PENGERTIAN
MATEMATIKA
Matematika
adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan
(pusat pembinaan dan pengembangan bahasa (1991).
Matematika
adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin di
sampaikan (suriasumantri, 1982)
Matematika
sebagai ilmu tentang struktur dan hubungan-hubunganya memerlukan
simbol-simbol untuk membantu memanipulasi aturan-aturan melalui operasi
yang ditetapkan (Paimin, 1998)
Kline
mengatakan bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat
sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu untuk membantu
manusia dalam memahami dan mengatasi permasalahannya. Matematika tumbuh dan
berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk
terbentuknya matematika.
Matematika
merupakan salah satu jenis pengetahuan yang dibutuhkan manusia dalam
menjalankan kehidupannya sehari-hari. Misalnya ketika berbelanja maka kita
perlu memilih dan menghitung jumlah benda yang akan dibeli dan harga yang harus
dibayar. Saat akan pergi, kita perlu mengingat arah jalan tempat yang akan
didatangi, berapa lama jauhnya, serta memilih jalan yang lebih bisa cepat
sampai di tujuan, dll.
Bila
kita berpikir tentang matematika maka kita akan membicarakan tentang persamaan
dan perbedaan, pengaturan informasi/data, memahami tentang angka, jumlah,
pola-pola, ruang, bentuk, perkiraan dan perbandingan.
Pengetahuan
tentang matematika sebenarnya sudah bisa diperkenalkan pada anak sejak usia
dini (usia lahir-6 tahun). Pada anak-anak usia di bawah tiga tahun, konsep
matematika ditemukan setiap hari melalui pengalaman bermainnya. Misalnya saat
membagikan kue kepada setiap temannya, menuang air dari satu wadah ke wadah
lain, mengumpulkan manik-manik besar dalam satu wadah dan manik-manik yang
lebih kecil pada wadah yang lain, atau bertepuk tangan mengkuti pola irama.
Kesimpulan, matematika
adalah sesuatu yang berkaitan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang
tersusun secara hirarkis melalui penalaran yang bersifat deduktif, sedangkan
matematika di PAUD adalah kegiatan belajar tentang konsep matematika
melalui aktifitas bermain dalam kehidupan sehari-hari dan bersifat ilmiah.
TUJUAN PENGENALAN MATEMATIKA PADA ANAK USIA DINI
A. Tujuan Umum
Agar anak
mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung/ matematika, sehingga pada
saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran matematika pada
jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih komplek.
B. Tujuan khusus
1.
Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui
pengamatan terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angka yang
terdapat di sekitar anak.
2.
Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan
masyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung.
3.
Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya
apresiasi yang tinggi.
4.
Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat
memperkirakan kemungkinan urutan sesuatu peristiwa terjadi di sekitarnya.
5.
Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan
sesuatu secara spontan.
PRINSIP-PRINSIP PERMAINAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI
ü
Permainan matematika di berikan secara bertahap diawali dengan menghitung
benda-benda atau pengalaman peristiwa kongkrit yang dialami melalui pengamatan
terhadap alam sekitar.
ü
Pengetahuan dan keterampilan pada permainan matematika diberikan secara
bertahap menurut tingkat kesukaranya, misalya dari kongkrit ke abstrak, mudah
ke sukar, dana dari sederhana ke yang lebih kompleks
ü
Permainan matematika akan berhasil jika anak-anak diberi kesempatan
berpartispasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri.
ü
Permainan matematika membutuhkan suasana menyenangkan dan memberikan rasa aman
serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat peraga/ media yang sesuai
dengan tujuan, menarik, dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan.
ü
Bahasa yang digunakan didalam pengenalan konsep berhitung seyogyanya bahasa
yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat di
lingkungan sekitar anak.
ü
Dalam permainan matematika anak dapat di kelompokkan sesuai tahap penguasaan
berhitung yaitu tahap konsep, masa transisi dan lambang.
ü
Dalam mengevaluasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari awal sampai akhir
kegiatan.
LANDASAN PENGENALAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI
Beberapa
teori yang mendasari perlunya permainan matematika anak usia dini adalah
sebagai berikut:
1. Tingkat Perkembangan Mental Anak
Jean Piaget,
menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam diri anak. Artinya
belajar sebagai suatu proses membutuhkan aktifitas baik fisik maupun
psikis.selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan
tahap-tahap perkembangan mental anak, karena belajar bagi anak harus keluar
dari anak itu sendiri.
Anak usia TK
berada pada tahapan pra-operasional kongkrit yaitu tahap persiapan kearah
pengorganisasian pekerjaan yang kongkrit dan berpikir intuitif dimana anak
mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pada
interpretasi dan pengalamannya (persepsinya sendiri).
2. Masa Peka Berhitung Pada Anak
Perkembangan
dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukan
masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru di TK harus
tanggap, untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak
dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan
kemampuan berhitung yang optimal.
Anak usia TK
adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur
matematika, karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari
lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat
stimulasi/rangsangan/motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangan-nya.
Apabila kegiatan berhitung diberikan melalui berbagai macam permainan tentunya
akan lebih efektif karena bermain merupakan wahana belajar dan bekerja bagi
anak. Diyakini bahwa anak akan lebih berhasil mempelajari sesuatu apabila yang
ia pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.
3. Perkembangan Awal Menentukan Perkembangan
Selanjutnya
Hurlock
(1993) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan
peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami masa bahagia berarti
terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik maupun psikis di awal perkembangannya
diramalkan akan dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Piaget
juga mengatakan bahwa untuk meningkatkan perkembangan mental anak ke tahap yang
lebih tinggi dapat dilakukan dengan memperkaya pengalaman anak terutama
pengalaman kongkrit, karena dasar perkembangan mental adalah melalui
pengalaman-pengalaman aktif dengan menggunakan benda-benda di sekitarnya.
Pendidikan di TK sangat penting untuk mencapai keberhasilan belajar pada tingkat
pendidikan selanjutnya.
