siswa untuk memahami. Dengan demikian, pengalaman belajar yang direncanakan di sekitar mereka. Sebagai contoh, angka 35-1 menunjukkan unit perencanaan web, yang memfokuskan kegiatan belajar sekitar tiga konsep dasar dari topik benih. Konsep berikut dasar untuk memahami tanaman, hewan, dan semua makhluk hidup.
Pembagian Ilmu Kehidupan :
a. Makhluk hidup dapat dibedakan dari hal-hal yang tak hidup.
b. Tanaman dan hewan adalah makhluk hidup
c. Makhluk hidup memiliki karakteristik yang unik.
Pembagian Klasifikasi Bibit Dan Tanaman :
1. Benih berbeda dalam ukuran, bentuk, warna, dan tekstur.
2. Biji berkecambah dan tumbuh menjadi jenis tanaman tertentu.
3. Beberapa benih tumbuh di dalam buah-buahan
4. Beberapa benih tumbuh menjadi bunga, semak, dan pohon.
5. Beberapa benih tumbuh menjadi makanan yang kita makan.
6. Benih tersebar dalam beberapa cara.
7. Biji membutuhkan air, cahaya, dan kehangatan untuk tumbuh.
8. Benih dan tanaman tumbuh dan berubah.
9. Daun cenderung tumbuh ke arah cahaya dan akar cenderung tumbuh ke dalam tanah.
10. Tumbuhan tumbuh dimulai dari benih, akar, dan tangkai.
11. Beberapa bentuk tanaman tidak memiliki benih (akar atau batang).
12. Beberapa tanaman tumbuh dalam terang dan beberapa tanaman tumbuh dalam gelap.
13. Beberapa tanaman berubah dalam musim yang berbeda.
Pembagian Klasifikasi Hewan :
1. Hewan membutuhkan makanan, air, tempat tinggal, dan suhu yang unik.
2. Hewan memiliki karakteristik individu.
3. Hewan memiliki adaptasi yang unik. Mereka bergerak, makan, hidup, dan berperilaku dengan cara yang membantu mereka bertahan hidup.
4. Hewan melewati siklus hidup.
5. Hewan adalah binatang yang bergantung pada kami untuk perawatan khusus. Kami mencintai dan merawat hewan peliharaan kita.
6. Ada banyak jenis hewan peliharaan.
7. Berbagai jenis hewan peliharaan memerlukan berbagai jenis perawatan untuk tumbuh dan sehat.
8. Akuarium adalah tempat untuk ikan dan makhluk hidup lainnya untuk tumbuh.
Perencanaan dan Pengajaran Kesatuan Benih
Pengalaman belajar yang disarankan dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan, minat, dan tingkat perkembangan anak-anak. Setiap pelajaran menyatakan sebuah konsep, tujuan pengajaran yang didasarkan pada apa yang seharusnya anak mampu melakukan, bahan yang dibutuhkan, dan saran untuk mengajar konsep.
PENGAJARAN GURU UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ANTARA LAIN ADALAH :
1. Membantu anak-anak dengan gangguan penglihatan mengurutkan dan mengklasifikasikan obyek menggunakan isyarat taktil.
2. Membantu anak-anak dengan gangguan pendengaran pengalaman suara melalui cara-cara taktil. Misalnya, anak bisa merasakan getaran garpu tala, senar gitar, dan karet gelang membentang di kotak cerutu.
Saran Untuk Mengajar Sains Untuk Siswa Dengan Kebutuhan Khusus
1. Gunakan pendekatan tim (SD dan guru pendidikan khusus) untuk menggabungkan keahlian dalam ilmu dan pengajaran individual.
2. Hadirkan bahan dalam berbagai cara (visual, auditori, kinestetik, dan taktil).
3. Gunakan kegiatan pembelajaran kooperatif termasuk anak-anak dengan dan tanpa ikatan disabili bekerja sama.
4. Fokus instruction pada beberapa tema yang luas.
5. Memecah materi menjadi sekmen kecil untuk setiap pelajaran
6. Buat pelajaran yang melibatkan partisipasi dan aktivitas siswa.
7. Bahasa ringan dalam pelajaran sains dengan mengajar kosa kata dan menggunakan panduan belajar dan garis.
8. Gunakan berbagai teknik evaluasi (tes, proyek, laporan, kegiatan, portofolio).
9. Atur bahan sehingga anak-anak dengan cacat fisik dapat bekerja dengan ini dengan mudah dan seindependen mungkin.
Anak-anak yang berbakat layak memperoleh kurikulum lebih menantang. Mengingat fasilitas lisan anak-anak ini, guru mungkin tergoda untuk memindahkan mereka manipulatif pengalaman belajar masa lalu dan memungkinkan mereka untuk mendekati ilmu pengetahuan melalui membaca. Melakukan hal itu akan menjadi suatu kesalahan. Seperti semua anak, anak-anak berbakat perlu menyelidiki, melaporkan, memecahkan masalah, dan mengkomunikasikan pemahaman mereka. Mereka dapat memilih topik mereka sendiri untuk eksplorasi dan melangkah lebih jauh dalam mengeksplorasi topik yang menarik perhatian mereka. Tapi mereka masih membutuhkan kurikulum sains yang mendorong mereka untuk menggunakan kemampuan mereka untuk berpikir dan memecahkan masalah, tak satu pun yang meminta mereka hanya untuk mengingat fakta dari bacaan. 

5 komentar: