PENGERTIAN
SAINS
Sains berasal dari bahasa latin ” scientia
” yang berarti pengetahuan. Menurut Sumaji menyatakan bahwa sains secara sempit adalah Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA), Terdiri dari physical sciences (ilmu astronomi, kimia,
geologi, minerologi, dan fisika) dan life science (biologi, zoologi dan
fisiologi).
Pengenalan sains pada usia TK lebih ditekankan
pada proses daripada produk. Proses sains ini disebut metode ilmiah yang secara
garis besar meliputi : Observasi, problem
solving, melakukan percobaan dan analisa data serta mengambil kesimpulan.
Sains
juga mengembangkan kemampuan pada anak yaitu :
Spiritual yaitu rasa syukur dan memuji keagungan
Tuhan
Observasi, berlatih menggunakan seluruh inderanya
untuk mengenal nama benda,bagian bagian dan memberi nama bagian serta fungsinya
Klasifikasi, berlatih mengelompokkan benda berdasarkan ciri ciri tertentu
Pengukuran
Menggunakan bilangan
Rasa empati terhadap benda yang diteliti seperti
hewan
Intrapersonal, merefleksikan kemampuan berpikir
dalam proses belajar seperti penguasaan teknologi
TUJUAN
SAINS UNTUK PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Ada beberapa pandangan
ilmuwan terhadap pendidikan dan pembelajaran sains menyatakan bahwa tujuan
pendidikan sains sejalan dengan kurikulum sekolah, yakni mengembangkan anak
secara utuh baik aspek domain kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotor anak (Abruscato,
1928).
Sumaji mengemukakan bahwa
tujuan sains yang mendasar adalah untuk memupuk pemahaman, minat dan
penghargaan anak didik terhadap dunia dimana dia hidup.
Liek wilarjo (1988)
mengemukakan bahwa fokus dan tekanan pendidikan sains terletak pada bagaimana
kita membiarkan diri anak dididik oleh alam agar menjadi lebih baik.
Maknanya dididik dengan alam, melatih anak untuk jujur dan tak berprasangka.
Dari pengalaman bergumul keras untuk memecahkan persoalan dalam sains, kita
dilatih untuk gigih dan tekun dalam menghadapi berbagai kesulitan, meningkatkan
kearifan, dan meningkatkan mendewasaan pertimbangan dalam menempuh jalan kehidupan.
Leeper (1994) mengemukakan
tujuan pembelajaran sains bagi anak usia dini adalah sebagai berikut :
1. Agar anak-anak
memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui penggunaan
metode sains, sehingga anak-anak terbantu dan menjadi terampil dalam
menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya.
2. Agar anak memiliki sikap ilmiah. Hal-hal yang mendasar, misalnya :
tidak cepat-cepat dalam mengambil keputusan, dapat melihat sesuatu dari
berbagai sudut pandang, berhati-hati terhadap informasi yang diterimanya serta
bersifat terbuka.
3. Agar anak-anak mendapatkan penngetahuan dan informasi
ilmiah yang lebih baik dan dapat dipercaya, artinya informasi yang diperoleh
anak berdasarkan pada standar keilmuan yang semestinya, karena informasi yang
disajikan merupakan hasil temuan dan rumusan yang obyektif serta sesuai dengan
kaidah-kaidah keilmuan yang menaunginya.
4. Agar anak lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang
berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya.
Pembelajaran sains untuk anak usia dini difokuskan
pada pembelajaran mengenai diri sendiri, alam sekitar dan gejala alam.
Pembelajaran Sains pada anak usia dini memiliki beberapa tujuan, diantaranya
yaitu :
1. Membantu anak usia dini untuk
dapat mengenal dan memupuk rasa cinta kepada alam sekitar sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Membantu menumbuhkan minat pada
anak usia dini untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di
lingkungan sekitarnya.
3. Membantu
melekatkan aspek-aspek yang terkait dengan keterampilan proses sains, sehingga
pengetahuan dan gagasan tentang alam sekitar dalam diri anak menjadi berkembang.
4. Menfasilitasi dan mengembangkan sikap ingin
tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerjasama dan
mandiri dalam kehidupannya.
5. Membantu anak
agar mampu menggunakan teknologi sederhana &
konsep sains yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang di
temukan dalam kehidupan sehari-hari.
6. Membantu anak agar mampu
menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
7. Membantu
anak dalam pengenalan dan penguasaan fisika dasar/sains seperti melakukan
eksplorasi/penyelidikan dan percobaan sederhana dengan berbagai benda (air,
angina, api dan magnet).
Berdasarkan tujuan tersebut,
jelaslah bahwa pengembangan pembelajaran sains bukan saja membina
domain kognitif anak saja, melainkan membina aspek afektif dan psikomotor
secara seimbang, bahkan lebih jauh diharapkan dengan mengembangkan
pembelajaran sains yang memadai (adequate) akan menumbuhkan kreativitas
dan kemampuan berfikir kritis yang semuanya akan sangat bermanfaat bagi
aktualisasi dan kesiapan anak untuk menghadapi perannya yang lebih luas dan
kompleks pada masa akan datang.
Penempatan Sains pada kurikulum pendidikan anak
usia dini menurut Conezio dan Perancis ( 2003) sebagai berikut :
1.
Ilmu menanggapi kebutuhan anak-anak untuk belajar tentang dunia di sekitar
mereka.
2. Pengalaman
sehari-hari anak-anak adalah dasar untuk ilmu pengetahuan.
3. Ilmu
kegiatan terbuka melibatkan anak-anak pada berbagai tingkat perkembangan.
4. Tangan-atas
kegiatan sains membiarkan guru mengamati dan respon terhadap kekuatan individu
dan kebutuhan anak-anak.
5. Pendekatan
ilmiah " trial and error " menyambut kesalahan - menafsirkannya sebagai
informasi berharga , bukan sebagai kegagalan.
6. Ilmu
sangat mendukung bahasa dan keaksaraan.
7. Sains
membantu pelajar bahasa Inggris untuk berpartisipasi dalam kelas dan belajar
bahasa Inggris.
8. Keterampilan
pemecahan masalah ilmu pengetahuan dengan mudah generalisasi ke situasi sosial.
9. Demonstrasi
ilmu membantu anak-anak menjadi nyaman dalam percakapan kelompok besar.
