A. Pengertian Keterampilan Dasar IPS
Di sekolah, IPS menyediakan kajian terkoordinasi dan
sistematis dengan mengambil dari dispilin-disiplin antropologi, arkeologi,
ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama,
dan sosiolog, serta ilmu-ilmu kemanusiaan, matematika dan ilmu-ilmu alam.
Somantri (2001) mengemukakan bahwa Pendidikan IPS
adalah suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan
disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan
dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat
pendidikan dasar dan menengah.
B. Klasifikasi Keterampilan Dasar IPS
Keterampilan
dasar IPS dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori. Namun secara umum
dapat terbagi atas (1) work-study skills; contohnya adalah membaca, membuat
outline, membuat peta dan menginterpretasikan grafik; (2) Group-process skills;
contohyna adalah berpikir kritis dan pemecahan masalah;serta (3) social-living
skills; contohnya adalah tanggungjawab, bekerjasama dengan orang lain, hidup
dan bekerja sama dalam suatu kelompok.
Oleh karena
keterampila IPS merupakan dasar seseorang untuk dapat berhubungan dengna orang
lain dalam kehidupan bermasyarakat maka NCSS (1971) mengemukakan bahwa terdapat
beberapa keterampilan yang seyogianya dapat dimiliki, antara lain
(1) keterampilan
penelitian
(2) keterampilan
berpikir
(3) keterampilan
berpartisipasi sosial
(4) keterampilan
berkomunikasi
Keterampilan penelitian diperlukan untuk mengumpulkan
dan memproses data, seperti berikut ini :
1. Mengidentifikasi
dan mengklasifikasi data
2. Mengumpulkan
dan mengorganisasi data
3. Menginterprestasi
data
4. Menganalisis
data
5. Mengevaluasi
hasil
6. Menggeneralisasi
hasil
7. Mengaplikasikan
pada konteks yang lain
Berpikir kritis adalah melihat sesuatu dengan jelas,
sedangkan berpikir kreatif adalah melihat sesuatu dengan kreatif.
Beberapa hal yang termasuk ke dalam keterampilan
berpikir yang dapat dikembangkan guru dalam pembelajarna, antar lain berikut
ini :
1. Menetapkan
sebab dan akibat
2. Mengevaluasi
fakta
3. Memprediksi
4. Menyarankan
konsekuensi-konsekuensi dari suatu fenomena
5. Meramalkan
masa depan
6. Menyarankan
alternatif pemecahan masalah
7. Mampu
memandang sesuatu dari perspektif yang berbeda
Beberapa ketearmpilan yang termasuk ke dalam
keterampilan partisipasi sosial, antara lain berikut ini :
1. Mengidentifikasi
konsekuensi dari tindakan seseorang dan dampaknya terhadap orang lain
2. Memperlihatkan
kebaikan dan perhatian terhadap orang lain
3. Berbagi tugas
dan membangun kerja sama dengan orang lain
4. Memfungsikan
keanggotaan dan sebuah kelompok
5. Mengadopsi
beberapa variasi dari peran dalam kelompok
6. Terbuka
terhadap kritik dan saran .
Beberapa
diantarnya yang termasuk ek dalam keterampilan untuk menunjang berkomunikasi
adalah :
1. Pemahaman
tetang lambang dan sistem lambang, seperti warna dalam peta dan lambang >,
=, + dalam matematika
2. Pemahaman
tentang aturan dan ketentuan yang terkaitkan dengan sarana komunikasi
3. Pengungkapan
gagasan secara jelas dan kreatif melalui berbagai bentuk komunikasi
C. Perkembangan Siswa
dalam mengembangkan keterampilan dasar IPS
Anak yang berda di kelas satu dan dua sekolah dasar
dilihat dari usia menurt Bredekamp (1987:4) berada dalam rentangan usia dini,
yaitu anak yang berusia empat hingga delapan tahun.
