Manajemen
Pendidikan untuk Anak Usia Dini atau Taman Kanak-kanak pada dasarnya merupakan
implementasi manajemen pendidikan , yaitu keseluruhan proses pendayagunaan
semua sumber daya manusia maupun bukan manusia dalam rangka mencapai tujuan intsruksional
pendidikan prasekoah. Sumber daya yang dimaksud adalah komponen-komponen dalam
system pendidikan, seperti Program kegiatan belajar (PKB), Pembina, sarana,
prasarana, uang dan komponen lainnya.
Tujuan manajemen pendidikan untuk Anak Usia dini atau taman kanak-kanak adalah agar sistem pendidikan berlangsung efektif dan efisien.
Komponen sistem pendidikan pada umumnya mencakup enam hal, yaitu :
1. manajemen program pembelajaran
2. manajemen kesiswaan
3. manajemen kepegawaian
4. manajemen sarana dan prasarana
5. manajemen keuangan
6. manajemen hubungan dengan masyarakat
Manajemen program pembelajaran adalah segala usaha pengaturan proses belajar mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.
Di lembaga pendidikan taman kanak-kanak, pengaturan proses belajar mengajar itu didasarkan pada Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar Mengajar (GBPKB) yang ditetapkan okeh Departemen Pendidikan Nasional.
Tujuan manajemen program pembelajaran adalah untuk menciptakan proses belajar mangajar yang dengan mudah direncanakan,diorganisasikan, dilaksanakan dan dikendalikan dengan baik. Sehingga proses belajar mengajar tersebut dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Tujuan manajemen pendidikan untuk Anak Usia dini atau taman kanak-kanak adalah agar sistem pendidikan berlangsung efektif dan efisien.
Komponen sistem pendidikan pada umumnya mencakup enam hal, yaitu :
1. manajemen program pembelajaran
2. manajemen kesiswaan
3. manajemen kepegawaian
4. manajemen sarana dan prasarana
5. manajemen keuangan
6. manajemen hubungan dengan masyarakat
Manajemen program pembelajaran adalah segala usaha pengaturan proses belajar mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.
Di lembaga pendidikan taman kanak-kanak, pengaturan proses belajar mengajar itu didasarkan pada Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar Mengajar (GBPKB) yang ditetapkan okeh Departemen Pendidikan Nasional.
Tujuan manajemen program pembelajaran adalah untuk menciptakan proses belajar mangajar yang dengan mudah direncanakan,diorganisasikan, dilaksanakan dan dikendalikan dengan baik. Sehingga proses belajar mengajar tersebut dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
A. Kelembagaan
Mengelola pendidikan bukanlah mengelola sebuah tempat
usaha barang, melainkan mengelola sumber daya manusia yang memiliki
keunikan-keunikan masing-masing. Untuk itu,dibutuhkan formula yang tepat dalam
mengatur segala permasalahan manejemen pendidikan anak usia dini (PAUD). Ada
beberapa model penataan kelembagaan yang konvensional. Karena iu kita harus
mencari modelyang paling tepat agar PAUD bisa berkembang dengan baik. Model
manejemenkelembagaan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
• Pengelolaan PAUD selama ini terlalu banyak seninya disbanding
dengan ilmunya sehingga gaya manejemen yang dilakukan lebih bersifat trial and
error.
• Penerapan manajemen “gotong royong “ artinya semua orang melakukan
semua pekerjaan. Tidak ada pembagian kerja yang tegas dan jelas.Sehingga proses
manajemen tidak berlangsung secara efektif dan efisien.
• Bahkan sering terjadi benturan antara satu unit dengan unit
lainnya. Inilah yang menyebabkan pendayagunaan sumber daya organisasi tidak
secara sinergis dan banyak pemborosan. Dalam hal ini yang terjadi adalah
sama-sama bekerja bukan kerja sama.
• Gaya manajemen tukang cukur yaitu satu orang melakukan semua
pekerjaan, mulai dari membuka kios, menyapu, memotong rambut, menutupkios dan
mengelola keuangan sekaligus. Dalam organisasi banyak orang yangmerasa dirinya
mampu dalam segala hal dan tidak memberikan porsi pekerjaankepada orang lain.
Akibatnya organisasi yang semestinya dapat menjalankan beban pekerjaan yang
lebih banyak justru tidak dapat melakukan pekerjaankarena tersentralisasi di tangan
beberapa orang saja sedang yang lain justrukurang pekerjaan.
• Penerapan manajemen “sungkanisme” yaitu suatu manajemenyang tidak
asertif. Budaya sungkan (segan) menegur kesalahan teman dan budaya marah kalau
ditegur teman membuat organisasi berjalan tak tentu arah,sehingga tidak bisa
mencapai tujuan yang dikehendaki.Empat model manajemen tersebut memiliki banyak
kekurangan. Tidak ada aspek struktural, job description, koordinasi, evaluasi
dan proyeksi ke depan. Dalamkonteks ini dibutuhkan model manajemen yang lebih
dinamis, progresif, danmempunyai unsur pemberdayaan dan penguatan. Disinilah
pentingnya manajemen partisipatif yang mengedepankan kolektivitas, teamwork,
soliditas dan kualitaskinerja.
B. Metode Pengajaran
Mengajar anak usia dini membutuhkan metodologi yang
unik dan kreatif. Disinilahsignifikansi dan urgensi peran seorang guru dalam
mendidik dan menggali potensianak didik. Menurut Rini Utami Aziz, pendidik
harus memiliki kualifikasiakademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran,
sehat jasmani dan rohani,serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Dalam pasal 29, pendidik pada pendidikan anak usia dini
harus diploma (D-IV) atausarjana (S1) latar belakang pendidikan tinggi di
bidang pendidikan anak usia dini,kependidikan lain, atau psikologi dan
sertifikat profesi guru untuk PAUD.
Kualitas pendidik sangat menentukan hasil pembelajaran
yang dicapai. Kegagalandan kesuksesan pendidikan sangat dipengaruhi oleh
kualitas tenaga pengajar yangmenguasai materi, metodologi pengajaran dan skills
yang profesional.
Tahapan mengajar anak usia dini
Walaupun pendidikan berlangsung sepanjang hayat namun
menurut MariaMontessori, enam tahun pertama masa anak adalah jangka waktu yang
paling penting bagi perkembangannya. Tahun prasekolah menjadi masa anak
membinakepribadian mereka. Karenanya setiap usaha yang di rancang untuk
mengembangkan minat dan potensi anak harus dilakukan pada awal ini untuk
membimbing anak menjadi diri mereka dengan segala kelebihannya. Orang tua dan
pendidik harus dapat membantu anak menyadari dan merealisasikan potensi anak
untuk menimba ilmu pengetahuan, bakat, dan kepribadian yang utuh.Selain tawaran
beberapa metode di atas ada beberapa etode pengajaran lain yanglayak
dipertimbangkan untuk mencapai hasil maksimal dalam pengajaran anak usiadini
yaitu :
Metode Global (Ganze Method)Anak belajar membuat suatu kesimpulan
dengan kalimatnya sendiri. Contohnyaketika membaca buku, minta anak
menceritakan kembali dengan rangkaiankatanya sendiri. Sehingga informasi yang
anak peroleh dari hasil belajar sendiriakan dapat diserap lebih lama. Dengan
demikian anak akan terlatih berpikir kreatif dan berinisiatif.