10. Ilmu
mudah menghubungkan ke daerah lain, termasuk bermain berbasis pusat,
matematika, ekspresi seni, dan ilmu sosial.
PROSES-PROSES PEMBELAJARAN DALAM
SAINS
1.
Proses Ilmiah
Proses ilmiah merupakan siklus membentuk
hipotesis, pengumpulan data, mengkonfirmasi atau tidak menggunakan hipotesis,
membuat generalisasi, dan kemudian mengulangi siklus. Keterampilan dasar yang
digunakan dalam proses ilmiah termasuk mengamati, mengklasifikasi dan
membandingkan, mengukur, berkomunikasi, bereksperimen, berkaitan, menyimpulkan,
dan menerapkan. Karena menyimpulkan dan menerapkan membutuhkan pemikiran yang
lebih abstrak, anak-anak seharusnya tidak diharapkan untuk menjadi kompeten
dalam keterampilan ini dalam arti formal.
2. Proses Keterampilan Ilmiah Anak Usia Dini
Anak-anak menemukan konten ilmu dengan menerapkan
proses ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan ilmiah,
diskusi kelas, membaca, dan berbagai strategi pengajaran lainnya. Ini adalah
keterampilan berpikir diperlukan untuk belajar ilmu pengetahuan.
Keterampilan proses adalah mereka yang
memungkinkan anak untuk memproses informasi baru melalui eksperimen.
Keterampilan yang paling sesuai untuk anak usia dini adalah mengamati,
mengklasifikasi, membandingkan, mengukur, mengkomunikasikan, dan eksperimen.
Mengasah keterampilan ini sangat penting untuk menghadapi kehidupan sehari-hari
serta untuk studi masa depan dalam ilmu pengetahuan dan matematika anak.
Beberapa keterampilan, yang berlaku untuk program
ilmu anak usia dini, yaitu :
a. Mengamati
Melihat dan mengamati hal yang tidak sama. Guru perlu memberikan bimbingan dalam teknik
observasi. Anak-anak dapat didorong untuk memperhatikan dalam tindakan spesifik
atau informasi. Misalnya, anak dapat memberanikan diri untuk mengamati perilaku
burung di tanah - apakah itu berjalan atau naik? Pengamatan ini tentu tidak
terbatas pada visual, melainkan harus melibatkan semua indera - melihat,
mendengar, mencium, mencicipi, dan perasaan.
b. Klasifikasi
Klasifikasi adalah keterampilan proses dasar yang
digunakan dalam mengorganisir
informasi. Dalam rangka untuk mengklasifikasikan benda-benda atau informasi,
anak-anak harus dapat membandingkan dan seimbang dengan sifat benda atau
informasi. Anak-anak mulai
mengklasifikasikan berdasarkan fungsi, warna, dan bentuk. Anak-anak dapat
mengklasifikasikan berdasarkan karakteristik atau sifat-sifat tertentu, tetapi
klasifikasi perkalian, di mana objek yang diterima ke dalam beberapa kategori,
sulit bagi anak-anak di usia dini.
Anak-anak harus mampu untuk berpikir dalam hal
operasional konkret sebelum mereka bisa memikirkan benda sebagai termasuk untuk
beberapa kategori sekaligus, dan sebagian besar anak-anak tidak pemikir konkret
di tahun-tahun anak usia dini. Guru dapat mendorong anak untuk
mengklasifikasikan benda-benda dan untuk menjelaskan bagaimana benda telah
dikelompokkan. Anak-anak dapat mengklasifikasikan blok dengan bentuk, kelompok
bahan-bahan yang disimpan di area seni, atau tombol semacam daun, kerang, atau
koleksi lainnya.
c. Membandingkan
Membandingkan adalah proses pemeriksaan objek dan
peristiwa dalam hal kesamaan dan perbedaan. Ini biasanya melibatkan mengukur,
menghitung, dan mengamati dengan seksama. Membandingkan penting karena
anak-anak mengamati, misalnya, perilaku tikus dan marmut dan kemudian
menentukan apa yang sama dan berbeda tentang mereka. Contoh lain anak membandingkan kelopak pada mahkota dengan
mawar.
d. Mengukur
Pengukuran adalah keterampilan proses dasar yang
diperlukan untuk mengumpulkan data. Pengukuran tidak hanya mengacu pada
menggunakan ukuran standar. Anak-anak dapat mengukur makanan hamster oleh
sendok, memotong seutas tali tinggi tanaman kacang mereka, membandingkan ukuran
benih atau batu, atau menggunakan gelas atau mengumpulkan salju dan mengamati
jumlah air yang dihasilkan saat salju
mencair.
e.
Komunikasi
Berkomunikasi adalah keterampilan proses dasar
yang lain. Anak-anak dapat didorong untuk berbagi pengamatan dan koleksi data
mereka melalui berbagai cara. Mereka dapat berbicara tentang temuan mereka,
membuat catatan bergambar, menghasilkan diagram dan grafik, atau narasi dalam
rangka untuk berbagi informasi, data, dan kesimpulan. Proses komunikasi adalah penting,
karena anak-anak mulai memahami bagaimana pengetahuan dibuat dalam bidang ilmu
pengetahuan.
f. Eksperimen
Bereksperimen bukanlah proses baru untuk
anak-anak. Mereka telah melakukan percobaan sejak mereka pertama kali mengambil
mainan atau melemparkan semangkuk sereal. Dalam proses ilmiah, bereksperimen
berarti mengendalikan satu atau lebih variabel dan kondisi memanipulasi.
Guru dapat membantu anak-anak memikirkan kegiatan
bermain mereka sebagai percobaan dengan terampil mempertanyakan dan mendorong anak-anak
untuk merefleksikan tindakan mereka dan hasil dari tindakan mereka. Ketika
anak-anak mencoba untuk menyeimbangkan satu balok pada sebuah menara balok,
penurunan pewarna makanan ke dalam gelas air, atau tumbuhan beberapa benih di
tanah yang berbeda, mereka dapat dibimbing untuk berpikir kegiatan ini sebagai
percobaan.
g. Berkaitan,
Menyimpulkan, Menerapkan
Anak-anak akan menggunakan keterampilan proses
yang berkaitan, menyimpulkan, dan menerapkan hanya dengan cara sangat informal:
« Terkait adalah proses menggambar abstrak dari bukti
konkret. Misalnya, anak yang mengamati beku air mungkin tidak mampu berhubungan
pengamatan bahwa dengan ide abstrak yang diberi cairan menjadi padatan pada
suhu tertentu.