Keterampilan kognitif yang dimiliki anak adalah : mengklasifikasi,
konservasim merangkai, mengurut, membandingkan, memahami perbedaan waktu,
memahami hubungan, mengorganisasi dan mengingat informasi, mengenal tindakan,
mengenal ojek, mengenal perubahan dimensi serta membuat hipotesis sederhana.
Gaya berpikir anak usia sekolah adalah convergent, divergent, field dependence,
field independence, reflectivity, dan impulsivity.
Menurut Erikson, bekerja dan berhubungan efektif
dengan teman sebaya sebagai upaya mengembangkan perasaan berkemampuan.
Tantangan perkembangan pada usia ini adalah perjuangan antara mengembangkan
perasaan berkemampuan dengan perasaan rendah diri.
ips itu
memiliki beberapa tujuan yang diantaranya menjadi citizenship transmission.,
apa itu???singkatnya adalah pembentukan karakter kewarganegaraan. warga negara
yang bisa hidup ditengah-tengah warga masyarakat lainnya. intinya harus menjadi
warga negara yang baik,. saat ini yang menjadi fakta adalah yang diharapkan
dari seseorang itu bukan menjadi warga negara yang hanya pintar, tetapi JUJUR!!
inget JUJUR. suka miris kalaun liat keadaan orang-orang indonesia sekarang ini,
METODE PENGAJARAN IPS/ILMU
SOSIAL
1. Mengajar dan Interaksi Edukatif Pada
Pengajaran IPS
Pendidikan, atau disempitkan
dalam pengertian pengajaran, adalah satu usaha yang bersifat sadar-tujuan,
dengan sistimetis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak
didik. Perubahan yang dimaksud menunjuk pada suatu proses yang harus dilalui.
Tanpa proses itu tujuan tak dapat dicapai. Dan proses yang dimaksud disini adalah
proses pendidikan.
Karena mengajar merupakan
peristiwa bertujuan dan merupakan usaha yang sadar tujuan, maka mengajar harus
berlangsung dalam suasana dan situasi yang sesuai dengan peristiwa dan
usahatersebut. Interaksi edukatif adalah interaksi sosial yang harus memiliki
ciri-ciri:
a. Ada tujuan yang jelasakan dicapai.
b. Ada bahan yang menjadi isi proses.
c. Ada pelajar yang aktif mengalami.
d. Ada guru yang melaksanakan.
e. Ada metode tertentu untuk mencapai tujuan.
f. Proses interaksi tersebut berlangsung
dalam ikatan situasional.
Menurut Nursid Sumaatmadja
(1984 : 95) metode pengajaran adalah suatu cara yang di dalam fungsinya
merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan. lebih lanjut S. Hamid Hasan
mengemukakan pula bahwa metode pengajaran adalah suatu cara yang di gunakan
guru untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa dalam
belajar. dari kedua definisi tersebut dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa
metode pengajaran PS adalah suatu cara yang di gunakan oleh guru agar siswa
memiliki kesempatan belajar sebanyak-banyaknya dalam rangka pencapaian tujuan
secara efektif.
Sehubungan dengan pemilihan
dan penggunaan metode yang ada untuk pengajarkan IPS, maka perlu lebih dahulu
diketahui apa yang menjadi tujuan pengajaran IPS. Edwin Fenton menyebutkan tiga
tujuan pendidikan IPS sebagai berikut :
1) Pemerolehan pengetahuan
2) Pengembangan keterampilan inkuiri
3) Pengembangan sikap-sikap dan nilai-nilai
Ketiga tujuan ini didasarkan
pada taksonomi. Tujuan penididikan menurut Benjamin S. Bloom dan Kawan-kawan
mengenai tujuan pendidikan kognitif (cognitif domain) dan klasifikasi David R.
Krathwohl mengenai tujuan pendidikan afektif (affective domain). Dua tujuan
pertama menurut Fenton termasuk kognitif dan yang terakhir termasuk aspek
afektif.