Metode Percobaan (Experimental method)Metode pengajaran ini
mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan percobaan sendiri. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Maryam, staf pengajar di Sekolah Alam Ciganjur,
Jakarta Selatan yang menyatakan bahwa terdapattiga tahapan yang dilakukan anak
untuk memudahkan masuknya informasiyaitu mendengar, menulis atau menggambar
lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya anak belajar tentang
tanaman piang, lalu belajar menanamnya.
Metode Learning by doingMenurut Nazhori Author, sabda Rasulullah
yang berbunyi “ sholatlah kamuseperti kamu lihat aku sholat “ adalah sebuah
bukti bahwa proses belajar mengajar sudah berlangsung sejak zaman Rasululla
sebagai fondasi awal dalam pendidikan Islam. Sabda tersebut juga mengandung
unsur pedagogis dimana bahasa nonverbal yang disampaikan Rasulullah sampai saat
ini masih menjadi bumbu penyedap dalam melengkapi meteode pengajaran. Artinya
bahasanonverbal memegang peranan dalam proses belajar mengajar. Bahkan
bahasanonverbal banyak dgunakan taman kanak-kanak atau kelompok bermain
(playgroup) yang banyak mengadopsi model belajar kindergarten nya froebel
danmodel belajar Casa Dei Bambini nya Montessori.
Metode Home Schooling GroupRumah merupakan lingkungan terdekat
anak dan tempat belajar yang paling baik buat anak. Di rumah, anak bisa belajar
selaras dengan keinginannyasendiri. Ia tak perlu duduk menunggu sampai bel
berbunyi, tidak perlu harus bersaing dengan anak-anak yang lain, tidak perlu
harus ketakutan menjawabsalah di depan kelas dan bisa langsung mendapatkan
penghargaan atau pembetulan jika membuat kesalahan. Disinilah peran ibu menjadi
sangat penting karena tugas utama ibu adalah pengatur rumah tangga dan pendidik
anak. Di dalam rumah banyak sekali sarana-sarana yang bisa dipakai untuk pembelajaran anak. Anak dapat belajar banyak sekali konsep tentang
benda,warna, bentuk dan sebagainya sembari ibu memasak di dapur
Pembelajaran BilingualSatu
pertanyaan yang muncul sebagai tanggapan terhadap kecenderungan pengajaran
bahasa inggris pada anak-anak adalah sebagai berikut “ sudah perlukah bahasa
inggris diajarkan pada anak-anak ?” Pertanyaan ini tampaknyamudah diajukan.
Jawaban terhadap pertanyaan ini bisa sederhana namun bisa juga memerlukan
penjelasan panjang lebar, bahkan pertanyaan yang sederhanatersebut dapat
memunculkan kontroversi yang berkepanjangan. Setidaknya adatiga alasan mengapa
anak-anak perlu mempelajari bahasa inggris pada usiadini. Alasan pertama adalah
tuntutan pragmatis. Tidak dapat dipungkiri bahwasaat ini tembok pembatas
geografis antar wilayah atau bahkan antar negarasudah mulai runtuh, berguguran
satu persatu akibat globalisasi. Perkembanganteknologi komunikasi dan informasi
tampaknya merupakan salah satu faktor yang bertanggung jawab atas semakin
terbukanya hubungan antar manusia pada era global ini. Dampak yang segera kita
amati dengan runtuhnya tembok pembatas tersebut ialah semakin mudahnya satu individu,
bahkan antar bangsadi tempat yang berbeda dan berada di belahan dunia yang lain
berhubungandengan individu lainnya pada waktu yang sesungguhnya (real
time).Alasan kedua merujuk pada alasan legal formal dan kesepakatan
internasional.Undang-undang Dasar 1945 memberikan amanar kepada pemerintah
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. UU No 23 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional menegaskan bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan
dan pengajaran guna pengembangan kepribadiannya dankecerdasannya sesuai dengan
minat dan bakatnya.Alasan yang ketiga adalah konseptual. Brumfit (1991 : 11-12)
menyatakanargumentasinya terkait dengan faktor usia muda bahwa tidak ada alasan
kuatdalam pembelajaran anak-anak untuk tidak mengajarkan bahasa kedua padamereka.
Setidaknya ada empat faktor yang ia rujuk untuk mendasariargumentasinya
tersebut. Tiga faktor pertama tampaknya elevan untuk dibahas.Faktor pertama
adalah proses pematangan. Proses pematangan ini tampaknyalebih berpihak pada
pembelajar bahasa usia muda seorang anak belajar bahasasemakin mudah ia akan
menguasai bahasa tersebut. Faktor kedua yang berperan penting pada anak-anak
dalam mempelajari bahasa adalah emosi dan perasaan.Brown (1994: 135-152)
mereview beberapa faktor yang terkait dengan faktor afektif dalam pembelajaran
bahasa. Faktor-faktor tersebut adalah self esteem,inhibition, risk taking,
anxiety, empathy, extroversion dan motivation. Padafaktor tersebut anak-anak
cenderung memiliki nilai yang lebih positif dibanding pembelajaran dewasa. Misalnya
anak-anak tidak memiliki beban mental yang berlebihan saat mempelajari bahasa
asing, ketakutan membuat kesalahanrendah, dan siswa memiliki keiinginan yang
lebih baik untuk mempelajari hal-hal baru lewat bahasa asing.Faktor ketiga
adalah lingkungan. Anak-anak cenderung memiliki peluang yanglebih baik dalam
mengintegrasikan kebutuhan komunikasi yang sesungguhnyadengan pengalaman
kebahasaan barunya. Maksudnya dalam usia yang ditandaidengan eksplorasi
terhadap lingkungannya, anak-anak lebih memiliki peluangyang lebih baik dalam
menggunakan bahasa secara alami untuk mempresentasikan pemahamannya terhadap
lingkungannya. Oleh karena itukebutuhan berkomunikasi anak-anak dengan dengan
menggunakan bahasadalam lingkungan sekitarnya lebih terakomodasi secara luas dan
alami.
C. Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan belajar serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Kurikulum adalah inti sebuah lembaga pendidikan.
Kurikulum yang benar akan menghasilkan pengajaran dan kegiatan yang terpadu dan
holistik yang mengarah kepada visi danmisi lembaga pendidikan yang dicanangkan.