« Menyimpulkan adalah kemampuan untuk menentukan hubungan sebab
dan akibat atau penjelasan untuk fenomena ketika proses tidak langsung diamati.
Contoh fenomena teramati tersebut termasuk listrik dan magnet.
« Menerapkan menggunakan informasi dari pengalaman untuk
menciptakan, membuat, memecahkan masalah baru, dan menentukan probabilitas.
Anak-anak dapat terlibat dalam menerapkan pengetahuan ilmiah tapi tidak dalam,
pengertian analisis formal. Misalnya, jika anak-anak dapat mengamati perilaku
air ketika ia jatuh pada malam musim dingin, mereka dapat menerapkan beberapa
pengamatan ini untuk cairan lain dan membuat prediksi tentang apa yang akan
terjadi pada mereka dalam kondisi yang sama. Hal ini tidak masuk akal, namun
untuk mengharapkan anak-anak untuk menganalisis hasil dan menerapkannya tanpa
memberikan pengalaman konkret untuk dipikirkan.
3. Mengembangkan Sikap Ilmiah
Dalam beberapa hal, sikap terhadap subjek atau
kegiatan dapat sama pentingnya dengan subyek itu sendiri. Salah satu contoh
adalah : individu yang tahu bahwa merokok bisa membunuh tetapi terus merokok,
atau orang yang tahu bahwa mengenakan sabuk pengaman sangat meningkatkan
peluang mereka untuk menghindari kecelakaan dan mencegah cedera, namun memilih
untuk tidak memakainya, sama halnya dengan sikap ilmiah.
1) Rasa
Ingin Tahu
Anak usia dini mentalnya belum dikembangkan ke titik di mana mereka bisa berpikir secara sadar tentang membentuk sikap untuk masalah sistematis
mengejar, tetapi mereka dapat mempraktekkan perilaku yang akan menciptakan
kebiasaan jangka panjang yang mencerminkan sikap ilmiah.
Keingintahuan
dianggap salah satu sikap yang paling berharga yang dapat diproses oleh siapapun. dibutuhkan individu penasaran
untuk melihat sesuatu dari
sesuatu yang baru perspektif, pertanyaan panjang
diyakini benar atau melihat lebih
cermat pada pengecualian dari
aturan. Pendekatan ini yang dasar bagi ilmu pengetahuan adalah wajar untuk anak-anak. mereka menggunakan semua indera dan energi mereka untuk "mencari
tahu" tentang dunia diseluruh
mereka. dari sepuluh
tahun pengalaman formal di
sekolah, yang memungkinkan sedikit
waktu eksplorasi dan interogasi,
memadamkan karakteristik yang berharga ini. Pengalaman pendidikan
yang memanfaatkan pengalaman langsung
penyelidikan seperti belajar siklus memanfaatkan rasa
ingin tahu alami anak daripada
mencoba untuk menekannya.
2) Keraguan
Anda
percaya semua yang Anda lihat? apakah Anda skeptis tentang beberapa hal yang Anda dengar? baik! Sikap ini mencerminkan skeptisisme yang sehat diperlukan oleh kedua ilmu
pengetahuan dan lingkungan anak.
Anak-anak perlu didorong untuk mempertanyakan, bertanya-tanya, bertanya "mengapa" dan berhati-hati
menerima hal-hal pada nilai nominal.
Pengalaman dirancang di sekitar observation langsung fenomena
dan pengumpulan data secara alami
mendorong anak untuk mengeksplorasi
situasi baru secara obyektif dan terbuka - mode berpikiran. Jenis pengalaman bisa berbuat banyak untuk mengembangkan
kepercayaan diri dan skeptisisme yang
sehat
3) Pendekatan Positif Terhadap Kegagalan Dan
Citra Diri
Pendekatan positif terhadap kegagalan dan
citra diri yang positif adalah sikap
terkait erat. Anak
perlu diberi kesempatan untuk mengajukan solusi mereka sendiri untuk masalah. Pada waktu ini dapat berarti
bahwa mereka akan berfikir buntu,
tetapi sering lebih banyak dipelajari dalam pengejaran daripada jawaban yang benar. Jika anak-anak dikondisikan untuk melihat ke figur dewasa untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah,
mereka akan memiliki
waktu yang sulit mendekati masalah
baru baik sebagai mahasiswa dan
sebagai orang dewasa.
Dalam
pembelajaran sains anak mencoba melakukan proses antara lain :
« Mengamati, yaitu melihat dan memperhatikan dengan
teliti.
« Menggolongkan, yaitu membagi-bagi atas beberapa
golongan.
« Mengukur, yaitu menghitung ukurannya (panjang,
besar, luas, tinggi, dsb) dengan alat tertentu.
« Menguraikan, yaitu melepaskan hubungan
bagian-bagian dari induk atau pusatnya.
« Menjelaskan, yaitu menerangkan; menguraikan secara
terang.
« Mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting tentang
alam.
« Merumuskan problem, yaitu menyebutkan
(menyimpulkan) suatu masalah dengan ringkas dan tepat.
« Merumuskan hipotesis, yaitu menyebutkan
(menyimpuklan) sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan
pendapat, meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan; anggapan dasar.
« Merancang penyelidikan termasuk eksperimen, yaitu
membuat percobaan yang bersistem dan berencana untuk membuktikan kebenaran
suatu teori.
« Mengumpulkan dan menganalisis data, yaitu
mengumpulkan dan melakukan penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya.
« Menarik kesimpulan yaitu mengambil keputusan yang
diperoleh dari pembelajaran.
TAHAPAN USIA DALAM PENGEMBANGAN SAINS
Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan
belajar sains kepada anak sangat tergantung pada pengalaman, usia dan tingkat
perkembangannya. Beberapa indikator disetiap usia dibawah ini :
1) Usia 3-4 Tahun
« Mulai menjelajah dan melakukan penelitian
terhadap apa yang dilihat di sekitar lingkungannya.
« Lebih menyukai aktivitas fisik dan penjelajahan melalui panca
indera. Bagaimanapun mereka sudah mulai mampu untuk menerina informasi yang
mempunyai hubungan langsung dengan pengalaman yang dia dapat dari percakapan
atau dari buku-buku dengan tulisan sederhana.