Berkaitan dengan tujuan-tujuan
pendidikan IPS di atas, maka guru harus memilih metode yang dapat digunakan
agar tujuan-tujuan pendidikan itu tercapai. Metode-metode tersebut diantaranya
sebagai berikut :
1) Metode ceramah adalah metode yang umum
dipakai. Di dalam bentuknya yang klasik guru memberi ceramah (expository),
sedangkan siswa duduk mendengar, mencatat, dan menghapal
2) Metode diskusi, jika metode ceramah belum
dinilai cukup efektif, maka setelah guru selesai berceramah dapat diikuti
dengan diskusi antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa lainnya
mengenai materi yang dibahas.
3) Metode Tanya Jawab berlangsung dalam
interaksi antara guru dan siswa setelah guru selesai berceramah/membahas
materi. Dalam metode tanya jawab terdapat beberapa jenis pertanyaan yang harus
dikenali oleh guru, diantaranya :
a) Pertanyaan mengingat/hafalan tujuannya
untuk mengungkap apakah siswa telah memperoleh dan menguasai sejumlah informasi
faktual yang diperlukan.
b) Pertanyaan deskriptif, siswa-siswa
diminta untuk memberikan penjelasan/jawaban (deskripsi) yang lebih rinci fakta
yang mereka ketahui, membandingkannya, kemudian menghimpun dan
megorganisasikannya.
c) Pernyataan menjelaskan, siswa tidak
saja mengingat dan mengorganisasikan jawaban tetapi juga membuat kesimpulan.
d) Pertanyan sintesis, siswa diminta untuk
menghimpun, mengkombinasikan, menghubungkan, atau menyambung bagian-bagian isi
atau fakta.
e) Pertanyaan memilih, siswa diminta untuk
memilih di antara alternatif-alternatif, membuat pertimbangan atas dua atau
lebih kemungkinan terbaik menurut kriteria yang kemungkinan terbaik menurut
kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
f) Pertanyaan terbuka, siswa diminta
mencari dan menentukan jawaban yang dapat diterima.
4) Metode Proyek, pegertian proyek di sini
ialah semacam penelitian (inkuiri) yang dilakukan di luar kelas/sekolah yang
dilakukan oleh siswa kemudian hasil akhir dibawa dan dibicarakan bersama di
dalam kelas.
5) Metode Karya Wisata. Siswa dibawa
menggunjungi objek-objek pemukiman transmigrasi, situs sejarah, museum atau
tempat wisata yang relevan.
6) Metode bermain peran (tole playing).
Termasuk simulasi atau sosio drama.
7) Metode inkuiri/discovery, termasuk metode
yang paling canggih yang menuntut fakta-fakta dan generalisas-generalisasi.
2. Kedudukan Guru Dalam Pengajaran IPS
Pada proses mengajar dan
interaksi edukatif, guru menjadi pelaksana dan penyelenggaranya. Dalam rangka
pengajarn IPS, guru memiliki kedudukan tertentu yang sesuai dengan peranannya
sebagai Guru IPS. Tetapi secara umum, kecakapan dan kemampuan yang dituntut
itu, berlaku pula bagi guru di jenjang-jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Hanya barang kali bobot, pendalaman dan luasnya berbeda-beda sesuai dengan
tingkat dan jenjangnya masing-masing.
Guru memiliki tugas yang
beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi
bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru
sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih
berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
Yang akan dikemukakan disini
adalah peran yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru sebagai:
1. Demonstrator
2. Manajer/pengelola kelas
3. Mediator/fasilitator
4. Evaluator
2.1 Kemampuan Mengorganisasikan dan
Menjabarkan Materi Pelajaran ke dalam Bentuk yang Mudah Dilaksanakan, Mudah
Dikelola, dan Mudah Dimengerti Oleh Murid
Kriteria kompetensi diatas, merupakan
salah satu kunci keberhasilan guru mencapai tujuan instruksional IPS. Oleh
karena itu, kriteria ini perlu dijabarkan lagi lebih lanjut.
I.