Bloom bahkan
menyatakan bahwa mempelajari bagaimana belajar (learning to learn) yang
terbentuk pada masa pendidikan TK akan tumbuh menjadi kebiasaan di tingkat
pendidikan selanjutnya.Hal ini bukanlah sekedar proses pelatihan agar anak
mampu membaca, menulis dan berhitung, tetapi merupakan cara belajar mendasar,
yang meliputi kegiatan yang dapat memotivasi anak untuk menemukan kesenangan
dalam belajar, mengembangkan konsep diri (perasaan mampu dan percaya diri),
melatih kedisiplinan, keberminatan, spontanitas, inisiatif, dan apresiatif.
Sejalan
dengan beberapa teori yang telah dikemukakan di atas, permainan matematika anak
usia dini seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung di
jalur matematika yaitu:
1. Penguasaan konsep
Pemahaman
atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa
kongkrit,seperti pengenalan warna, bentuk, dan menghitung benda/ bilangan.
2. Masa transisi
Proses
berpikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman kongkrit menuju
pengenalan lambang yang abstrak, dimana benda kongkrit itu masih ada dan mulai
dikenalkan bentuk lambangnya.
3. Lambang
Merupakan
visualisasi dari berbagai konsep. Misalnya lambang 7 untuk menggambarkan konsep
bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk
,menggambarkan konsep ruang, dan sebagainya.
MANFAAT PERMAINAN MATEMATIKA UNTUK AUD
1.
Membelajarkan anak berdasarkan konsep matematika yang
benar.
2.
Menghindari ketakutan matematika sejak awal.
3.
Membantu anak belajar matematika secara alami melalui
kegiatan bermain.
Peran guru
dalam mengembangakan kegiatan belajar matematika adalah
1.
Membangun rasa ingin tahu anak secara alami tentang
bentuk, ukuran, jumlah, konsep-konsep dasar lain dalam matematika.
2. Peduli dan
tertarik terhadap apa yang dikatakan anak. Hal ini akan mendorong anak untuk
menceritakan pengalaman dan penemuan mereka.
3. Penerimaan
terhadap sejumlah kegiatan matematika yang dilakukan anak. Hal ini akan
mendorong kepercayaan diri untuk tetap berpikir, bertanya, dan berbagi
pengalaman tentang hal berbagai hal yang dialami anak.
PENGENALAN DINI KEMAMPUAN BERHITUNG
Ciri-ciri
yang menandai bahwa anak sudah mulai menyenangi permainan berhitung antara
lain:
1.
Secara spontan telah menunjukan ketertarikan pada
aktivitas permainan berhitung.
2.
Anak mulai menyebut urutan bilangan tanpa pemahaman.
3.
Anak mulai menghitung benda-benda yang ada di
sekitarnya secara spontan.
4.
Anak mulai membanding bandingkan benda-benda dan
peristiwa yang ada di sekitarnya.
5.
Anak mulai menjumlah-jumlahkan atau mengurangi angka
dan benda-benda yang ada di sekitarnya tanpa disengaja.
Hal yang
perlu diperhatikan:
1.
Apabila ada anak yang cepat menyelesaikan tugas yang
diberikan guru, hal inii menunjukkan bahwa anak tersebut telah siap untuk
diberikan permainan berhitung dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
2. Apabila anak
menunjukan tingkah laku jenuh, diam, acuh tak acuh atau mengalihkan perhatian
pada hal lain, hal ini menunjukan bahwa telah terjadi masalah pada anak. Itu
berarti, anak membutuhkan perhatian atau perlakuan yang lebih khusus dari guru.
STANDAR MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI
The
principles and strandards for school mathematics (prinsip dan standar untuk
matematika sekolah), yang dikembangkan oleh kelompok pendidik dari national
council of Teacher of mathematics (NCTM, 2000) memaparkan harapan matematika
untuk anak usia dini.konsep-konsep yang bisa dipahami anak usia dini antara
lain:
1. Bilangan
Salah satu
konsep matematika yang paling penting dipelajari anak adalah pengembangan
kepekaan bilangan. Peka terhadap bilangan berarti tidak sekedar menghitung.
Kepekaan bilangan itu mencakup pengembangan rasa kuantitas dan pemahaman
kesesuaian satu lawan satu. Ketika kepekaan terhadap bilangan anak-anak berkembang,
mereka menjadi semakin tertarik pada hitung-menghitung. Menghitung ini menjadi
landasan bagi pekerjaan dini anak-anak dengan bilangan.
2. Aljabar
Menurut NTCM
(2000), pengenalan aljabar dimulai dengan menyortir, menggolongkan,
membandingkan, dan menyusun benda-benda menurut bentuk, jumlah, dan sifat-sifat
lain, mengenal, menggambarkan, dan memperluas pola akan memberi sumbangan
kepada pemahaman anak-anak tentang penggolongan.
3. Penggolongan
Penggolongan
(klasifikasi) adalah salah satu proses yang penting untuk mengembangakn konsep
bilangan. Supaya anak mampu menggolongkan atau menyortir benda-banda, mereka
harus mengembangkan pengertian tentang “saling memiliki kesamaan”,
“keserupaan”, “kesamaan”, dan “perbedaan”. Kegiatan yang dapat mendukung kemampuan
klasifikasi anak adalah:
Membandingkan
Adalah
proses dimana anak membangun suatu hubungan antara dua benda berdasarkan
atribut tertentu. Anak usia dini sering membuat perbedaan, terutama bila
perbandingan itu melibatkan mereka secara pribadi.
Menyusun
Menyusun
atau menata adalah tingkat lebih tinggi dari perbandingan. Menyusun melibatkan
perbandingan benda-benda yang lebih banyak, menempatkan benda-benda dalam satu
urutan. Kegiatan menyusun dapat dilakukan didalam maupun luar kelas, misalnya
menyusun buku yang diatur dari yang paling tebal, mengatur barisan dari anak
yang paling tinggi/ pendek, dll.
4. Pola-pola
Mengidentifikasi
dan menciptakan pola dihubungkan dengan penggolongan dan penyortiran. Anak
mulai melihat atribut-atribut yag sama dan berbeda pada gambar dan benda-benda.
Anak-anak senang membuat pola di lingkungan mereka.