« Mulai menyukai ilmu pengetahuan dan mau
bekerja sama dengan orang dewasa
« Banyak bertanya tentang apapun tetapi tidak
pernah puas dengan jawaban yang diberikan.
« Mulai berkembang kemampuan bahasanya.
« Belajar jadi lebih mudah, dimana mereka sudah mulai mengerti aktivitas yang akan
dia kerjakan dan mulai percaya pada orang dewasa.
2) Usia 4-5 Tahun
« Anak-anak mulai mengerti tentang banyak hal berupa
informasi yang berhubungan dengan apa yang terjadi di dunia sekitarnya.
« Mulai memahami apa maksud penelitian dan
menjedi lebih
bermakna dan menemukan penjelajahan mereka.
« Mulai memyeleksi aktivitas yang dilakukan.
« Mulai mampu membuat perkiraan-perkiraan
terhadap berbagai peristiwa yang akan terjadi.
« Suka memikirkan penjelasan dari apa yang
mereka teliti baik itu fakta ataupun imajinasi/fantasi.
« Menikmati percakapan dengan anak-anak lain
dan mulai secara spontan berbagi dan mengambil keputusan.
« Memahami percakapan dengan yang lain, seperti mereka bermain dan melakukan
percobaan.
« Mulai menggunakan gambaran untuk mewakili
dan mengungkapkan ide-ide.
« Senang melihat buku-buku dan pura-pura
membacanya.
3) Usia 5-6 Tahun
« Anak mampu merencanakan penelitian yang
berhubungan dengan pemecahan masalah, seperti ketika mencari jawaban bagaimana
cara hewan berkembang biak ?
« Dapat mengikuti tiga tahap tujuan dan
menikmati beberapa penelitian langsung dari guru.
« Memiliki perhatian yang lama untuk berbagai
aktivitas sains, mereka
mulai dapat menikmati kegiatan yang dilakukan dalam kurun waktu beberapa hari.
« Bekerja sama bersama-sama dengan lima atau
enam anak.
« Tertarik pada buku-buku yang yang berhubungan dengan
aktivitas dari praktek sains dengan beberapa ilustrasi-ilustrasi berupa gambar.
« Mulai dapat memahami beberapa konsep sains yang bersifat
abstrak, tetapi tetap dengan contoh-contoh nyata yang kongkrit dan praktek
langsung.
« Senang menggunakan gambar-gambar dan menulis
berbagai pengalaman yang mereka dapatkan dalam praktek sains yang telah dilakukan.
MODEL PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN SAINS AUD
Terdapat beberapa model pengembangan program
pembelajaran atau kurikulum yang dapat dijadikan pedoman dalam pengembangan
program pembelajaran sains pada anak usia dini.
1. Pendekatan Yang Bersifat Situasional
Pembahasan tentang sains akan dielaborasi (diulas)
secara luas dan mendalam jika dalam pembelajaran muncul ‘fenomena’
yang terkait dengan tuntutan pembahasan konsep dan pengalaman sains pada
sasaran belajar. Jadi pendekatan ini sangat ditentukan oleh muncul atau
tidaknya konteks sains dalam pembelajaran yang sedang dilakukan. Jika
muncul, maka pembelajaran akan segera disesuaikan dan diarahkan pada pembahasan
sains; tetapi jika tidak muncul fenomena sains, maka pembelajaran akan
dilanjutkan sebagaimana mestinya. Dengan kata lain pendekatan ini dapat
dikatakan sebagai program pengembangan pembelajaran sains yang berdasarkan
situasi spontanitas (spontanous based treatment) sebagai titik awal atau
tantangan awal (exelent starting point) untuk menjelaskan sains pada
anak, Harlen dan Jelly (1989) dan Dawson (2004) menyebutnya sebagai pendekatan
yang bersifat sensitif (sensitivity approach) yaitu strategi
pengembangan pembelajaran sains yang didasarkan atas kepekaan terhadap situasi
kelas atau pembelajaran yang terjadi.
2. Pendekatan Yang Bersifat Terpisah / Tersendiri
Program pengembangan pembelajaran sains dikemas
secara khusus dan tersendiri. Pembelajaran sains diberikan waktu tersendiri sebagai
mana bidang pengembangan lainya dalam pendidikan anak usia dini, pembelajaran
sains di setting (dirancang) secara khusus sesuai dengan karakteristik
pembelajaran sains yang khas serta karakteristik anak yang sesuai (relevan)
dengan tuntutan penguasaan sains. Jadi pengembangan pembelajaran sains
bersifat regular karena memiliki waktu dan tempat khusus dalam program
(kurikulum) pendidikan usia dini yang ada. Program sains tidak tergantung
program lainnya; walaupun tetap prinsip-prinsip pengembangannya harus mengacu
pada landasan pengembangan program (kurikulum) pada umumnya, misalnya saja
prinsip keluwesan (flexibility).
Jadi program pengembangan pembelajaran sains sederajat
dan berdampingan dengan program pengembangan lainnya dalam sistem pendidikan yang
ada. Harlen dan Jelly dalam Dawson (2004) untuk model pengembangan kurikulum
pembelajaran sains seperti ini, menyebutnya dengan istilah separate
lessons, maksudnya adalah program sains direncanakan secara mandiri dan
terpisah, dengan alokasi waktu dan jam belajar tersendiri.
3. Pendekatan Yang Bersifat Merger / Terintegrasi
Dengan Disiplin Lain / Bidang Pengembangan Lain
Dalam pendekatan ini, program sains dikembangkan
dengan cara digabungkan secara formal dan sistematis dengan bidang pengembangan
atau disiplin ilmu lainnya. Sehingga dalam program, pengembangan pembelajaran
sains merupakan bagian dari suatu program kurikulum yang lebih luas dan terpadu
sifatnya. Jadi dalam pengorganisasiannya, para pengembang program harus
mampu melihat secara seksama karakteristik dari setiap bidang yang
diintegrasikan dengan bidang sains tersebut. Disiplin atau bidang pengembangan
lain yang diintegrasikan dapat bersifat terbatas, maupun terbuka secara luas
dan tanpa dibatasi secara khusus. Contoh pengintegrasian program sains yang
dilihat berdasarkan isi bahan kajian, misalkan: penggabungan sains dan
matematika, penggabungan sains dan sejarah, penggabungan sains dan olahraga,
dan sebagainya.