Menaruh Minat yang Penuh terhadap IPS
Salah satu kunci yang dapat
memperlancar tugas melaksanakan pengajaran secara wajar, kita harus memiliki
minat yang penuh dan sungguh-sungguh. Kita tidak akan berhasil secara wajar
melaksanakan tugas mengajarkan, jika kita sebagai guru tidak menaruh minat dan
perhatian yang sungguh-sungguh terhadapnya. Dengan minat dan perhatian yang
besar, tidak ada hambatan dan tantangan yang tidak dapat kita atasi. Apapun
tugas yang harus kita laksanakan berkenaan dengannya, selalu akan kita dapatkan
jalannya.
II.
Menguasai Hakekat IPS
Menaruh minat yang penuh belum dapat
menjadi jaminan yang maksimal terhadap keberhasilan mencapai tujuan
instruksional tersebut. Kita harus menguasai benar hakekat, ruang lingkup,
konsep, dan prinsip tersebut. Guru IPS harus meguasai dan meyakini
sepenuhnyaang IPS yang menjadi bidang studi yang harus diajarkannya.
III.
Berjiwa Wiraswasta
Untuk mampu mengoranisasikan dan menjabarkan
materi pelajaran IPS kedalam bentuk-bentuk yang praktis operasional, guru tidak
boleh memiliki sikap mental menunggu, melainkan harus penuh dengan gagasan dan
inovatif terhadap tugas yang menjadi bagian dari profesinya. Dengan kemampuan
yang ada pada dirinya, guru harus menjadikan tugas tersebut sebagai tantangan
yang dapat meningkatkan kemampuanyang ada pada dirinya.
2.2 Kemampuan MenggunakanVariasi Strategi
Pengajaran Kelompok Besar, Kelompok Kecil, dan Murid Secara Individual
I.
Dasar Kepemimpinan
Pada hakekatnya guru adalah
seorang pemimpin di tengah anak didiknya. Guru harus mampu mengelola murid ke
dalam bentuk ukuran kelompok sesuai dengan pengembangan pribadi anak dan sesuai
dengan pokok bahasan yang harus dikembangkan. Salah satu misi pengajaran IPS
adalah mengembangkan pribadi anak untuk mampu berdiri diatas kaki sendiri, dan
mampu bekerja sama dengan pihak lain dan bidang keahlian atau keilmuan lainnya.
Muruid-murid harus dilatih melakukan proses belajar melalui kekuatan pribadinya
secara individual dan dalam bentuk kelompok. Guru sebagai seorang pemimpin
harus mengelola proses tadi secara efektif, efisien, dan produktif. Guru harus
menguasai strategi untuk menciptakan situasi dan suasana yang serasi.
II.
Dasar Stimulator
Guru harus menggali materi
yang diajarkan dari fakta dan gejala, dan bahkan masalah social yang praktis
terjadi sehari-hari di masyarakat, bukan hanya ia sendiri yang harus aktif
menggali materi tadi, melainkan lebih jauh daripada itu harus mampu memberikan
stimulasi dan dorongan kepada murid untuk menggali dan mengungkapkan hal-hal
yang terjadi di masyarakat yang dapat dipelajari lebih lanjut. Guru harus mampu
membangkitkan minat dan perhatian murid-murid terhadap berbagai ketimpangan dan
masalah social yang terjadi disekitarnya. Melalui cara ini, kepekaan anak didik
terhadap berbagai gejala kehidupan social menjadi bertambah tajam, sehingga
mereka dapat diharapkan menjadi warga masyarakat yang aktif, kreatif, dan
terampil fisik-biologisserta mental psikologis.
III.
Dasar Kemampuan Melakukan Pengajaran TIM
Guru harus meiliki kemampuan
mengorganisasikan pengajaran IPS dan murid-murid peserta didiknya
seefektif-efektifnya. Harus dapat mengatur kelompok, waktu, orang yang membantu
dalam pelaksanaan mengajar termasuk segala perlengkapannya, sehingga
murid-murid dapat mengembangkan pribadi dan tanggung jawabnya masing-masing.
Guru harus mampu mengatur strategi, baik yang berkenaan dengan ruangan, jumlah
murid, waktu, maupun yang berkenaan peralatan yang digunakan pada proses
belajar-mengajar, agar tujuan pengajaran mencapai hasil yang maksimal.