Disinilah pentingnya menyusunkurikulum yang visioner dan prospektif.Sehubungan
dengan ciri-ciri di atas, tugas perkembangan yang di emban anak-anak adalah
sebagai berikut :
Belajar keterampilan fisik yang
diperlukan untuk bermain
Membangun sikap yang sehat
terhadap diri sendiri
Belajar menyesuaikan diri
dengan teman sebayanya
Mengembangkan peran sosial
sebagai lelaki atau perempuan
Mengembangkan
pengertian-pengertian yang diperlukan dalam hidupsehari-hari
Mengembangkan hati nurani
penghayatan moral, dan sopan santun
Mengembangkan keterampilan
dasar untuk membaca, menulis,matematika dan berhitung
Mengembangkan diri untuk
mencapai kemerdekaan diriDalam pengembangan kurikulum ada beberapa prinsip yang
harus diperhatikan :
Bersifat komprehensif. Kurikulum harus
menyediakan pengalaman belajar yang meningkatkan pekembangan anak secara
menyeluruhdalam berbagai aspek perkembangan
Dikembangkan atas dasar pekembangan secara
bertahap.Kurikulum harus menyediakan berbagai kegiatan dan interaksi yang
tepatdidasarkan pada usia dan tahapan perkembangan setiap anak
Melibatkan orang tua sebagai
pendidik utama bagi anak
Melayani kebutuhan individu
anak
Merefleksikan kebutuhan dan
nilai masyarakat
Mengembangkan standar
kompetensi anak
Mewadahi layanan anak yang memiliki kebutuhan khusus
Menjalin kemitraan dengan
keluarga dan masyarakat
Memperhatikan kesehatan dan
keselamatan anak
Menjabarkan prosedur
pengelolaan lembaga
Memanejemen sumber daya manusia
Penyediaan sarana dan prasarana
Komponen Kurikulum
a.Anak Sasaran layanan pendidikan anak usia dini adalah
anak yang berada padarentang usia 0-6 tahun. Pengelompokkan anak didasarkan
pada usia sebagai berikut :1.0-1 tahun2.1-2 tahun3.2-3 tahun4.3-4 tahun5.4-5
tahun6.5-6 tahun
b.Pendidik Kompetensi pendidik anak usia dini memiliki
kualifikasi akademik sekurang-kurangnya Diploma Empat (D-IV) atau sarjana (S-1)
di bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain, atau psikologi dan
memiliki sertifikasi profesi guruPAUD atau sekurang-kurangnya telah mendapatkan
pelatihan pendidikan anak usia dini. Adapun rasio pendidik dan anak adalah
sebagai berikut :1.Usia 0-1 tahun rasio 1:3 anak 2.Usia 1-3 tahun rasio 1:6
anak 3.Usia 3-4 tahun rasio 1:8 anak 4.Usia 4-6 tahun rasio 1:10/12 anak
c. Pembelajaran Pembelajaran dilakukan melalui
kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan materi
(content) dan proses belajar. Materi belajar bagi anak
usia dini dibagi dalam dua kelompok usia. Materi usia lahir sampai 3tahun
meliputi :
Pengenalan diri sendiri
(perkembangan konsep diri)
2Pengenalan perasaan (perkembangan emosi)
PPengenalan tentang orang lain (perkembangan
sosial)
Pengenalan berbagai gerak
(perkembangan fisik)
5Mengembangkan komunikasi (perkembangan bahasa)
Keterampilan berpikir
(perkembangan kognitif)
d.Penilaian (Assessment)Assessment adalah proses
pengumpulan data, dokumentasi belajar, dan perkembangan anak. Assessment
dilakukan melalui observasi , konferensidengan para guru, survei, wawancara
dengan orang tua, hasil kerja anak danunjuk kerja. Keseluruhan penilaian dapat
dibuat dalam bentuk portofolio.
e.Pengelolaan PembelajaranLembaga pendidikan anak usia
dini dilaksanakan sesuai satuan pendidikanmasing-masing. Jumlah hari dan jam
layanan antara lain sebagai berikut :
Ø Taman Penitipan Anak (TPA)
dilaksanakan 3-5 hari dengan jam layananminimal 6 jam. Minimal layanan dalam
satu tahun 144-160 hari atau 32-3minggu
Ø Kelompok Bermain (KB)
dilaksanakan setiap hari atau minimal 3 kaliseminggu dengan jumlah jam minimal
3 jam. Minimal layanan dalam satutahun 144-hari 32-34 minggu
Ø Satuan PAUD sejenis (SPS)
dilaksanakan minimal satu minggu sekalidengan jam layanan minimal 2 jam.
Ø Taman Kanak-kanak (TK)
dilaksanakan minimal 5 hari setiap minggudengan jam layanan minimal 2,5 jam.
f.Melibatkan Peran MasyarakatPelaksanaan pendidikan
anak usia dini hendaknya dapat melibatkan seluruhkomponen masyarakat.
Penyelenggaraan pendidikan anak usai dini dapatdilakukan oleh swasta dan
pemerintah, yayasan maupun perorangan.
Penilaian Kurikulum Evaluasi / penilaian adalah suatu
analisis yang sistematis untuk melihat efektivitas program yang diberikan dan
pengaruh program tersebut terhadap anak. Penilaian kurikulum dilakukan secara
berkala dan berkesinambungan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Penilaian
kurikulum dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakurikulum dilaksanakan dan
kesesuainnya dengan kerangka dasar fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian dengan tuntutan perkembangan yang terjadidi masyarakat. Hasil
penilaian kurikulum digunakan untuk menyempurnakan pelaksanaan dan
mengembangkan kurikulum selanjutnya.Kurikulum dan pengembangannya, sebagaimana
keterangan di atas, harusdijadikan standar pembelajaran PAUD agar ada standar
minimal kualitas yang dicapai. Adapun dinamisasi dan optimalisasi menuju
akselerasi kualitas sangat ditentukan oleh profesionalitas manajemen yang
mengandalkan ide-ide progresif dari struktur yang diisi kader-kader
berkualitas.
D.Ketrampilan
Keterampilan yang seharusnya dikuasai anak-anak
peserta PAUD adalah keterampilan melukis, menggambar, memainkan permainan
edukatif, mengenalikemampuan terbesarnya dan lain-lain dengan latihan intensif.