KEGIATAN SAINS UNTUK ANAK
1. Lukisan.
Lukisan jari membantu anak-anak belajar untuk melihat dengan ujung jari mereka
dan menunjukkan konsep difusi warna saat mereka membersihkan tangan mereka.
Bentuk dapat dikenali dengan mengecat dengan buah dan benda-benda asing.
2. Pusat
Air. Konsep seperti volume dan konservasi mulai digenggam ketika anak mengukur
dengan air dan pasir. Apung bisa dieksplorasi dengan perahu dan tenggelam dan
objek mengambang.
3. Blok.
Blok adalah cara yang baik untuk memperkenalkan anak-anak terhadap gesekan,
gravitasi, dan mesin sederhana. Leverage dan efisiensi dapat diperkuat dengan
woodworking.
4. Buku.
Banyak buku meliputi konsep ilmiah saat bercerita. Buku dengan gambar
memberikan pandangan dari hal-hal asing dan menyimpulkan dan mendiskusikan.
5. Musik.
Anak-anak mari mengalami pergerakan udara terhadap tubuh mereka. Hambatan udara
juga dapat ditunjukkan dengan menari dengan syal.
6. Playground.
Bermain dapat memberikan kesempatan untuk memprediksi cuaca, praktek balancing,
dan pengalaman gesekan. Di dunia nyata ilmu pengetahuan terintegrasi baik
terutama dengan membaca dan menulis. Kata-kata dasar, objek menebak, grafik
pengalaman, menulis cerita, dan bekerja dengan sensasi taktil semua mendorong
perkembangan literasi awal (angka 7-3 dan 7-4).
7. Mengamati peternakan semut. di mana ruang bawah tanah yang
terlihat.
8. Percobaan dengan balon dan
udara. Membantu anak-anak memahami
bahwa semua ruang dipenuhi dengan
sesuatu.
9. Bekukan air dan
mengamati bahwa dibutuhkan lebih
banyak ruang ketika membeku daripada
waktu cair.
10. Mengamati
fase perubahan bulan.
Beberapa anak yang
lebih tua mungkin dapat menggunakan model bumi, bulan, dan
matahari untuk menjelaskan fase
ini. Anak-anak muda dapat
mengamati dan menarik fase.
11. Mengamati ukuran. dari
berbagai bahan sebelum dan sesudah proses berbeda diterapkan.
Misalnya, wortel lebih
kecil setelah mengering, adonan untuk roti lebih
kecil sebelum dimasak, dan sebagainya.
12. Kapur Barus
Lompat
13. Telur ajaib
14. Penggabungan
warna
15. Magnet
16. Paru paru
plastik
17. Bermain rasa
18. Meniup air berwarna lalu ditaruh kertas di atasnya
19. Es batu dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi air penuh untuk
melihat apakah airnya tumpah
20. Membuat mentega dari susu cream cair
21. Mencampur tepung jagung dengan tapioka dan gandum untuk melihat
campuran-campuran itu padat atau cair atau bagaimana jika diberi sedikit air
perubahan apa yang terjadi?
22. Piringan
berputar
Piringan berupa plastik agak
tebal dibentuk melingkar dapat diberi gantungan benda-benda dengan tali di
tepi-tepi sekeliling piring. Anak usia 8 - 12 bulan menyenangi mainan semacam
ini karena merangsang daya visual anak dalam mengamati benda- benda yang
bergerak.
23. Ular
kaleng
Kaleng-kaleng bekas dengan ukuran
sama diisi dengan biji-bijian dimasukkan ke dalam bekas stocking yang panjang.
Kaleng dimasukkan dalam stocking secara berselang-seling dengan potongan kertas
(kawul). Jadi susunannya berupa kaleng – kawul – kaleng – kawul dst. Anak
senang menekan-nekan permukaan kaleng yang keras kemudian kawul yang lunak dan
membunyikan kaleng-kaleng itu.
24. Mainan
dari kertas daur ulang
Dari bahan bubur kertas di atas,
dapat diolah menjadi bentuk-bentuk lain seperti boneka, buah, binatang, dll.
Bubur kertas tadi diperas sampai kering kemudian dicampur dengan lem dan
dibentuk sesuai keinginan. Boneka beruang di atas di dalamnya berisi botol
minuman yakult yang sudah tidak terpakai dan diisi dengan biji-bijian, kemudian
dibungkus bubur kertas. Setelah kering dapat dicat atau ditaburi dengan
serbuk-serbuk tertentu.
MATERI SAINS BAGI ANAK USIA DINI
Ada beberapa materi sains yang sesuai untuk anak
prasekolah terutama usia 5-6 tahun. Pembelajaran topik-topik sains hendaknya
lebih bersifat memberikan pengalaman tangan pertama (first-hand experience)
kepada anak, bukan mempelajari konsep sains yang abstrak. Selain itu pembelajaran
sains hendaknya mengembangkan kemampuan observasi, klasifikasi, pengukuran,
menggunakan bilangan dan mengidentifikasi hubungan sebab akibat. Materi
tersebut antara lain :
1.
Mengenal Gerak :
Anak sangat senang bermain dengan benda-benda yang
dapat bergerak, memutar, menggelinding, melenting, atau merosot. Ada beberapa
kegiatan untuk mengenalkan anak dengan gerakan, antara lain :
a.
Menggelinding dan bentuk benda
Materi ini menyadarkan anak akan sebab-sebab
timbulnya gerakan pada benda. Kemiringan papan, bentuk benda silindris dan
kotak, halus kasarnya permukaan benda ikut mempengaruhi kecepatan gerakan.
Materi ini juga dapat melatih kemampuan observasi.
b.
Menggelinding dan ukuran benda
Bermain dengan cara menggelindingkan benda-benda
dengan berbagai ukuran akan membantu siswa untuk mengenal bahwa besar kecil,
berat ringannya suatu benda akan mempengaruhi gerak benda tersebut. Materi ini
juga melatih kemampuan observasi pada anak.
2.