2.3 Kemampuan Melibatkan Murid Secara Aktif
dan Langsung Dalam Mempelajari IPS
Kompetensi guru yang terakhir
ini merupakan pencerminan kecakapan-kecakapan yang telah dikemukakan diatas.
Kemampuan melibatkan murid secara aktif ini menuntut kemampuan guru sebagai
pemimpin, sebagai stimulator, sebagai motivator, dan sebagai seorang Wiraswasta
pada bidang pendidikan.
3. Murid Peserta Pengajaran IPS
Pada pengajaran IPS, murid
bukan hanya menjadi sasaran yang harus menerima materi yang diajarkan melainkan
mereka harus diperlakukan sebagai subyek yang menjalani proses belajar secara
aktif.
3.1. Kondisi Dan Perkembangan Mental Murid
Kemampuan mental anak didik
sesuai dengan tingkat umur dan pengalamannya. Kemampuan mental tadi pada
umumnya berkembang mulai dari tingkat umur atau tingkat pendidikan yang rendah
menuju ke arah kematangan pada tingkat umur atau tingkat pendidikan yang
tinggi. Anak didik tidak boleh dikorbankan dan diperkosa oleh ambisi guru yang
bermaksud memberikan materi seluas dan sedalam mungkin. Kemampuan dan
perkembangan mental anak didik harus dijadikan salah satu ukuran menentukan
bobot materi dan metode penyajian yang paling serasi.
3.2. Dasar Kesadaran Mental
Murid
Anak didik yang menjadi subyek
dan obyek pengajaran memiliki dasar kesadaran mental yang harus ditumbuhkan dan
dikembangkan. Minat anak didik menjadi modal yang sangat berharga pada
pengajaran IPS. Jika guru telah dapat menumbuhkan dan mengembangkan minat
murid-murid terhadap pengajaran yang diajarkan kepada mereka, telah terbukalah
jalan untuk menanamkan isi pelajaran tersebut kepada mereka. Tetapi bila pada
kesempatan pertama guru sudah tidak berhasil menarik perhatian para muridnya,
jangan diharapkan bahwa proses pengajaran selanjutnyaakan mencapai hasil yang
maksimal. Minat anak didik pada pengajaran IPS jangan dianggap remeh, bahkan
harus dijadikan sumber daya yang sangat berharga. Penyajian materi dan proses
penyampaiannya harus tetap dipertahankan menarik bagi para anak didiknya.
Kelucuan yang menarik yang kadang-kadang meledak di tengah-tengah pelajaran,
dapat menyegarkan suasana proses belajar mengajar.
Dengan dilandasi oleh hal-hal
yang menarik dan merangsang keingintahuan, anak didik didorong untuk
membuktikan sendiri apa yang telah dipelajarinya dengan kenyataan yang
ditemuinya sehari-hari. Dorongan untuk menemukan sendiri hal-hal yang
dipelajarinya, menjadi dasar bagi seorang murid utuk menjadi peneliti dan
meningkatkan kemampuannya melanjutkan pelajaran ke tingkat yang lebih tinggi.
3.3. Potensi Yang Harus
Dikembangkan Dari Murid
Potensi anak didik yang harus
dikembangkan melalui pengajaran IPS yaitu mengenai sikap mentalnya, daya
rasionalnya, daya emosionalnya, dan keterampilan baik keterampilan mental
psikologisnya maupun fisik biologisnya. Melalui pengajaran yang terarah dan
mantap, sikap dan mental daya rasional, daya emosional, keterampilannya dibina
ke arah kematangan dan kedewasaan.