Keterampilan-keterampilan ini bisa berkembang sesuai dengan perkembangan
potensi anak didik yang ada, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
pesatnya gelombanginformasi yang berjalan secara massif dan eskalatif. Dalam
konteks ini, guru berperan aktif mengembangkan ketrampilan anak didik secara
maksimal,mempunyai tips-tips dengan bakat dan minatnya.Fisilitas, sarana
prasarana dan perangkat yang lain harus disiapkan demi suksesnya pendidikan
keterampilan anak usia dini. Dengan sarana prasarana yang memadai,anak tertarik
untuk mencoba sampai bisa, mengingat watak dasar anak adalahmeniru dan
melakukan apa saja yang disenanginya. Salah satu keterampilan yangseharusnya
dikuasai anak usia dini adalah keterampilan musik yang membangun jiwa,emosi,
spiritual dan sosial bukan yang merusak.Menurut Sugiman, beberapa psikolog
melihat bahwa pengaruh positf musik padamanusia tidak semudah analogi obat atas
penyakit tertentu. Dr Alexandra Lemont(2000), pakar psikologi musik dari
Universitas Keele di Inggris mengatakan tidak ada bukti yang menyatakan bahwa
hanya dengan mendengarkan musik dapatmemberikan pengaruh pada kecerdasan maupun
emosi anak.Beberapa fakta menunjukkan bahwa keterlibatan aktif dengan musikal
lah yangmenyebabkan musik mempunyai pengaruh positif bagi manusia. Aktif di
sini tidak hanya bermakna fisikal atau motorik tetapi juga secara mental,
emosional dan spiritual. Memberi makna dan nilai musik sebagai suatu hal yang
berharga, bermanfaat dan menyenangkan. Musik tidak sekedar dipandang sebagai
suaturangkaian bunyi yang harus dimainkan atau didengarkan namun juga rangkaian
bunyi indah yang jika disimak lebih mendalam bisa menyampaikan sesuatu yang
berharga kepada seseorang.
E.Pelatihan
Manajemen PAUD yang terdiri dari kelembagaan, metode
pengajaran dankurikulum adalah hal-hal yang harus dipahami, baik secara
teoritis dan praktis, oleh pengelola PAUD dan orang-orang yan terkait di
dalamnya. Untuk itu dibutuhkan pelatihan-pelatihan secara intensif dan eksensif
bagi calon pengelola PAUD agar materi dasar manajemen kelembagaan, metode
pengajaran, dan kurikulum dapatdipahami secara mendalam. Pelatihan ini harus
dirancang secara sistematis, efisiendan efektif dengan jadwal yang tepat dan
produktif. Secara tekhnis pelatihan inimembutuhkan narasumber yan berkualitas
baik dari akademisi, birokrat maupun praktisi, tips-tips khusus aplikasi dan
implementasi nya serta simulasi dan praktik langsung.Menurut Dr. Fidesrinur
M.Pd, profesionalisme pendidik PAUD harus ditingkatkanmelalui
pelatihan-pelatihan, insentif atau penghargaan dari pemerintah
sehinggaeksistensi pendidik PAUD dihargai dan diterima masyarakat. Pelatihan
yang harusdilakukan dan diterima masyarakat. Pelatihan yang harus dilakukan
oleh NationalEarly Childhood Specialist Team (NEST) yang diprogramkan oleh
Depdiknas pada bulan maret 2007 lalu di sembilan kecamatan di daerah jakarta
barat merupakansalah satu cara efektif dalam meningkatkan eksistensi pendidik
PAUD.Cara lain untuk memberikan penyegaran pada pendidik PAUD adalah dengan
kerjasama Diknas dengan universitas atau sekolah tinggi yang memiliki program
studiPAUD. Selain untuk mempersiapkan calon tutor PAUD telatih,
pelatihandiselenggarakan juga untuk menyadarkan dan meyakinkan masyarakat akan
pentingnya menyelenggarakan program pendidikan anak usia dini denganmelibatkan
masyarakat setempat. Setelah mengikuti pelatihan ini, para pesertadiharapkan
mampu dan siap menjadi tutor PAUD dan daat menyelenggarakan pendidikan anak
usia dini dengan tepat dan benar sesuai dengan kebutuhan dankondisi setempat.
Manajemen
Program PAUD adalah manajemen pendirian PAUD (membuka lembaga PAUD baru dan
manajemen perbaikan/pembenahan PAUD(improvisasi manajemen PAUD yang sudah
berjalan)). Persyaratan minimal manajemen
PAUD yaitu, ada peserta didik usia dini (0-6 tahun), ada penyelenggara berbadan
hukum, ada pengelola PAUD (TPA, KB, BKB, TK, dll), ada pendidik dan tenaga
kependidikan PAUD. Juga tersedia saran dan prasarana pendidikan, memiliki menu
generik (kurikulum), memiliki program kegiatan belajar-bermain dan mengajar
(PKBM), dan tersedia sumber dana untuk pelaksanaan atau operasional pendidikan.
Ditambahkan, dalam manajemen PAUD
mempunyai orientasi layanan berupa layanan kesehatan dan gizi (pertumbuhan,
layanan kecerdasan dan psikologis, layanan sosial dan sikap (emosional),
layanan keagamaan dan spiritualisasi. Hal ini bertujuan agar anak usia dini
yang terdidik dapat memiliki pengalaman belajar, otak berkembang optimal,
pertumbuhan fisik yang sehat, perkembangan psikososial positif, dan bertumbuh
sesuai dengan dunia anak.
Selain substansi pengelolaan program
PAUD yang meliputi manajemen personalia atau SDM, kurikulum (menu) kegiatan
bermain dan belajar kemudian manajemen peserta didik, manajemen keuangan
lembaga, dan manajemen humas serta manajemen sarana- prasarana.
Dalam hal ini Imron Arifin pun
menegaskan bahwa di dalam manajemen keuangan lembaga harus jelas yaitu pembukuan keuangan yang
akuntable, pembukuan sumbangan-sumbangan, pelaporannya dan pertanggungjawaban,
pelaporan keuangan dana bantuan dari pemerintah dan instansi terkait. Selain
itu pun juga harus memiliki manajemen pendukung keuangan yang juga mempunyai
pembukuan usaha-usaha ekonomi PAUD, dan pembukuan khusus dana-dana keagamaan,
serta pembukuan keuangan POMG.
Manajemen
Sarana dan Prasarana
Sebelum
membahas lebih jauh mengenai manajemen sarana prasarana, alangkah baiknya
mengetahui pengertian dari manajemen PAUD terlebih dahulu. Menurut Suyadi
(2011) pengertian manajemen PAUD adalah suatu upaya mengelola, mengatur, dan
atau mengarahkan proses interaksi edukatif antara anak didik dengan guru dan
lingkungan secara teratur, terencana, dan tersistematisasikan untuk mencapai
tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Sedangkan
pengertian manajemen sarana prasarana PAUD itu sendiri adalah pengelolaan
secara efektif terhadap seluruh asset lembaga PAUD yang dimiliki. Beberapa
bentuk aset sarana dan prasarana tersebut mencakup tanah dan bangunan PAUD,
perangkat pembelajaran yang terdiri dari alat-alat permainan edukatif (APE),
baik yang indoor maupun outdoor, jasa, dan lain sebagainya. Makalah ini akan
membahas mengenai pengelolaan seluruh sarana prasarana tersebut, mulai dari
penentuan lokasi pendirian PAUD, luas tanah dan bentuk bangunan, sarana
prasarana perangkat pembelajaran, dan manajemen perawatan maupun penggunaan.
B. Pengelolaan sarana prasarana
Pengelolaan
sarana prasarana PAUD mencakup asset-aset yang dimiliki oleh lembaga PAUD itu
sendiri, diantaranya:
1. Lokasi Pendirian PAUD
Sebelum
mendirikan sebuah bangunan PAUD, yayasan pendiri harus berkonsultasi kepada
tokoh masyarakat mengenai lokasi yang strategis untuk didirikan lembaga PAUD.