Mengenal Benda Cair :
Bermain dengan air merupakan salah satu kesenangan
anak. Pendidik dapat mengarahkan permainan tersebut agar anak dapat memiliki
berbagai pengalaman tentang air. Air senantiasa menyesuaikan bentuknya dengan
bentuk wadahnya. Air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang
lebih rendah atau dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan
rendah. Berbagai kegiatan dengan air, antara lain :
a.
Konservasi volume
Kegiatan ini merupakan cara untuk melatih anak
memahami isi atau volume benda cair. Anak Pra-operasional belum dapat memahami
konservasi volume (Piaget 1972). Oleh karena itu memperkenalkan anak dengan
bejana yang dapat diisi akan membantu anak memahami konservasi volume. Sambil
mengisi botol besar, lalu memindahkan ke botol yang lebih kecil dan sebaliknya,
anak belajar mengunakan bilangan untuk menghitung banyaknya air yang dimasukkan
ke botol tersebut. Anak juga akan berlatih memahami pengertian lebih banyak dan
lebih sedikit. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan di luar kelas. Agar tidak
basah, sebaiknya anak diminta memakai rompi plastik.
b.
Tenggelam dan terapung
Kegiatan ini dapat dilakukan di kelas atau di luar
kelas. Jika di kelas, beri alas plastik dan koran agar air tidak membasahi
tempat. Tujuan kegiatan ini adalah agar anak diberi pengalaman bahwa ada benda
yang tenggelam dan ada yang terapung. Anak sering mengira benda yang berukuran
kecil terapung dan yang besar tenggelam. Tenggelam atau terapung tidak
ditentukan oleh ukuran benda melainkan oleh berat jenis benda.
c.
Membuat benda terapung
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengenalkan pada
anak bahwa benda yang tenggelam dapat dibuat terapung. Dari kegiatan ini pula
anak akan memahami, mengapa perahu yang berat dapat terapung.
d.
Larut dan tidak larut
Sebagian benda larut ke dalam air dan sebagian
lagi tidak. Gula, garam dan warna pada teh larut dalam air sehingga akan
membentuk larutan. Jika larutan dibiarkan, maka akan membentuk endapan, kecuali
jika airnya diuapkan semua. Benda lain tidak larut dalam air, seperti tepung,
pasir dan minyak. Jika benda tersebut dicampur dengan air maka tidak akan
membentuk larutan, tetapi membentuk campuran. Campuran kelihatan tidak homogen
dan jika diendapkan, maka akan terlihat adanya endapan.
e.
Air mengalir
Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat
yang lebih rendah karena gravitasi bumi. Air dari tempat yang lebih rendah
dapat dialirkan ke tempat yang lebih tingi dengan menambah tekanan, misalnya
dengan pompa air. Anak sangat senang bermain dengan air mengalir dan memperoleh
pengalaman langsung yang kelak akan berguna untuk mempelajari sains.
f.
Mengenal sifat berbagai benda cair
Melalui kegiatan ini anak diperkenalkan bahwa
benda cair itu bermacam-macam, tidak hanya air. Benda-benda cair itu juga
memiliki sifat yang berbeda.
3.
Mengenal Timbangan (Neraca) :
Neraca sangat baik untuk melatih anak
menghubungkan sebab akibat karena hasilnya akan nampak secara langsung. Jika
beban di satu lengan timbangan ditambah, maka beban akan turun. Demikian pula
jika beban digeser menjauhi sumbu. Berbagai benda memiliki massa jenis berbeda.
Kapas dan spons memiliki massa jenis yang lebih kecil dibanding besi dan batu,
meskipun batu dan besi ukurannya kecil tetapi akan lebih berat dari kapas atau
spons.
4.
Bermain Gelembung Sabun :
Anak sangat menyukai bermain dengan gelembung
sabun. Dengan menambahkan satu sendok gliserin pada dua liter air, larutan
sabun, akan diperoleh larutan yang sabun yang menakjubkan yang dapat digunakan
untuk membentuk gelembung raksasa, jendela kaca, atau bentuknya lainnya dari
busa.
5.
Mengenal Benda-Benda Lenting :
Benda-benda dari karet pada umumnya memuliki
kelenturan sehingga mampu melenting jika dijatuhkan. Demikian pula benda dari
karet yang diisi udara, seperi bola basket, bola voli dan bola plastik. Anak
sangat senang bermain dengan benda-benda tersebut.
6.
Mengenal Binatang :
Binatang merupakan makhluk yang menarik bagi
anak-anak karena mampu merespon rangsang. Anjing, misalnya mampu mengembalikan
benda-benda yang dilemparkan pemiliknya. Anak kucing akan mengejar dan menerkam
benda-benda yang bergerak. Meskipun masih diperdebatkan dari segi sanitasi dan
higienisnya, memelihara hewan peliharaan dapat mengembangkan rasa kasih dan
sayang pada anak. Melalui binatang anak akan belajar banyak tentang makhluk
tersebut. Oleh karena itu di negara-negara maju, kebun binatang dilengkapi
dengan pojok sains (sains center) dimana anak dapat berinteraksi dengan
binatang yang jinak dan bersih sambil mempelajarinya. Ada beberapa keuntungan
yang diperoleh anak jika berinteraksi dengan binatang. Pertama, anak belajar
mengenal dan menghargai makhluk hidup, ia belajar bahwa makhluk hidup
memerlukan makanan, papan dan kasih sayang. Kedua, anak belajar untuk
menyayangi binatang yang pada akhirnya akan menumbuhkan rasa kasih sayang pada
makhluk hidup.
RAMBU-RAMBU KEGIATAN SAINS UNTUK ANAK
Ada beberapa jenis keterampilan sains dapat
dilatihkan pada anak usia dini ;
1)
Mengamati.
Caranya, ajak anak-anak mengamati fenomena alam yang terjadi di sekeliling
kita. Dimulai dari yang paling sederhana. Misalnya, mengapa es bisa mencair?
Mengapa ada siang dan malam, dan sebagainya.
2)
Mengelompokkan.
Dalam hal ini, anak diminta untuk menggolongkan benda sesuai kategori
masing-masing. Misalnya kelompok bunga-bungaan, kelompok biji-bijian, kelompok
warna yang sama, dan lain sebagainya.
3)
Memprediksi.
Misalnya, berapa lama es akan mencair, berapa lama lilin akan meleleh, berapa
lama air yang panas akan menjadi dingin, dst.
4)
Menghitung.