5. Geometri
Membangun
konsep geometri pada anak di mulai dengan mengidentifikasi bentuk-bentuk,
menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar-gambar biasa seperti segi empat,
lingkaran, segitiga. Belajar konsep letak seperti dibawah, di atas, kiri, kanan
meletakkan dasar awal memahami geometri.
6. Pengukuran
Ketika anak
mempunyai kesempatan untuk pengalaman-pengalaman langsung untuk mengukur,
menimbang, dan membandingkan ukuran benda-benda, mereka belajar konsep
pengukuran. Melalui pengalaman ini anak mengembangkan sebuah dasar kuat dalam
konsep-konsep pengukuran.
7. Analisis data dan probabilitas
Percobaan
dengan pengukuran, penggolongan, dan penyortiran merupakan dasar untuk memahami
probabilitas dan analisis data. Ini berarti mengemukakan pertanyaan,
mengumpulkan informasi tentang dirinya dan lingkungan mereka, dan menyampaikan
informasi ini secara hidup.
PERMAINAN BERHITUNG DI JALUR MATEMATIKA
Kemampuan
yang diharapkan dalam permainan berhitung di PAUD dapat dilaksanakan melalui
penguasaan konsep, transisi dan lambang yang terdapat di semua jalur
metematika, yang meliputi pola, klasifikasi bilangan, ukuran, geometri,
estimasi, dan statistika.
1. Bermain pola
Anak
diharapkan dapat mengenal dan menyusun pola-pola yang terdapat disekitarnya
secara berurutan, setelah melihat dua sampai tiga pola yang ditujukan oleh guru
anak mampu membuat urutan pola sendiri sesuai dengan kreativitasnya.
Pelaksanaan bermain pola di kelompok A dan B dimulai dengan menggunakan pola
yang mudah/sederhana untuk selanjutnya pola menjadi yang kompleks.
2. Bermain Klasifikasi
Anak
diharapkan dapat mengelompokkan atau memilih benda berdasarkan jenis, fungsi,
warna, bentuk pasangannya sesuai dengan yang dicontohkan dan tugas yang
diberikan oleh guru.
3. Bermain Bilangan
Anak
diharapkan mampu mengenal dan memahami konsep bilangan, transisi dan lambang
sesuai dengan jumlah benda-benda pengenalan bentuk lambang dan dapat mencocokan
sesuai dengan lambang bilangan.
4. Bermain Ukuran
Anak
Diharapkan dapat mengenal konsep ukuran standard yang bersifat informal atau
alamiah, seperti panjang, besar, tinggi, dan isi melalui alat ukur alamiah,
antara lain jengkal, jari, langkah, tali, tongkat, lidi, dan lain-lain.
5. Bermain Geometri
Anak
diharapkan dapat mengenal dan menyebutkan berbagai macam benda, berdasarkan
bentuk geometri dengan cara mengamati benda-bendayang ada disekitar anak
misalnya lingkaran, segitiga, bujur sangkar, segi empat, segi lima, segi enam,
setengah lingkaran, bulat telur (oval).
6. Bermain Estimasi (Memperkirakan)
Anak
diharapkan dapat memiliki kemampuan memperkirakan (estimasi) sesuatu misalnya
perkiraan terhadap waktu, luas jumlah ataupun ruang. Selain itu anak terlatih
untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yan akan dihadapi.
- Perkiraan waktu misalnya:
• Berapa hari biji tumbuh?
• Berapa lama kita makan?
• Berapa lama anak dapat memantulkan bola?
• Berapa ketukan gambarnya selesai?
- Perkiraan luas, misalnya: berapa keping untuk
menutupi meja?
- Perkiraan jumlah, misalnya: berapa jumlah ikan yang
ada dalam aquarium?
- Perkiraan ruang, misalnya: berapa anak bergandengan
untuk dapat mengelilingi kelas ini?
7. Bermain Statistika
Anak
diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk memahami perbedaan-perbedaan dalam
jumlah dan perbandingan dari hasil pengamatan terhadap suatu objek (dalam
bentuk visual).
METODE PERMAINAN BERHITUNG
Metode yang
digunakan oleh guru adalah salah satu kunci pokok di dalam keberhasilan suatu
kegiatan belajar yang dilakukan oleh anak. Pemilihan metode yang akan digunakan
harus relevan dengan tujuan penguasaan konsep, transisi dan lambang dengan
berbagai variasi materi, media dan bentuk kegiatan yang akan dilakukan. Adapun
metode yang dapat digunakan antara lain :
1. Metode Bercerita:
Adalah cara
bertutur kata dan menyampaikan cerita atau memberikan penerangan kepada anak
secara lisan. Jenisnya antara lain, bercerita dengan alat peraga, tanpa alat
peraga, dengan gambar, dan lain-lain.
2. Metode Bercakap-cakap:
Adalah salah
satu penyampaina bahan pengembangan yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap
dalam bentuk tanya jawab antara anak dengan guru, atau anak dengan anak.
Jenisnya antara lain: bercakap-cakap bebas, berdasar-kan gambar seri, atau
berdasarkan tema.
3. Metode Tanya Jawab:
Dilaksanakan
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memberi-kan rangsangan agar
anak aktif untuk berpikir. Melalui pertanyaan guru, anak akan berusaha untuk
memahaminya dan menemukan jawabannya.
4. Metode Pemberian Tugas:
Adalah
pemberian kegiatan belajar mengajar dengan memberikan kesempatan kepada anak
untuk melaksanakan tugas yang telah disiapkan oleh guru.
5. Metode Demonstrasi:
Adalah suatu
cara untuk mempertunjukan atau memperagakan suatu objek atau proses dari suatu
kegiatan atau peristiwa.
6. Metode Eksperimen:
Adalah
metode kegiatan dengan melakukan suatu percobaan dengan cara mengamati proses
dan hasil dari percobaan tersebut. Berbagai metode yang lain pada dasarnya
dapat digunakan di dalam permainan berhitung. Hal ini disesuaikan dengan
situasi, kondisi dan kebutuhan serta tergantung kepada kreativitas guru.