4. Tehnik, Strategi, dan Metode Pengajaran
IPS
Menurut Husein Akhmad
dkk(1981;58) seorang guru IPS dalam memilih metode hendaknya memperhatikan
faktor –faktor yang mempengaruhinya. Faktor tersebut adalah :
a. Pengajar (guru)
b. Siswa
c. Tujuan yang akan dicapai
d. Materi /bahan
e. Waktu
f. Fasilitas yang tersedia
2. Macam – Macam Metode
Pendekatan Pembelajaran IPS
a. Contectual teaching and
learning (CTL)
Pendekatan CTL merupakan
konsep belajar yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa. Karakteristik pendekatan pembelajarn CTL adalah :
1. Kerja sama
2. Menyenangkan.
3. Pembelajaran terintegrasi
4. Menggunakan berbagai sumber
5. Siswa (aktif,kreatif,dan
kritis) ,guru (harus kreatif).
6. Dinding kelas dan lorong
–lorong penuh dengan hasil karya siswa,misalnya peta,gambar,ceritera,puisi.
7. Laporan kepada orang tua
tidak hanya berupa rapor,tetapi dapat berupa hasil karya siswa,misalnya laporan
/ tugas,karangan.
Menurut Widyaiswara LPMP
(2005) ,menyatakan bahwa guru dikatakan telah menerapkan pendekatan
pembelajaran CTL apabila menempuh tujuh komponen,sebagai berikut :
1.Mengembangkan pemikiran
bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,menemukan
sendiri, dan mengkontrak sendiri pengetahuannya.
2.Melaksanakan sejauh mungkin
kegiatan inkuiri untuk semua topik / pokok bahasan.
3.Mengembangkan sifat ingin
tahu siswa dengan mengajukan pertanyaan.
4.Menciptakan masyarakat
belajar,misalnya belajar dalam kelompok – kelompok.
5.Menghadirkan model sebagai
contoh pembelajaran .
6.Melakukan penilaian yang
sebenarnya dengan berbagai cara dan subyektif mungkin.
Unsur yang terkandung dalam
CTL antar lain :
1. Konstruktivisme (
constructivism )
2. Menemukan ( inquiry )
3. Bertanya ( Questioning )
4. Masyarakat belajar (
learning community )
5. Pemodelan ( modeling )
6. Refleksi (reflection )
7. Penilaian yang sebenarnya (
authentic assessment )
b. Cooperative learning
Cooperative learning atau
sering disebut dengan kooperasi adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
berisi serangkaian aktivitas yang diorganisasikan. Pembelajaran tersebut
difokuskanpada pertukaran informasi terstrukturantar sisswa dalam kelompok yang
bersifat social dan pembelajar bertanggung jawab atas tugasnya masing – masing.
Ada lima prinsip untuk
mencapai hasil maksimal dari pembelajaran dengan model cooperative learning
yang baru dikembangkan,antara lain:
Ø Saling ketergantungan
Ø Tanggung jawab perseorangan
Ø Tatap muka
Ø Komunikasi antar anggota
Ø Evaluasi proses kelompok
Teknik teknik pembelajarn
cooperative learning
1. Teknik mencari pasangan
Teknik ini digunakan untuk
memahami suatu konsep atau infor masi tertentu yang harus ditemukan siswa.
Keunggulannya siswa dapat mencari pasangna sambil belajar menggali satu konsep
atau tema dalam suasana yang menyenangkan. Tenik ini dapat digunakan dalam
semua mata pelajaran da untuk semua tingkat usia anak.
2. Bertukar pasangan
Tenik dapat member kesempatan
kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain. Teknik ini jga dapat
diterapkan kepada semua mata pelajaran dan semua tingkat usia anak didik.
3. Berpikir berpasangna
berempat
Teknik ini memberi kesempatan
kepada siswa untuk bekerja sendiri atau bekerjasama dengan siswa lain.
Keunggulannya adalah optimalisasi partisipasi siswa. Teknik ini juga dapat
diterapkan pada semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik
4. Keliling kelompok
Teknik ini dapat diterapkan
pada semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik. Dalam kegiatan
keliling kelompok,masing – masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk
memberikan kontribusinya dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota
lainnya.