Karena tokoh masyarakat jauh lebih mengetahui tentang kawasan tempatnya bermukim
daripada pihak lain. Hal ini dimaksudkan agar pendirian lembaga PAUD
benar-benar berada di pusat kawasan atau area perkampungan sehingga semua
anak-anak di kawsan tersebut dapat mengakses lembaga PAUD secara lebih mudah.
Tetapi jika pihak yayasan pendiri PAUD sudah mempunyai lokasi yang disediakan
khusus, maka tidak perlu lagi konsultasi lagi dengan tokoh masyarakat melainkan
meminta persetujuan dan dukungan, terutama tetangga yang paling dekat dengan
lokasi.
Pada
prinsipnya, lokasi pendirian PAUD adalah area yang paling strategis sekaligus
paling kondusif sehingga proses pembelajaran dapat pembelajaran dapat berjalan
dengan nyaman, tenang, dan mencerdaskan. Selain itu jalur transportasi yang
memadai, sehingga semua orang tua yang mempunyai anak usia dini dikawasan
tersebut dapat mengakses lembaga PAUD dengan mudah dan aman.
2. Luas Tanah dan Bentuk Bangunan
Sangat
penting setiap pembangunan atau pendirian PAUD memperhatikan luas tanah dan
bentuk gedung guna membuat anak menjadi nyaman dan betah untuk sekolah.
a. Luas Tanah
Seperti
halnya yang terdapat dalam standar pendidikan anak usia dini, suatu pendirian
bangunan ada beberapa standar mengenai sarana prasarana, diantaranya:
1. Aman, nyaman, terang, memenuhi criteria
kesehatan bagi anak dan sesuai tingkat perkembangan anak.
2. Luas lahan minimal 300 meter2 (ruang
guru, ruang kepala TK, UKS, kamar mandi/ WC untuk guru dan anak).
3. Ruang anak dengan rasio 3 m2 per anak
4. Memiliki fasilitas permainan baik didalam
maupun diluar ruangan.
Pada
prinsipnya terdapat rasionalisasi perbandingan antara luas tanah, luas
bangunan, dan daya tamping anak didik yang akan direkrut. Luas tanah berkaitan
dengan penyediaan lahan bermain di area terbuka, beserta kelengkapan sarana
prasarana, sedangkan luas bangunan berkaitan dengan kapasitas jumlah anak didik
yang akan ditampung. Jika merujuk pada teori-teori ilmu pertanahan (agrarian),
luas bangunan dalam sebidang tanah maksimal ¾ dari luas tanah dan ¼ tanah
tersebut digunakan untuk membangun sebuah taman.
Sedangkan
dalam konteks PAUD, keberadaan ruang terbuka merupakan suatu keniscayaan.
Sebab, ruang terbuka akan menjadi ajang kreativitas tanpa batas untuk
anak-anak. Oleh karena itu, keberadaannya sangat dibutuhkan.
Tetepi
hal ini justru sangat jarang sekali bisa dijumpai perkotaan. Justru kebanyakan
PAUD yang ada diperkotaan menggunakan seluruh tanah untuk membangun sebuah
gedung dan menempatkan srea bermain di dalam ruangan. Sehingga alternatif
berkarya wisata pun selalu diagendakan guna memenuhi kebutuhan anak untuk
bermain di ruang terbuka dan mengenal dunia luar selain di ruang kelas.
b. Bentuk Bangunan
Kebanyakan
yang sering dilihat bentuk bangunan PAUD itu cenderung hampir sama dengan
bentuk bangunan lain, seperti rumah, toko, dsb. Cuma yang membedakan adalah
warna cet dan gambar-gambar yang terpampang di tembok-tembok sekolah saja.
Bentuk
gedung PAUD sebenarnya tidak harus kotak. Tetapi bisa berupa ruang lingkaran,
elips, segitiga, dan lain sebagainya. Misalnya: kelas A1 berbentuk elips, kelas
A2 berbentuk geometri, kelas B1 berbentuk pesawat, dan kelas B2 berbentuk alam
terbuka, dan lain sebagainya.
Jika
gedung PAUD seperti ini berhasil diwujudkan maka PAUD yang demikian akan
menjadi “surga para pembelajar sejati”, yakni anak usia dini. Nuansa yang
berbeda-beda tersebut membuat anak senantiasa betah dan tidak pernah merasa
bosan di sekolah.
Demikian
pula dengan fasilitas bermain anak yang lainnya, seperti kolam renang. Desain
kolam renang juga tidak boleh terlalu sederhana, yaitu kotak, bujur sangkar,
dan lingkaran. Sebaiknya desain kolam renang untuk anak dibuat dengan bentuk
unik, seperti geometri, elips, tak beraturan, dan sebagainya.
3. Pola Tata Ruang
Pola
ruang dan tata kelas juga harus diperhatikan. Maksudnya pola atau susunan berbagai
perabotan ruang, seperti meja, kursi, rak, lemari, dan lain-lain harus dibuat
semenarik mungkin. Contohnya: meja dan kursi untuk anak harus dibuat dari kayu
yang keras tetapi ringan dan dicat dengan warna yang kontras dan terbuat dari
zat pewarna non toxid. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak dapat menggeser dan
memindah-mindahkan tempat duduknya sesuai dengan keinginannya. Pola tata ruang
yang demikian, disamping membuat anak-anak mudah mengeluarkan inisiatif, juga
membiasakan mereka untuk belajar tertib, teratur, dan disiplin.
C. Sarana Prasarana Pembelajaran
Sarana
prasarana pembelajaran kegiatan dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Sarana Prasarana Perangkat Pembelajaran
Indoor
Perangkat
sarana prasarana di ruang tertutup diisi berbagai fasilitas permainan indoor,
seperti balok dengan berbagai aturan, bola, benda menyerupai binatang,
mobil-mobilan, dan lain sebagainya. Saran prasarana ini akan merangsang
kreativitas anak dengan memberdayakan sarana prasarana yang ada diruangan
tersebut.
Berikut
ini adalah beberapa jenis alat permainan yang perlu disediakan di dalam ruang
atau aula tempat bermain anak, diantaranya:
· Balok dengan berbagai ukuran
· Balok yang terbuat dari gabus atau
kain
· Balok susun dengan ukuran beraturan,
dari yang kecil sampai yang besar
· Mozaik
· Benda-benda berbentuk geometri
· Papan berwarna-warni dengan
beranekaragam bentuk
· Menara susun beranekaragam bentuk,
misal: menara gelang, menara kubus, dsb.
· Berbagai gambar bertema yang lengkap,
misalnya: gambar dengan tema binatang, bangunan, dsb.
· Balok berbentuk huruf dan bilangan.