PEMANFAATAN MEDIA UNTUK PENGENALAN MATEMATIKA ANAK
USIA DINI
Media yang
dapat digunakan untuk pembelajaran pengenalan matematika anak usia dini :
1. Media visual
Adalah media
yang hanya dapat dilihat. Yang termasuk dalam media ini, misalnya gambar, kartu
angka, flashcard, benda tiga dimensi (dadu angka, balok, menara ngka,
pohon hitung), model realia/ benda nyata, dll.
2. Media audio
Adalah media
yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema.
Misalnya: kaset lagu anak-anak, dll.
3. Media audio visual
Adalah
alat-alat yang ”audible” artinya dapat didengar dan yang ”visible”
artinya dapat dilihat. Misalnya pembelajaran dengan multimedia, televisi, CD
Pembelajaran matematika, dll.
4. Lingkungan sekitar
Lingkungan
sekitar dapat dimanfaatkan untuk pengenalan matematika anak usia dini, bahkan
dengan pemanfaatan lingkungan sekitar ini akan lebih mendorong anak untuk
memahami konsep matematika secara alamiah. Contoh kegiatanya antara lain
pembelajaran diluar kelas, eksperimen, eksplorasi, dll.
PENGARUH PERMAINAN MATEMATIKA TERHADAP KEHIDUPAN ANAK
Melalui
permainan matematika, secara tidak langsung anak akan belajar mengenal banyak
hal, diantaranya:
*Perkembangan social emosi
Matematika
dapat mengembangkan rasa percaya diri anak, cara yang dapat dilakukan antara
lain:
1.
Mendorong keberanian dan memberi dukungan atas usaha
anak terhadap alasan matematis yang diyakininya.
2.
Mengupayakan anak agar tidak kehilangan rasa yakin.
3.
Bersedia menerima tanggapan anak walaupun tentang hal
yang tidak logis.
Matematika
dapat mengajarkan anak tentang makna bekerjasama dan berbagi, cara yang dapat
dilakukan antara lain:
1.
Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar dalam
kelompok.
2. Menawarkan
bermacam-macam bahan secara terbatas.
3. Mendorong
anak untuk belajar dari suatu masalah dan berusaha menyelesaikannya bersama.
*Perkembangan kreativitas
Permainan
matematika memberikan kesempatan kepada anak untuk menggunakan pikiran secara
kreatif. Cara yang dapat dilakukan antara lain:
1.
Buatlah pertanyaan dalam beberapa jawaban.
2.
Ajukan pertanyaan yang anda tidak tahu jawabannya.
3.
Tunjukkan bahwa guru menghargai kreatifitas anak.
*Perkembangan fisik
Permainan
matematika dapat mengembangkan keterampilan motorik halus. Cara yang dilakukan
antara lain:
1.
Memberikan kesempatan yang luas untuk permainan
manipulasi bahan seperti papan pasak, bongkar pasang, dll.
2. Memberi
kesempatan untuk mengerjakan tugas sehari-hari seperti mengaduk juice,
meletakkan buku pada almari.
3. Memberikan
kegiatan menumpahkan atau mengunci/menutup untuk anak usia 2 dan 3 tahun.
4. Anak usia 4
dan 5 tahun disediakan kegiatan yang lebih variasi seperti menggunting,
meronce, dll.
Permainan
matematika dapat mengembangkan keterampilan motorik halus. Cara yang dilakukan
antara lain:
1.
Mendorong anak untuk bermain aktif.
2.
Memberikan kesempatan menggunakan tubuh mereka secara
bebas.
*Persepsi visual dan spasial
Cara yang
dapat dilakukan antara lain:
1.
Dorong anak untuk mencoba puzzle sesuai level yang
tepat.
2.
Tawarkan bahan yang dapat membuat mereka berkreasi
pada pola-pola potongan visual mereka sendiri.
*Perkembangan kognitif
Permainan matematika
dapat mengembangkan kognitif yang berhubungan dengan keterampilan masalah. Cara
yang dilakukan antara lain:
1.
Mengupayakan agar pemecahan masalah dibuat sesuai
pengalaman.
2.
Tidak menyepelekan solusi yang kurang logis.
Permainan
matematika dapat mengembangkan kognitif yang berhubungan dengan konsep dasar
ilmu pasti. Cara yang dilakukan antara lain:
1.
Sabarlah saat anak berjuang untuk meletakkan pikiran
ke dalam bahasa.
2.
Gunakan literature untuk mendorong anak agar dapat
mengucapkan konsep matematis.
Permainan
matematika dapat mengembangkan kognitif yang berhubungan dengan keterampilan
logis dan beralasan. Cara yang dilakukan antara lain:
1.
Beri kesempatan anak untuk menjelaskan bagaimana
mereka mendapatkan jawaban pada pertanyaan matematika.
2.
Hargai setiap alasan anak karena alasan muncul sesuai
dengan pertumbuhan mental.
EVALUASI PERKEMBANGAN MATEMATIKA ANAK
Ada beberapa alat evaluasi perkembangan matematika
anak :
*Pemberian tugas
Adalah cara
penilaian dengan memberikan tugas-tugas tertentu sesuai dengan kemampuan yang
akan diungkap. Kegiatan yang dapat dinilai melalui pemberian tugas antara lain :
Hasil karya,
misalnya :
ü
Meronce
ü
Menghubungkan benda dan angka
ü
Menebalkan angka, dll
Hasil yang
diperoleh dari mengatur sesuatu, misalnya :
ü
Menata barang
ü
Mengurutkan benda sesuai dengan urutan ukuran
ü
Mengelompokkan warna, benda menurut bentuk, ukuran, dll
*Percakapan
Adalah
penilaian yang dilakukan melalui percakapan atau cerita antara anak dengan
guru, atau anak dengan anak. Kegiatan matematika yang dapat dievaluasi melalui
percakapan, misalnya bercerita, menceritakan kembali cerita yang disampaikan,
menceritakan tentang percobaab yang telah dilakukan, dsb.
*Observasi/ pengamatan
Adalah alat
pengumpul data penilaian yang dilakukan dengan mencatat gejala tingkah laku
yang tampak. Misalnya: mengamati tingkah laku anak saat melakukan percobaan.