5. Jigsaw
Teknik dapat digunakan untuk
kegiatan pembelajaran membaca , menulis , berbicara , dan mendengarkan. Teknik
ini dapat diterapkan untuk semua kelas dan cocok untuk mata pelajaran bahasa
Indonesia , IPA , IPS , dan Agama.
c. Metode karyawisata
Metode karyawisata dapat
dilaksanakan dengan mengadakan perjalanan dan kunjungan yang hanya beberapa jam
saja ke tempat atau daerah yang tidak begitu jauh dari sekolah , asalkan
maksudnya memenuhi tujuan instruksional IPS. Seorang guru dapat menerapkan
metode karya wisata yang terarah dan sesuai dengan tujuan instruksionalnya
apabila guru memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
1. Mengetahui hakikat metode
karyawisata
2. Mengetahui kelebihan dan
kelemahan metode karyawisata
3. Mengetahui langkah –
langkah yang ahrus dilakukan sebelum pelaksanaannya
4. Mempunyai keterampialn
memilih pokok – pokok bahasan yang cocok dikembangkan dengan metode karyawisata.
Fungsi metode karyawisata
1). Mendekatkan dunia sekolah
dengan kenyataan
2). Mempelajari suatu konsep
atau teori dengan kenyataan dan sebaliknya
3). Membekali pengalaman riil
pada siswa.
Langkah – langkah metode
karyawisata
1. Tahap persiapan
Meliputi persiapan materi atau
topik karyawisata ,persiapan teoritis ,persiapan perlengkapan, dan aspek –
aspek lain yang menunjang pelaksanaan karyawisata.
2. Tahap pelaksanaan
karyawisata di lapangan
Jika tahap persiapan telah
matang dan terperinci, maka tahap pelaksanaan akan lancer.
3. Tindak lanjutnya
pelaksanaan karyawisata (setelah kembali ke tempat)
Kegiatannya meliputi
penyusunan dan membuat laporan hasil karyawisata.
Kelebihan dan kelemahan metode
karyawisata
Ø Kelebihan metode karyawisata
1. Siswa dapat mengamati obyek
secara nyata dan bervariasi.
2. Siswa dapat menjawab dan
memecahkan masalah – masalah dengan cara melihat ,mencoba dan membuktikan
secara langsung suatu obyek yang dipelajari.
3. Siswa dapat pula mendapatka
informasi langsung dari narasumber.
Ø Kelemahan metode karyawisata
1. Jika terlalu sering
dilaksanakan akan mengganggu rencana pelajaran.
2. Perlu pengawasan dan
bimbingan guru.
3. Jika obyek yang dikunjungi
terlalu jauh letaknya,menyulitkan transportasi dan pembiayaan.
4. Jika pelaksanaan
karyawisata terlalu kaku sifatnya, dapat menurunkan minat siswa terhadap
karyawisata , sehingga tujuannya tidak tercapai.
d. Metode role playing
(bermain peran )
Metode role playing tidak bias
lepas dari metode sosiodrama , sebab keduanya sama - sama dapat diterapkan
dalam pengajaran IPS yang sukar dipisahkan satu sama lainnya. Role playing
adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang dipakai untuk menjelaskan
peranan , sikap , tingkah laku ,nilai dengan tujuan menghayati perasaan , sudut
pandang , dan cara berpikir orang lain.
Dengan demikian roel playing
merupakan sutau teknik atau cara agar para guru dan siswa memperoleh
penghayatan nilai – nilai dan perasaan. Sedangkan sosiodrama berarti
mendramatisasikan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial.
Tujuan dan manfaat role
playing (menurut shaftel)
1. Agar menghayati sesuatu
kejadian atau hal yang sebenarnya dalam realita hidup.
2. Agar memahami apa yang
menjadi sebab dari sesuatu serta bagaimana akibatnya.
3. Untuk mempertajam indera
dan rasa siswa terhadap sesuatu.
4. Sebagai penyaluran /
pelepasan ketegangan dan perasaan – perasaan.
5. Sebagai alat diagnosa
keadaan kemampuan siswa.
6. Pembentukn konsep secra
mandiri.
7. Menggali peranan – peranan
daripada seseorang dalam suatu kehidupan kejadian / keadaan.