Masih
banyak lagi alat permainan yang dapat disediakan di aula atau ruangan tertutup
sebagai kawasan bebas bergerak untuk aak. Disamping kompleksitas alat bermain
diruang tertutup (aula), hal yang perlu diperhatikan adalah penataan atau
pengelolaannya.
2. Sarana Prasarana Perangkat Pembelajaran
Outdoor
Selain
sarana prasarana dalam ruang atau indoor, lembaga PAUD juga harus melengkapi
sarana prasarana di ruang terbuka (outdoor atau lapangan). Isinya sama, yakni
berbagai fasilitas pembelajaran atau permainan. Hanya saja, bentuk dan jenisnya
lebih bervariasi sesuai dengan kondisi di luar ruangan yang ada. Jadi, selain
memfasilitasi sarana prasarana pada ruang tertutup atau aula, juga harus
disediakan sarana prasarana permainan di ruang terbuka atau lapangan.
Ruang
terbuka juga bisa menjadi wahana empiris terhadap beberapa alat permainan yang
terdapat dalam ruang tertutup. Sekedar contoh, jika di dalam ruang telah
terdapat berbagai gambar bertema, maka di alam terbuka anak dapat menyaksikan
bahkan bersentuhan secara langsung mwrupakan wujud nyata berbagai lukisan di
dalam aulanya. Sehingga anak-anak bisa melihat secara langsung, menyentuh
secara nyata (jika memungkinkan), mendengar suara aslinya, bahkan mencium aroma
berbagai binatang tersebut. Tentu hal ini mampu meningkatkan fungsi panca indra
anak secara maksimal.
Daya
tarik lapangan atau ruang terbuka bagi anak adalah perlengkapan berbagai
edukatif yang sangat bervariatif, seperti: menara, bola dunia, bak pasir, roda
berputar, dan lain sebagainya. Secara terperinci beberapa alat permainan
edukatif yang selayaknya tersedia diruang terbuka sebagai berikut:
· Kursi jungkit yang menyerupai
kuda-kudaan.
· Kolam renang dengan kedalaman 60- 80
cm
· Papan luncur di sebelah koalm renang
yang bentuknya menyerupai gajah
· Ban mobil bekas yang sudah di cat
untuk digelindingkan
· Titian berbentuk binatang yang beragam
· Papan jungkit dari kayu
· Ayunan kursi dan ayunan gantung
· Bola dunia untuk bermainan memanjat
· Anyaman tali besar (tampar)
· Terowongan buatan atau gorong-gorong,
dan lain-lain.
Walaupun
ruang terbuka sebagai ruang belajar telah dilengkapi dengan berbagai permaian
yang disebutkan di atas, tetapi tetap saja tidak akamampu mewakili alam terbuka
secara luas. Jika ruang terbuka (lapangan) pada khususnya dan alam bebas pada
umumnya hendak dijadikan sebagai sumber belajar dan area bermain bagi anak,
maka syarat yang tidak boleh diabaikan adalah faktor keamanan. Guru dan orang
tua harus bisa menjamin dan memastika suatu area, baik lapangan atau alam
terbuka bebas dari tumbuhan liar, binatang berbisa, dan benda-benda tajam
lainnya, sehingga anak dapat bermain bebas dan sesuka hatinya tanpa ada rasa
takut terhadap benda-benda di alam terbuka tersebut.
Walaupun
demikian, pendampingan guru dan orangtua tetap diperlukan. Mengingat
kreativitas anak di alam terbuka sangat sulit dikendalikan. Dalam hal ini,
Sudono (2006) memberikan rekomendasi
bahwa perbandingan antara guru dan jumlah anak ketika karya wisata adalah 1
banding 5. Artinya setiap satu guru maksimal mendampingi 5 anak.
Satu
hal yang tidak boleh diabaikan dalam sarana prasarana pembelajaran, baik di
ruang tertutup maupun terbuka adalah, bahwa system layanan pembelajaran harus
mengakomodasi kemampuan, minat, dan kebutuhan anak. Sebab, hal ini akan
menimbulkan rasa aman dan nyaman dalam setiap mengikuti aktivitas pembelajaran.
D. Manajemen Perawatan Sarana Prasarana dan
Penggunaan
Bagian
ini membahas manajemen perawatan sarana prasarana, khususnya berbagai permainan
edukatif, baik indoor maupun outdoor. Karena manajemen ini dianggap lebih
penting dari pada manajemen yang lain, seperti gedung, mengingat sirkulasi
penggunaan relative riskin.
Disamping
itu manajemen perawatan sarana prasarana, khususnya permainan edukatif baik
indoor maupun outdoor sangat berkaitan awet tidaknya sebuah alat permainan
edukatif. Bahkan merawat jauh lebih penting dari pada membuat. Pengelolaan alat
permainan edukatif yang baik akan membuat anak senang bermain dan betah untuk
menyelesaikan berbagai permainannya. Menutut Cherry Clare, lingkungan sekolah
mempengaruhi motivasi bermain anak (Clare, 1972). Oleh karena itu menata atau
mengatur alat permainan sedemikian rupa sehingga menarik simpati anak sangat
diperlukan. Dengan begitu anak akan senang bermain dan belajar di sekolah.
Beberapa aspek penting dalam pengelolaan alat
permainan edukatif adalah perencanaan, pengadaan, perawatan atau pengawetan,
penggunaan, dan evaluasi sekaligus penghapusan.
1. Perencanaan
Perencanaan
adalah kegiatan atau agenda yang dicanangkan dan akan segera dilaksanakan.
Dalam konteks manajemen alat permainan edukatif, supaya menghasilkan
perencanaan yang baik, perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Mempertimbangkan jumlah dan usia
anak-didik
Sebelum
pengadaan alat permainan edukatif, harus dipertimbangkan jumlah anak dan
usianya. Sebab, alat permainan yang terlalu sedikit akan berakibat pada
pertikaian antar anak karena berebut mainan. Ukuran ruang kelas juga tidak
boleh diabaikan. Ukuran ruang kelas anak-anak antara 20-30 peserta didik
diperlukan ruang minimal ukuran 7x8 meter.
Tabel
pengelompokkan (kelas) Anak Berdasarkan Usia
No.
|
Usia anak
|
Jumlah Maksimal
|
Kelompok
|
Kelas
|
1.
|
0-3 tahun
|
25 - 30 anak
|
TPA
|
-
|
2.
|
3-3,6 tahun
|
15 – 20 anak
|
KB
|
A1
|
3.
|
3,6- 4 tahun
|
15 – 20 anak
|
KB
|
A2
|
4.
|
4 – 5 tahun
|
15 – 20 anak
|
TK
|
B1
|
5.
|
5 – 6 tahun
|
15 – 20 anak
|
TK
|
B2
|
Berdasarkan
table pengelompokkan usia anak kedalam kelas-kelas sebagaimana disebutkan
diatas, dapat dipahami bahwa selisih usia anak-anak pada kelas KB adalah 6
bulan dan anak-anak pada kelas TK 12 bulan atau satu tahun.
b. Sistem pembiasaan
Sistem
pembiasaan perlu dipertimbangkan dalam pembuatan perencanaan. System pembiasaan
yang dimaksud adalah pembiasaan anak bermain setiap hari. Kebiasaan ini
menuntut jenis permainan yang awet dan tahan lama, sehingga walaupun dipakai
setiap hari tetap dalam keadaan baik. Oleh karena itu, ketika mengadakan
(membeli) alat permainan edukatif, jangan hanya mempertimbangkan dana atau uang
semata. Tetapi, kualitas alat permainan harus diutamakan.