*Portofolio
Adalah
pengumpulan hasil karya anak secara sistematik.
*Catatan anekdot
Adalah
bentuk pencatatan tantang gejala tingkah laku anak yang khusus, baik positif
maupun negative. Dengan catatan ini guru dapat mendeteksi anak-anak yang
mempunyai potensi pada matematika maupun anak-anak yang berkesulitan dalam
menghitung sehingga kita dapat memberikan tindak lanjut yang sesuai.
KARAKTERISTIK ANAK BERKESULITAN BELAJAR MENGHITUNG
Menurut
Lerner (1981: 357) ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar
berhitung, yaitu:
1. Gangguan hubungan keruangan
Anak yang
berkesulitan belajar sering mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, sehingga
dapat terjalin komunikasi antar mereka dalam lingkungan. Dengan kondisi
tersebut dapat menyebabkan anak mengalami gangguan dalam memahami konsep-konsep
hubungan keruangan yang dapat mengganggu pemahaman anak tentang sistem belajar
secara keseluruhan.
Contoh: Anak
tidak tahu bahwa angka 3 lebih dekat ke angka 4 dari pada ke angka 6.
2. Kesulitan memahami konsep waktu
Pemahaman
tentang waktu biasanya melipuit sebentar, lama, kemarin, besok dan sebagainya.
Pemahaman tersebut diperoleh anak karena adanya komunikasi dengan lingkungan
sosial. Anak yang memiliki kesulitan belajar sering tidak memiliki lingkungan
yang tidak kondusif bagi terjalinnya komunikasi yang intensif untuk memperoleh
tentang konsep semacam itu. Disamping itu, adanya gangguan fungsi otak juga
dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam memahami konsep waktu.
3. Kesulitan memahami konsep
kuantitas (jumlah)
Pada umumnya
anak-anak memahami tentang konsep kuantitas dari pergaulan mereka dengan
lingkungan sosialnya, baik di dalam keluarga maupun di luar lingkungan
keluarga. Disamping dari lingkungan keluarga yang sulit bergaul, gangguan
fungsi otak dan lingkungan social yang tidak kondusif dapat menyebabkan anak
mengalami kesulitan dalam memahami konsep kuantitas, seperti banyak, sedikit,
lima, tujuh dan sebagainya.
4. Asosiasi Visual-Motor
Bentuk
asosiasi visual-motor merupakan bentuk kesulitan belajar yang lebih menekankan
proses belajar mereka dengan cara hanya menghafal bilangan tanpa memahami
maknanya. Contoh dari bentuk asosiasi visual-motor adalah anak tidak dapat
menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya “satu,
dua, tiga, empat, lima”. Anak mungkin baru memegang benda yang ketiga tetapi
telah mengucapkan “lima”. Ini merupakan bentuk kesulitan belajar berhitung
dalam perkataan dengan motoriknya.
5. Kesulitan mengenal dan memahami
simbol
Anak
berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam mengenal dan
menggunakan simbol-simbol matematika seperti +, -, =, >, < dan
sebagainya. Kesulitan semacam ini disebabkan adanya gangguan memori atau
ingatan dan juga adanya persepsi fisual atau penglihatan.
KEKELIRUAN UMUM ANAK BERKESULITAN BELAJAR BERHITUNG
Menurut
Mulyono (1997), ada beberapa jenis kekeliruan yang biasa dilakuakan oleh anak
berkesulitan belajar berhitung.
1. Kekurangan pemahaman tentang simbol.
Kesulitan
tersebut terjadi karena anak tidak memahami konsep relasi antara nilai dan
simbolnya. Misalnya: >, <, +, -, x, : dan lain sebagainya.
2. Kekurangan pemahaman tentang
nilai tempat.
Anak yang
belum memahami nilai tempat suatu bilangan mengalami kesulitan yang berkenaan
dengan penjumlahan atau pengurangan dengan cara bersusun.
3. Kekurangan pemahaman dalam
melakukan perhitungan.
Anak
biasanya lebih suka untuk menghafal yang berkaitan dengan konsep penjumlahan,
pengurangan, perkalian atau pembagian. Namun dengan semacam itu anak akan
mengalami banyak kekeliruan jika lupa. Untuk itu guru dapat mengajarkan teknik
mengingat urutan penjumlahan dan berusaha menanamkan kembali konsep yang belum
dikuasai anak dengan cara peragaan.
4. Penggunaan proses penghitungan
yang keliru.
Banyak
sekali kekeliruan yang dilakukan anak dalam menghitung, seperti :
Mempertukarkan simbol.
Anak sering kurang paham antara symbol penambahan,
pengurangan, perkalian atau pembagian.
Satuan dan puluhan dijumlahkan tanpa memperhatikan
nilai tempat.
Contoh:
34
46+
710
Tidak memperhatikan nilai tempat.
Contoh:
19
21+
13
Anak akan menghitung 1 + 9 +2 + 1 = 13
MENGENALKAN
KONSEP MATEMATIKA PADA ANAK
A.
Mengenalkan Konsep Angka Pada Anak Usia Bawah 3 Tahun
Untuk
mengenalkan konsep angka pada anak usia dibawah 3 tahun dapat dilakukan melalui
tiga tahap, yaitu:
1. membilang, yaitu menyebutkan
bilangan berdasarkan urutan
2. mencocokan setiap angka
dengan benda yang sedang dihitung,
3. membandingkan antara
kelompok benda satu dengan kelompok benda yang lain untuk mengetahui jumlah
benda yang lebih banyak, lebih sedikit, atau sama.
Anak-anak
mulai dapat mengembangkan pemahamannya tentang konsep angka bila mereka diajak
menggunakan angka-angka di dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Misalnya
mengajak anak menyanyikan lagu yang memuat angka seperti lagu Satu-satu,
meminta tiga anak untuk membantu menata meja makan atau meletakan alat / bahan
main.