8. Membina siswa dalam
kemampuan memecahkan masalah , berfikir kritis , analisis , berkomunikasi ,
hidup dalam kelompok dan lain – lain.
9. Melatih anak ke arah
mengendalikan dan membaharui perasaannya , cara berfikirnya , dan perbuatannya.
Langkah – langkah role playing
1. Pemanasan (pengantar serta
pembahasan ceritera dari guru )
2. Memilih siswa yang akan
berperan
3. Menyiapkan penonton yang
akan mengobservasi
4. Mengatur panggung / ruang
5. Permainan
6. Diskusi dan evaluasi
7. Permainan berikutnya
8. Diskusi lebih lanjut
9. Generalisasi
Masalah – masalah social yang
dapat dijajaki dengan metode role playing adalah sebagai berikut :
1. Masalah pertentangan antar
pribadi – pribadi
2. Masalah hubungan antar
kelompok. Mengungkapkan masalah hubungan antar suku , bangsa , kepercayaan.
3. Masalah kemelut pribadi
kemelut antara tekanan orang tua dan kemauannya , juga antara kelompoknya
dengan kemauannya.
4. Masalah masa lampau dan
sekarang .
e. Metode simulasi
Istilah simulasi berasal dari
kata simulate yang berarti pura –pura dan simulation yang berarti tiruan atau
perbuatan yang hanya pura – pura. Sebagai metode mengajar, simulasi diartikan
sebagai suatu usaha untuk memperoleh pemahaman akan hakikat dari suatu konsep,
prinsip atau sesuatu keterampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan
dalam situasi tiruan.
Tujuan simulasi
1. Untuk melatih keterampilan
tertentu, baik yang bersifat professional maupun bagi kehidupan sehari – hari.
2. Untuk memperoleh pemahaman
tentang suatu konsep atau prinsip.
3. Untuk latihan memecahkan
masalah.
Manfaat metode simulasi
1. Belajar tentang persaingan
2. Belajar kerjasama
3. Belajar emphaty
4. Belajar tentang system
social
5. Belajar konsep
6. Belajar menerima hukuman
7. Belajar berpikir kritis
contoh nilai dan sikap Anak
Usia Dini yang dapat dikembangkan lewat pembelajaran IPS
.
Nilai yang dapat disampaikan melalaui IPS seperti keuletan , maka guru
hendaknya mengembangkan sikap siswa seperti kesungguhan siswa dalam mengerjakan
tugas, kemudian bagaimana cara ia memecahkan masalah yang ia hadapi.
Nilai kesopanan, sikap siswa nya adalah
seperti menghormati orang dewasa dan menghargai orang yang lebih muda, mentaati
perintah guru dan lain-lain. Nilai kesopanan sangat penting diterapkan pada
anak sejak usia dini karena kesopanan akan terbentuk sempurna ketika anak sudah
dewasa jika ia sudah menanamkan nilai-nilai kesopanan sejak usia dini.
. Nilai kedisiplinan, sikap siswa nya
adalah mematuhi aturan permainan, mengerjakan tugas yang diperintahkan oleh
guru dan lain-lain. Sikap dan nilai ini penting untuk membangun karakter siswa
dalam mencapai perkembangan sosial nya, serta kedisiplinan maampu mengembangkan
kualitas perilaku siswa.
Nilai kreativitas, sikap siswa nya
adalah menggunakan media pembelajaran dengan baik, dan berkarya sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Dalam mengembangkan sumber daya manusia maka nilai
kreativitas sangat penting untuk membangun SDA yang berkualitas.
. Nilai kebersihan, sikap siswa nya adalah
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, membuang sampah pada tempatnya dan
lain-lain. Nilai kebersihan sangat penting di terapkan pada anak sejak usia
dini karena jika anak mempunya jiwa kebersihan yang baik maka ia akan berjiwa
sosial yang baik pula, karena lingkungan sosial tidak akan terlepas dari
masalah-masalah kebersihan.
ijin copy ya :*
BalasHapus