Kita mendorong anak untuk menghitung benda-benda yang ada di sekeliling,
kemudian mengenalkan bentuk-bentuk benda kepadanya.
Jadi, sains dan matematika sebenarnya dapat
diperkenalkan kepada anak sejak usia dini. Tentu dengan memperhatikan cara dan
bahasa penyampaiannya, serta disesuaikan dengan umur dan perkembangan si anak.
Kegiatan pengenalan sains untuk anak prasekolah
sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Guru atau pendidik
hendaknya tidak menjejalkan konsep sains kepada anak, tetapi memberikan
kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak menemukan sendiri fakta dan konsep
sederhana tersebut. Teori Experimental
Learning dari Carl Roger mengisyaratkan pentingnya pembelajaran yang sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan anak. Menurutnya anak secara alamiah dengan
kapasitas dan kemauan untuk belajar. Fungsi pendidik hanyalah memfasilitasi dan
membantu agar anak dapat belajar secara optimal. Menurut Piaget (1972) anak
prasekolah usia 4-6 tahun berada pada fase perkembangan pra operasional dan
menuju konkret operasional. Untuk itu kegiatan sains sebaiknya disesuaikan
dengan tingkat perkembangan dan karakteristik anak tersebut.
Berikut ini merupakan rambu-rambu yang dapat
menjadi acuan dalam pembelajaran sains :
1.
Bersifat Konkrit :
Benda-benda yang digunakan bermain dalam kegiatan
pembelajaran adalah benda yang konkrit (nyata). Pendidik tidak dianjurkan untuk
menjejali anak dengan konsep-konsep abstrak. Pendidik sebaiknya menyediakan
berbagai benda dan fasilitas lainnya yang diperlukan agar anak dapat menemukan
sendiri konsep tersebut.
2.
Hubungan Sebab Akibat Terlihat Secara Langsung :
Anak usia 5-6 tahun masih sulit menghubungkan
sebab akibat yang tidak terlihat secara langsung karena pikiran mereka yang
bersifat transduktif. Anak tidak dapat menghubungkan sebab-akibat yang tidak
terlihat secara langsung. Jika anak melihat peristiwa secara langsung, membuat
anak mampu mengetahui hubungan sebab akibat yang terjadi. Sains kaya akan
kegiatan yang melatih anak menghubungkan sebab akibat.
3. Memungkinkan Anak Melakukan
Eksplorasi :
Kegiatan sains sebaiknya memungkinkan anak
melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda yang ada disekitarnya. Pendidik
dapat menghadirkan objek dan fenomena yang menarik ke dalam kelas. Misalnya
guru menghadirkan induk kucing dengan anaknya, atau ulat yang akan menjadi
kepompong. Anak akan merasa senang memperhatikan perilaku dan perubahan yang
terjadi terhadap binatang tersebut. Bermain dengan air, magnet, balon, suara
atau bayang-bayang akan membuat anak sangat senang. Anak juga akan dapat
menggunakan hampir semua panca inderanya untuk melakukan eksplorasi atau
penyelidikan.
4.
Memungkinkan Anak Menkonstruksi Pengetahuan Sendiri :
Sains tidak melatih anak untuk mengingat berbagai
objek, tetapi melatih anak mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan objek
tersebut. Oleh karena itu, kegiatan pengenalan sains tidak cukup dengan
memberitahu definisi atau nama-nama objek, tetapi memungkinkan anak
berinteraksi langsung dengan objek dan memperoleh pengetahuan dengan berbagai
inderanya dari objek tersebut. Oleh sebab itu sangat tidak tepat jika
memperkenalkan anak berbagai objek melalui gambar atau model. Anak membutuhkan
objek yang sesungguhnya.
5.
Memungkinkan Anak Menjawab Persoalan ”Apa” Dari Pada ”Mengapa” :
Keterbatasan anak menghubungkan sebab akibat
menyebabkan anak sulit menjawab pertanyan ”mengapa”. Pertanyaan tersebut harus
dijawab dengan logika berfikir sebab akibat. Jika anak bermain dengan air di
pipa lalu anak ditanya ”apa yang akan terjadi jika ujung pipa dinaikkan?”. Anak
dapat menjawab, ”air akan mengalir melalui ujung yang lain yang lebih rendah.”
tidak perlu anak ditanya ”mengapa jika ujung ini dinaikkan, air akan mengalir
ke ujung yang lebih rendah”? Hal itu tidak akan dapat dijawab oleh anak. Sering
anak menerjemahkan pertanyaan “mengapa” dengan ”untuk apa”, sehingga pertanyaan
mengapa akan dijawab ”agar” atau ”supaya”.
6.
Lebih Menekankan Proses Daripada Produk :
Melakukan kegiatan eksplorasi dengan benda-benda
akan sangat menyenangkan bagi anak. Anak tidak berfikir apa hasilnya. Oleh
sebab itu guru tidak perlu menjejali anak dengan berbagai konsep sains atau
mengharuskan anak untuk menghasilkan sesuatu dari kegiatan anak. Biarkan anak
secara alami menemukan berbagai pengertian dari interaksinya bermain dengan
berbagai benda. Dengan kata lain proses lebih penting daripada produk.
7.
Memungkinkan Anak Menggunakan Bahasa Dan Matematika :
Pengenalan sains hendaknya terpadu dengan disiplin
ilmu yang lain, seperti bahasa, matematika, seni dan atau budi pekerti. Melalui
sains anak melakukan eksplorasi terhadap objek. Anak dapat menceritakan hasil
eksplorasinya kepada temannya (bahasa). Anak melakukan pengukuran, menggunakan
bilangan, dan membaca angka (matematika). Anak dapat juga menggambarkan objek
yang diamati dan meawarnai gambarnya (seni). Anak juga diajarkan mencintai
lingkungan atau benda disekitarnya (budi pekerti).
8.
Menyajikan Kegiatan Yang Menarik (The Wondwer Of Science) :
Sains menyajikan berbagai percobaan yang menarik
seperti sulap. Anak-anak yang masih memiliki pikiran magis (imagical reasoning)
akan sangat tertarik dengan keajaiban tersebut. Misalnya air susu dicampur air
sabun dan diberi tiga macam pewarna makanan, lalu diaduk. Dengan menambahkan
sedikit air soda, anak akan melihat air berbuih dan mengeluarkan gelembung
seperti mendidih, menampilkan air warna warni yang menarik.