Memang
kondisi keuangan TK selalu menjadi alasan klasik keterbatasan alat permainan
edukatif. Tetapi, hal itu bisa diatasi dengan menyiasati jumlah alat permainan
edukatif secara merata.
c. Keuangan
Dengan
mempertimbangkan faktor keuangan sekolah, hasil perencanaan dapat lebih matang.
Sehingga, walaupun alat permainannya sedikit (dengan pola giliran secara atau
berurutan dengan baik) bisa mencukupi kebutuhan bermain anak dan sesuai dengan
tingkat perkembangan mereka.
2. Pengadaan
Aspek
pengelolaan alat permainan edukatif yang kedua adalah pengadaan. Disamping menyesuaikan
dengan perencanaan, pengadaan alat permainan edukatif juga harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Pemahaman terhadap seluk-beluk alat-alat
permainan edukatif.
Tercapai
atau tidaknya tujuan belajar pada anak melalui kegiatan bermain ditentukan oleh
jenis alat permainan edukatif yang digunakan. Sebab, tujuan memberikan berbagai
permainan pada anak tidak lain adalah untuk memperkenalkan kepada mereka
berbagai konsep, seperti: warna, bentuk, perbedaan dan persamaan, panjang dan pendek,
berat dan ringan, tenggelam dan terapung, dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
memperhatikan karakteristik dan seluk-beluk serta fungsi berbagai alat
permainan edukatif sangat penting.
3. Penggunaan
Sifat
teknis dalam penggunaan alat permainan edukatif adalah keteraturan atau
prosedur bermain yang sesuai dengan petunjuk teknis penggunaan dengan
mempertimbangkan faktor keamanan.
Pertama,
keteraturan atau prosedur langkah kerja dalam bermain. Menurut Montessori,
bermain bagi anak adalah “kerja” bagi orang dewasa (Lesley Britton, 1972).
Sebagaimana pekerjaan-pekerjaan lain yang mempunyai aturan dan prosedur kerja,
demikian juga dengan alat-alat permainan edukatif yang juga mempunyai aturan
bermain yang tertib dan menyenangkan.
Kedua,
faktor keamanan. Faktor keamanan adalah aspek terpenting dari bermain. Terlebih
lagi jika anak-anak bermain di alam terbuka atau alam bebas. Faktor keamanan
tidak boleh ditawar-tawar. Identifikasi faktor keamanan ini dapat dilakukan
dengan mendeteksi apakah bahan alat permainan edukatif bersisi tajam, berserat
kasar atau dicat dengan sembarang atau tidak? Jika anak-anak bermain di alam
bebas identifikasi apakah di lokasi tersebut terdapat binatang melata yang
berbisa, tanaman liar berdaun tajam dan lainnya.
4. Perawatan
Setelah
alat permainan edukatif digunakan dengan tertib dan teratur, maka alat-alat
permainan tersebut harus disimpan atau dirawat sedemikian rupa, sehingga alat
permainan edukatif awet (tahan lama/tidak cepat rusak) dan tetap aman
digunakan. Jdi jangan dibiarkan alat permainan edukatif berserakan dan disimpan
sembarangan setelah digunakan.
5. Evaluasi
Dengan
kegiatan evaluasi tingkat perkembangan anak yang telah dicapai melalui kegiatan
bermain dapat diketahui. Secara otomatis, efektivitas alat permainan edukatif
dalam mencerdaskan anak dapat ditinjau ulang.
Berikut
ini adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi semua alat
permainan edukatif:
1. Buatlah daftar semua alat permainan
edukatif yang ada, dengan criteria rusak ringan (Rr), rusak sedang (Rs), dan
rusak berat (Rb).
2. Masukkan semua jenis alat permainan
edukatif yang ada ke dalam kolom “Jenis alat edukatif”.
3. Identifikasi semua alat permainan
edukatif dalam setiap satu pecan sekali.
4. Hasil identifikasi adalah pemberian tanda
contreng (√) pada setiap jenis alat permainan edukatif.
5. Tindak lanjut dari hasil evaluasi
tersebut adalah, segera dicat ulang untul alat permainan yang rusak ringan
(Rr), segera diperbaiki untuk alat permainan yang rusak sedang (Rs), dan segera
diganti untuk alat permainan yang rusak berat (Rb).
Program
pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan salah satu program utama dibidang
PNF. Untuk lebih meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
program PAUD non formal SKB melaksanakan program Kelompok Bermain, mulai tahun
2005 dengan rincian sebagai berikut :
1. Kelompok Bermain
Kelompok
Bermain (KB) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan PNF yang memberikan
layanan pada anak usia dini dengan menerapkan basis bermain sambil belajar
mengoptimalkan semua potensi anak umumnya memberikan layanan untuk usia 2-4
tahun atau 1-4 tahun.
Waktu
pembelajaran 6 hari durasi 2,5 – 3 jam/hari.
Membina
anak usia 2 - 4 Tahun, Dalam Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan pada Kelompok
Bermain yang diterbitkan pada tahun 2001 oleh Departemen Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa:
Kelompok
bermain merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang diselenggarakan
melalui jalur pendidikan luar sekolah dengan mengutamakan kegiatan bermain yang
bertujuan untuk membantu meletakkan dasar pengembangan sikap, pengetahuan,
keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya agar siap memasuki pendidikan dasar, dan untuk pertumbuhan
dan perkembangan selanjutnya.
Program
pendidikan di Kelompok Bermain adalah seperangkat aktifitas yang dilakukan oleh
anak selama berada di Kelompok Bermain dalam rangka mencapai tumbuh kembang
yang optimal.
Adapun
tujuan penyelenggaraan pendidikan di Kelompok Bermain adalah memberikan
pelayanan pendidikan prasekolah agar anak dapat:
a. Mengembangkan kehidupan beragama
b. Mengembangkan kemandirian
c. Mengembangkan kemampuan berbahasa
d. Mengembangkan daya pikir
e. Mengembangkan daya cipta
f. Mengembangkan perasaan/emosi
g. Mengembangkan kemampuan bermasyarakat
h. Mengembangkan keterampilan (motorik
halus)
i. Mengembangkan jasmani (motorik kasar)
j. Meningkatkan proses tumbuh kembang anak
secara wajar.