Beberapa
contoh kegiatan yang bisa dilakukan orang tua dalam mengembangkan konsep angka
pada anak usia bawah tiga tahun, yaitu :
*Pada
bayi (0-8 bulan) :
1. Sambil memakaikan kaos kaki
pada bayi, tersenyum pada bayi dan mengucapkan “Nah ini satu kaos kaki untuk
kaki kiri, dan satu lagi untuk kaki kanan. Dua kaos kaki untuk dua kaki”.
2. Saat akan menyuapkan biskuit
yang dihaluskan, sambil tersenyum ke bayi kita ucapkan” Sekarang waktunyamakan
biskuit ya”. Dan ketika bayi terlihat senang, maka kita bisa ucapkan “Kamu mau
tambah biskuitnya. Kamu pasti lapar ya.”
*Pada
bayi (8-12 bulan) :
1. Sediakan wadah-wadah mainan
dan letakan masing-masing penutup didekatnya. Ajaklah bayi untuk meletakan
tutup pada setiap wadah mainan
2. Letakan 2 buah mainan
dihadapan bayi. Ajaklah bayi untuk memilih mainan yang akan dimainkan dan
meraih mainan tersebut.
3. Beri contoh gagasan pada
bayi untuk memberikan tanda “minta lagi” bila ingin meminta tambah biskuit lagi
setelah
menghabiskan biskuitnya.
*Pada
anak usia 12-24 bulan :
1. Ajaklah anak bernyanyi lagu
satu satu, balonku, dll, yang mengandung angka sambil bergerak mengikuti irama.
2. Ajaklah anak untuk membantu
memasukan setiap kuas lukis ke masing-masing wadah cat.
3. Mintalah anak untuk
memasukan bola plastik ke keranjang, kemudian ajaklah anak untuk menghitung
bersama-sama jumlah bola yang ada di keranjang.
4. Berikan gagasan agar anak
boleh meminta lagi playdough bila bungkahan playdough yang diberikan masih
kurang
*Pada
anak usia 24-36 bulan :
1. Siapkan beberapa buah mainan
mobil-mobilan dan balok asesoris. Ajaklah anak untuk menyusun barisan antrian
mobil. Berikan gagasan untuk meletakan batasan pada setiap mobil dengan
menggunakan balok asesoris.
2. Ajukan anak dengan
pertanyaan seperti, “ Berapa umurmu sekarang?” Ketika anak menjawab ” dua” maka
tunjukan dengan dua jari sambil mengucapkan “dua”.
3. Ajaklah anak untuk
bersama-sama bermain menumpuk beberapa balok atau kardus. Ketika selesai,
tanyakan pada anak, “bangunan siapa yang lebih tinggi”. Biarkan anak berkata
“punyaku yang lebih tinggi”. Kemudian mintalah anak untuk menghitung balok atau
kardus yang sudah ditumpuknya.
B.
Mengenalkan Konsep Pola Dan Hubungan Pada Anak Usia Bawah 3 Tahun
Pola
merupakan susunan benda yang terdiri atas warna, bentuk, jumlah, atau
peristiwa. Contoh susunan pola berdasarkan ukuran : besar, kecil, besar, kecil.
Susunan pola berdasarkan warna : merah, biru, merah, biru. Dan, susunan pola
berdasarkan peristiwa sehari-hari: sesudah makan biskuit, saya minum susu.
Untuk
mengembangkan kemampuan mengenal pola dan hubungan, anak perlu diberi banyak
kesempatan untuk menggali dan memanipulasi benda dan mencatat persamaan dan
perbedaannya.
Beberapa
contoh kegiatan yang bisa dilakukan orangtua dalam mengembangkan pola dan
hubungan :
*Pada
bayi usia 0-8 bulan :
1. Kenakan pakaian yang lebih
berwarna warni, dan biarkan anak memperhatikan corak pakaian tersebut.
2. Sambil membawa botol susu
datangi anak dan biarkan anak melambaikan tangan menyambut kedatangan anda.
3. Letakan bayi di karpet yang
bersih dan tidak berdebu. Biarkan anak merasakan permukaan karpet dengan
kakinya.
*Pada
bayi 8-12 bulan :
1. Ambilah sebuah sendok
kemudian dekatkan ke depan mulut anak. Biarkan anak membuka mulutnya.
2. Letakan bermacam-macam
cangkir plastik dengan ukuran yang berbeda. Biarkan anak bermain dengan
cangkir-cangkir tersebut dan mencoba menumpuknya.
3. Letakan secara acak beberapa
balok lunak atau kardus di lantai. Berikan gagasan agar anak mau mengumpulkan
dan menyusun balok atau kardus menjadi sebuah baris.
*Pada
anak usia 12-24 bulan :
1. Sediakan alat musik gendang
atau bisa dibuat dari kaleng bekas biskuit atau susu ditutup karet balon. Ajak
anak agar mau memukul gendang tersebut. Berikan beberapa contoh irama pukulan
gendang untuk ditiru anak.
2. Sediakan air dalam baskom
berukuran sedang, cangkir plastik, dan botol aqua bekas. Berikan gagasan agar
anak menuang air dengan cangkir ke botol.
3. Ketika membacakan buku
cerita, ucapkan kalimat yang diulang-ulang pada beberapa halaman berikutnya,
misalnya: “Nah, kucing yang tadi
warna bulunya putih. Kalau kucing yang ini warna bulunya hitam. ”
4. Ketika membacakan buku
cerita, sambil menunjuk ke gambar ucapkan “ Kelinci mana yang lebih besar ?”
Amati jawaban anak.
*Pada
anak usia 24-36 bulan :
1. Ajak anak untuk
mengelompokan mainan mobil-mobilan atau boneka berdasarkan ukuran besar dan
kecil.
2. Berikan anak sebuh gendang
atau mainan yang berbunyi bila dipukul. Anda memegang botol plastik kososng.
Mintalah anak untuk memukul gendang setelah anda memukul botol. Lakukan ini
berulang-ulang. Selanjutnya anak memukul gendang terlebih dulu diikuti anak.
3. Ajak anak untuk menumpuk
buku-buku mulai dari yang berukuran besar hingga yang paling kecil.
C.