KONSEP KEGIATAN SAINS (ILMU
HIDUP) UNTUK ANAK
Konsep
Ilmu Kehidupan
Sebuah pengetahuan tentang konsep ilmu dasar untuk
perencanaan dan mengajar ilmu kehidupan kepada anak-anak usia SD. Ingat, konsep
adalah "ide besar" dari ilmu pengetahuan yang kita inginkan siswa
untuk memahami. Dengan demikian, pengalaman belajar yang direncanakan di
sekitar mereka. Sebagai contoh, angka 35-1 menunjukkan unit perencanaan web,
yang memfokuskan kegiatan belajar sekitar tiga konsep dasar dari topik benih.
Konsep berikut dasar untuk memahami tanaman, hewan, dan semua makhluk hidup.
Pembagian Ilmu
Kehidupan :
a. Makhluk
hidup dapat dibedakan dari hal-hal yang tak hidup.
b. Tanaman
dan hewan adalah makhluk hidup
c. Makhluk
hidup memiliki karakteristik yang unik.
Pembagian
Klasifikasi Bibit Dan Tanaman :
1. Benih
berbeda dalam ukuran, bentuk, warna, dan tekstur.
2. Biji
berkecambah dan tumbuh menjadi jenis tanaman tertentu.
3. Beberapa
benih tumbuh di dalam buah-buahan
4. Beberapa
benih tumbuh menjadi bunga, semak, dan pohon.
5. Beberapa
benih tumbuh menjadi makanan yang kita makan.
6. Benih
tersebar dalam beberapa cara.
7. Biji
membutuhkan air, cahaya, dan kehangatan untuk tumbuh.
8. Benih
dan tanaman tumbuh dan berubah.
9. Daun
cenderung tumbuh ke arah cahaya dan akar cenderung tumbuh ke dalam tanah.
10.
Tumbuhan tumbuh dimulai dari benih, akar, dan tangkai.
11. Beberapa
bentuk tanaman tidak memiliki benih (akar atau batang).
12. Beberapa
tanaman tumbuh dalam terang dan beberapa tanaman tumbuh dalam gelap.
13. Beberapa
tanaman berubah dalam musim yang berbeda.
Pembagian
Klasifikasi Hewan :
1. Hewan
membutuhkan makanan, air, tempat tinggal, dan suhu yang unik.
2. Hewan
memiliki karakteristik individu.
3. Hewan
memiliki adaptasi yang unik. Mereka bergerak, makan, hidup, dan berperilaku
dengan cara yang membantu mereka bertahan hidup.
4. Hewan
melewati siklus hidup.
5. Hewan
adalah binatang yang bergantung pada kami untuk perawatan khusus. Kami
mencintai dan merawat hewan peliharaan kita.
6. Ada
banyak jenis hewan peliharaan.
7. Berbagai
jenis hewan peliharaan memerlukan berbagai jenis perawatan untuk tumbuh dan
sehat.
8. Akuarium
adalah tempat untuk ikan dan makhluk hidup lainnya untuk tumbuh.
Perencanaan
dan Pengajaran Kesatuan Benih
Pengalaman belajar yang disarankan dan dirancang
untuk memenuhi kebutuhan, minat, dan tingkat perkembangan anak-anak. Setiap
pelajaran menyatakan sebuah konsep, tujuan pengajaran yang didasarkan pada apa
yang seharusnya anak mampu melakukan, bahan yang dibutuhkan, dan saran untuk
mengajar konsep.
PENGAJARAN GURU UNTUK ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS ANTARA LAIN ADALAH :
1. Membantu anak-anak dengan gangguan
penglihatan mengurutkan dan mengklasifikasikan obyek menggunakan isyarat
taktil.
2. Membantu anak-anak dengan
gangguan pendengaran pengalaman suara melalui cara-cara taktil. Misalnya, anak
bisa merasakan getaran garpu tala, senar gitar, dan karet gelang membentang di
kotak cerutu.
Saran Untuk Mengajar Sains Untuk
Siswa Dengan Kebutuhan Khusus
1. Gunakan
pendekatan tim (SD dan guru pendidikan khusus) untuk menggabungkan keahlian
dalam ilmu dan pengajaran individual.
2. Hadirkan
bahan dalam berbagai cara (visual, auditori, kinestetik, dan taktil).
3. Gunakan
kegiatan pembelajaran kooperatif termasuk anak-anak dengan dan tanpa ikatan
disabili bekerja sama.
4. Fokus
instruction pada beberapa tema yang luas.
5. Memecah
materi menjadi sekmen kecil untuk setiap pelajaran
6. Buat
pelajaran yang melibatkan partisipasi dan aktivitas siswa.
7. Bahasa
ringan dalam pelajaran sains dengan mengajar kosa kata dan menggunakan panduan
belajar dan garis.
8. Gunakan
berbagai teknik evaluasi (tes, proyek, laporan, kegiatan, portofolio).
9. Atur
bahan sehingga anak-anak dengan cacat fisik dapat bekerja dengan ini dengan
mudah dan seindependen mungkin.
Anak-anak yang berbakat layak memperoleh kurikulum
lebih menantang. Mengingat fasilitas lisan anak-anak ini, guru mungkin tergoda
untuk memindahkan mereka manipulatif pengalaman belajar masa lalu dan
memungkinkan mereka untuk mendekati ilmu pengetahuan melalui membaca. Melakukan
hal itu akan menjadi suatu kesalahan. Seperti semua anak, anak-anak berbakat
perlu menyelidiki, melaporkan, memecahkan masalah, dan mengkomunikasikan
pemahaman mereka. Mereka dapat memilih topik mereka sendiri untuk eksplorasi
dan melangkah lebih jauh dalam mengeksplorasi topik yang menarik perhatian
mereka. Tapi mereka masih membutuhkan kurikulum sains yang mendorong mereka
untuk menggunakan kemampuan mereka untuk berpikir dan memecahkan masalah, tak
satu pun yang meminta mereka hanya untuk mengingat fakta dari bacaan.
kak, please buku2 referensinya cantumin :')
BalasHapusgoood..
BalasHapusmb daftar pustaka'y cantumin donk....mkasih...
BalasHapusmakasih mba sangat bermanfaat
BalasHapusadakah daftar pustaka atau referensinya?
BalasHapus