(Petunjuk
Teknis Penyelenggaraan Pendidikan pada Kelompok Bermain, Oktober 1999)
2. Tempat Penitipan Anak
Tempat
Penitipan Anak (TPA) mengasuh anak-anak yang dititipkan untuk usia 1 - 6 tahun.
Taman Penitipan Anak yang baik memungkinkan bagi anak untuk dapat belajar
dibanding jika diasuh oleh pengasuh di rumah.
Tempat
Penitipan Anak (TPA) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan PNF yang
berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk waktu tertentu bagi anak yang orang
tuanya berhalangan (bekerja), sehingga tidak mampu memberikan pelayanan
kebutuhan hak anak. Memberikan layanan 6 bulan – 6 tahun. Proses pelayanan dari
jam 07.00 – 15.00 selama 6 hari.
3. Satuan PAUD Sejenis (SPS)
Satuan
PAUD Sejenis (SPS) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan PNF yang
penyelenggaraannya bisa diintegrasikan dengan berbagai program layanan anak
usia dini lainnya. Waktu pembelajaran bebas ( misal 1 minggu bisa 2 kali atau 3
kali)
Jenis
PAUD Lainnya :
a. POS PAUD : PAUD yang terintegrasi dengan
kegiatan POS Yandu
b. SPS TPQ : PAUD yang terintegrasi dengan
pembelajaran Al-Qur’an
c. SPS Minggu : PAUD yang terintegrasi dengan
dengan kegiatan kerohanian umat kristen
d. TAAM : PAUD yang terintegrasi
dengan pengajaran agama islam untuk anak usia dini ( Taman Asuh Anak Muslim)
4. Program PAUD SKB
a. Mengembangkan model penyelenggaraan PAUD
holistik-Integratif
b. Memperluas layanan PAUD yang bermutu,
merata, dan berkeadialan, khususnya di daerah dengan indeks kemiskinan tinggi
dan terpencil
c. Mengembangkan Model Percontohan dan
Pusat-pusat rujukan yang mengacu standar PAUD Nasional dan/atau Internasional
d. Melaksanakan pengendalian dan penjaminan
mutu dalam rangka standarisasi dan akreditasi PAUD.
B. Tujuan Program PAUD, Program PAUD
bertujuan untuk:
1. Memperkuat kapasitas lembaga/satuan
pendidikan anak usia dini dalam melaksanakan program layanan PAUD nonformal.
2. Mendorong masyarakat, organisasi mitra,
yayasan dalam memberikan layana program PAUD Nonformal yang mudal dan murah
serta mengedepankan mutu.
3. Memfasilitasi masyarakat yang ingin
berpartisipasi dalam meningkatkan layanan program pendidikan anak usia dini
terutama bagi masyarakat kurang beruntung.
C. Manajemen Lembaga PAUD
Lembaga
atau satuan PAUD sebagai salah satu bentuk layanan pendidikan anak usia dini
pada jalur pendidikan non formal yang mengutamakan kegiatan bermain sambil
belajar. Penyelenggaraan satuan PAUD dapat dilaksanakan oleh lembaga baik
swasta, pemerintah, organisasi masyarakat maupun perorangan yang memiliki
kepedulian terhadap PAUD. Setiap penyelenggaraan program PAUD baik lembaga
maupun perorangan harus memperoleh ijin pendirian dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
atau instansi lain yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah setempat. Adapun
syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengajuan ijin penyelenggaraan PAUD,
yaitu:
1. Surat permohonan kepada Kepala Dinas
Pendidikan Kabupaten, Cq KaBid PLSPO yang diketahui oleh lurah, camat dan
penilik PLS Kecamatan.
2. Akta notaries pendirian yayasan.
3. Bentuk dan nama lembaga
4. Visi dan Misi lembaga
5. Program kegiatan mengajar
6. Sarana dan prasarana
7. Data keterangan yang berisi:
a. Data pengelola, pendidik, pengasuh (
fotocopy SK Pengangkatan, ijazah terakhir, jumlah jam mengajar
b. Data peserta didik
c. Denah lokasi
d. Surat ijin lingkungan diketahui
RT/Kadus/Lurah
e. Struktur Organisasi
Masa
berlaku ijin penyelenggaraan PAUD adalah 3 tahun sejak tanggal diterbitkannya
SK, atau disesuaikan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh dinas terkait.
Karena pada kenyataannya masing-masing Dinas Kabupaten dan Kota mempunyai
kebijakan sendiri (otonomi daerah).
Suatu
lembaga pendidikan agar dapat berjalan secara efektif dan efisien diperlukan
adanya penataan, pengaturan, pengelolaan dan kegiatan lain yang sejenis.
Langkah-langkah tersebut harus dikonsepkan secara sistematis. Manajemen dapat
diartikan sebagai pengelolaan, dalam hal ini pengelolaan lembaga menitik
beratkan pada 4 komponen, yaitu:
1. Pengelolaan tenaga kerja, Pendidik dan
Tenaga Kependidikan.
2. Peserta didik
3. Sarana prasarana
4. Pengelolaan Keuangan
Eksistensi
lembaga harus dibangun sendiri mungkin dengan menentukan perencanaan yang
jelas. Hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut diatas adalah:
1. Adanya aturan manajemen Program
Pendidikan
2. Adanya aturan manajemen Sumber Daya
Manusia
3. Adanya aturan manajemen Keuangan
4. Adanya aturan manajemen Sarpras
Pengelolaan
Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Dalam
dunia pendidikan, pengelolaan atas tenaga kerja ini berorientasi pada
pembangunan pendidikan, dimana bidang garapan dan keluarannya jelas berbeda
dari bidang garapan dan keluaran perusahaan dan pemerintah atau lembaga
lainnya. Hal tersebut sejalan dengan karakteristik aktifitas dunia pendidikan
yang menjadi pembeda dengan aktivitas di bidang lainnya. Demikian halnya dengan
praktik-praktik pengelolaan tenaga pendidik, bagaimanapun tidak dapat disamakan
sepenuhnya dengan praktik-praktik pengelolaan tenaga kerja dalam organisasi
lainnya.
Pendidik
PAUD sebagai sumber belajar merupakan salah satu komponen pening dalam menentukan
keberhasilan program PAUD karena pendidik terlibat langsung dan bertanggung
jawab terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Dalam UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas pasal 1 ayat (6) disebutkan bahwa pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.
Dedi
Supriadi (1999:176) menyatakan bahwa tenaga pendidik PAUD semestinya disiapkan
secara professional, dimana seorang professional paling tidak mempunyai 3 unsur
utama yaitu:
1. Pendidikan yang memadai, disiapkan secara
khusus melalui lembaga pendidikan dengan kualifikasi tertentu.
2. Keahlian dalam bidangnya.
3. Komitmen dalam tugasnya.
Saya kagum dengan postingan gambar, ceraaaaaaaahhhhhhh bangeeetttt................
BalasHapusNuhun ^_^
BalasHapusTrmksh postingaany komplit
BalasHapusTrmksh postingaany komplit
BalasHapus