Mengenalkan Konsep Hubungan Geometri Dan Ruang Pada Anak Usia Bawah 3 Tahun
Pengertian
yang dimaksud di sini adalah anak mengenal bentuk-bentuk geometri (segitiga,
segi empat, persegi, lingkaran) yang sama dan posisi dirinya dalam suatu ruang.
Anak bisa paham tentang pengertian ruang yang dimaksud di sini ketika mereka
sadar akan posisi dirinya dihubungkan dengan benda-benda dan penataan di
sekelilingnya. Anak belajar tentang lokasi/tempat dan letak/posisi, seperti: di
atas, di bawah, pada, di dalam, di luar. Selain itu, anak juga belajar tentang
pengertian jarak, seperti: dekat, jauh, dll.
Mengenalkan
hubungan geometri dan ruang pada anak bisa dilakukan dengan cara mengajak anak
bermain sambil mengamati berbagai benda di sekelilingnya. Anak akan belajar
bahwa benda yang satu mempunyai bentuk yang sama dengan benda yang satunya.
Ketika anak melihat buah apel dan bercerita, “Buah apel ini bentuknya seperti
bola,” maka sebenarnya anak sedang mengembangkan pengertian tentang geometri.
Orang tua yang memiliki anak usia 1-3 tahun dapat menyediakan balok-balok lunak
atau kardus-kardus bekas obat dari berbagai ukuran agar anak bisa bereksplorasi
dan membangun.
Beberapa
kegiatan yang bisa dilakukan orangtua untuk mengembangkan hubungan geometri dan
ruang pada anak :
*Pada
bayi 0-8 bulan :
1. Letakan sebuah botiol susu
di hadapan bayi. Biarkan bayi memegang botol tersebut dan merasakan bentuk
botol dengan kedua tangannya.
2. Selimuti bayi. Biarkan bayi
memegang dan merasakan keseluruhan bentuk dan permukaan selimut.
3. Biarkan bayi merangkak atau
merayap sepanjang tepi meja untuk merasakan bentuk meja.
*Pada
bayi 8-12 bulan :
1. Ajak anak merangkak kedalam
terowongan. Biarkan anak merasakan berada di ruang tertutup tetapi masih bisa
memandang dan menjangkau luar dengan kedua tanggannya.
2. Ajak anak untuk melempar
bola plastik ke dalam keranjang.
*Pada
anak usia 12-24 bulan :
1. Sediakan boneka dan kotak
yang ukurannya lebih kecil dari boneka tersebut. Berikan gagasan agar anak mau
mencoba memasukan boneka ke kotak. Setelah anak mengerti bahwa kota terlalu
kecil maka ambil kotak lain yang lebih besar, birakan anak memasukan boneka ke
kotak tersebut.
2. Sediakan kotak yang
permukaannya terdapat beberapa lubang berbentuk segitiga, persegi, lingkaran,
segiempat. Biarkan anak memasukan keping segitiga, persegi, lingkaran dan
segiempat ke kotak tersebut.
*Pada
anak 24-36 bulan :
1. Ajak anak bermain meniup
busa sabun di luar. Amati apa yang diucapkan anak. Misalnya:” Lihat ada banyak
bola !”
2. Ajak anak untuk mengenal
nama-nama benda di sekitar, misal: “Lihat, piring ini seperti apa bentuknya”.
Biarkan anak yang menjawab.
D.
Mengenalkan Konsep Memilih Dan Mengelompokan Pada Anak Usia Bawah 3 Tahun
Memilih
dan mengelompokan meliputi kemampuan mengamati dan mencatat persamaan dan
perbedaan benda. Anak-anak usia di bawah tiga tahun mengenal persamaan dan
perbedaan melalui kelima indera mereka pada saat bereksplorasi dengan
benda-benda di sekitar. Anak belajar melalui memperhatikan, mendengar,
menyentuh, merasakan, mencium bau benda-benda yang dimainkannya, sehingga
mengetahui benda-benda yang sama dan yang berbeda.
Beberapa
contoh kegiatan yang bisa dilakukan orangtua untuk mengembangkan kemampuan
memilih dan mengelompokan pada anak :
*Pada
bayi 0-8 bulan :
1. Ketika bayi menangis,
katakan: “Ya ibu datang. Ibu mendengar suaramu.” Bayi akan belajar mengenali
suara anda.
2. Berikan 2 macam mainan bayi
yang berbunyi. Biarkan bayi menunjukan minat pada mainan tertentu dan
memainkannya.
*Pada
bayi 8-12 bulan :
1. Sediakan 2 macam buah-buahan
masing-masing jenis 3, misal: apel dan jeruk pada sebuah wadah. Ajaklah anak untuk
memilih buah dan meletakan di luar wadah.
2. Sediakan beberapa macam alat
dapur yang bisa dibunyikan seperti: tutup panci, tutup gelas, piring kaleng,
dll. Biarkan anak memilih alat tersebut dan membunyikannya menggunakan supit
kayu atau plastik untuk makan mi.
*Pada
anak 12-24 bulan :
1. Memberikan sebuah gambar
kucing pada anak. Biarkan anak menyebutkan nama binatang tersebut.
2. Sediakan 5 buah balok lunak
warna merah. Ajak anak untuk membariskan balok-balok tersebut seperti barisan
balok berdasarkan pola warna merah.
*Pada
anak 24-36 bulan :
1. Sediakan 1 keranjang dan
beberapa bola plastik terdiri dari 3 warna, masing-masing warna 4 bola. Ajak
anak untuk memasukan semua bola yang berwarna misalnya yang berwarna kuning ke
keranjang.
2. Sediakan bermacam-macam
kotak kardus dari berbagai ukuran dan bentuk. Ajak anak untuk menumpuk
kotak-kotak tersebut menjadi seperti sebuah menara. Biarkan anak memilih
kotak-kotak yang sama bentuk dan ukurannya untuk ditumpuk.
E.
Mengembangkan Konsep Angka Pada Anak Usia 3-6 Tahun
Konsep
angka dikembangkan melalui 3 tahap :
1. Menghitung. Tahap awal
menghitung pada anak adalah menghitung melalui hapalan atau membilang. Orangtua
dapat mengembangkan kemampuan ini melalui kegiatan menyanyi, permainan jari,
dll yang menggunakan angka.
2. Hubungan satu-satu.
Maksudnya adalah menghubungkan satu, dan hanya satu angka dengan benda yang
berkaitan. Teknik ini bisa dilakukan melalui kegiatan sehari-hari.
3. Menjumlah, membandingkan dan
simbol angka. Ketika orangtua meminta anak mengambilkan 3 buah biskuit, dan
anak membawa 3 buah biskuit. Anak tersebut mengerti tentang konsep jumlah. Anak
yang paham urutan angka, akan tahu bahwa kalau menghitung 3 biskuit dari kiri
ke kanan dan dari kanan ke kiri maka jumlahnya akan sama. Anak yang paham
konsep perbandingan akan paham benda yang lebih besar, jumlahnya lebih banyak,
lebih sedikit, atau sama.
Beberapa
contoh kegiatan yang dapat dilakukan orang tua dalam mengembangkan konsep
angka, yaitu:
1. Meminta anak menghitung
jumlah cangkir yang diperlukan untuk mengisi botol sampai penuh dengan pasir.
2. Meminta anak menghitung
jumlah balok yang diperlukan untuk membuat bangunan yang dibuat anak.
F.
Mengembangkan Konsep Pola Dan Hubungan Pada Anak Usia 3-6 Tahun
Tujuan
mengenalkan pola dan hubungan pada anak usia 3-6 tahun adalah mengenalkan dan
menganalisa pola-pola sederhana, menjiplak, membuat, dan membuat perkiraan
tentang kemungkinan dari kelanjutan pola.
Beberapa
contoh kegiatan yang bisa dilakukan orangtua untuk mengembangkan pola dan
hubungan pada anak :
1. Mengajak anak bermain
menyusun antrian mobil-mobilan membentuk pola barisan merah, hitam, merah,
hitam, merah, hitam
2. Mengajak anak bermain
membuat rantai gelang dari kertas warna putih, biru, hijau, putih, biru, hijau.
G.
Mengembangkan Konsep Hubungan Geometri Dan Ruang Pada Anak Usia 3-6 Tahun
Anak
belajar mengenal bentuk-bentuk dan penataan di lingkungan sekitar. Saat anak
bermain dengan balok, cat lukis, menggambar, menggunting bentuk-bentuk
geometri, mengembalikan balok ke rak, sebenarnya anak sedang belajar tentang
bangun datar dan bangun ruang serta kegunaannya. Pertama anak belajar mengenal
bentuk-bentuk sederhana (segitiga, lingkaran, segi empat). Kedua, anak belajar
tentang ciri-ciri dari setiap bentuk geometri. Selanjutnya, anak belajar
menerapkan pengetahuannya untuk berkreasi membangun dengan bentuk-bentuk
geometri.
Beberapa
contoh kegiatan yang bisa dilakukan orangtua untuk mengembangkan hubungan
geometri dan ruang pada anak:
1. Mengajak anak bermain meniup
busa sabun menggunakan sedotan plastik yang ditekukan pada bagian ujungnya
sehingga membentuk lingkaran lalu diikatkan ke batang sedotan. Ajak anak
mengamati bahwa bentuk gelembung-gelembung sabun yang ditiup anak seperti
bentuk lingkaran.
2. Sediakan kardus-kardus bekas
(obat, susu), botol-botol plastik, sedotan plastik, kertas warna, dll. Ajak
anak untuk membangun sebuah halaman impian untuk tempat bermainnya menggunakan
barang-barang bekas tersebut.
H.
Mengembangkan Konsep Pengukuran Pada Anak Usia 3-6 Tahun
Anak
belajar pengukuran dari berbagai kesempatan melalui kegiatan yang membutuhkan
kreativitas. Tahap awal anak tidak menggunakan alat, tetapi mengenalkan konsep
lebih panjang, lebih pendek, lebih ringan, cepat, dan lebih lambat. Tahap
berikutnya, anak diajak menggunakan alat ukur bukan standar, seperti pita,
sepatu, dll. Pada tahap lebih tinggi lagi, anak diajak menggunakan jam dinding,
penggaris, skala, termometer.
Beberapa
contoh kegiatan yang bisa dilakukan orangtua untuk mengembangkan pengukuran pada
anak:
1. Mengajak anak mengukur
panjang dan lebar rak mainan menggunakan balok unit.
2. Mengajak anak menghitung
jumlah cangkir berisi pasir yang diperlukan untuk mengisi penuh sebuah ember
kecil.
3. Mengajak anak mengukur
karpet menggunakan pita.
I.
Mengembangkan Konsep Pengumpulan, Pengaturan Dan Tampilan Data Pada Anak Usia
3-6 Tahun
Pada
awalnya anak mulai memilih benda tanpa tujuan. Selanjutnya anak memilih mainan
dengan tujuan, misalnya berdasarkan warna, ukuran , atau bentuk. Pada tahap
yang lebih tinggi anak dapat memilih mainan berdasarkan lebih dari satu
variabel, misal berdasarkan warna dan bentuk, atau warna, bentuk dan ukuran.
Pengetahuan
tentang grafik merupakan bentuk perluasan dari memilih dan mengelompokan.
Membuat grafik merupakan cara anak untuk menampilkan bermacam-macam
informasi/data dalam bentuk yang berlainan. Misalnya anak membuat grafik
sederhana tentang jenis sepatu yang dipakai anak.
Beberapa
contoh kegiatan yang bisa dilakukan orangtua untuk mengembangkan pengumpulan,
pengaturan dan tampilan data pada anak:
a. Mengajak anak mengumpulkan
bermacam-macam dedaunan. Kemudian ajak anak mengelompokkan bentuk daun-daunan
tersebut. Setelah itu, buatlah daftar tentang jumlah daun untuk setiap
bentuknya dengan cara menyusun daun-daun yang sama menjadi barisan tegak lurus
ke atas. Ajak anak mencatat jumlah setiap kelompok daun.
b. Mengajak anak membuat grafik
tentang keadaan cuaca setiap hari dalam 1 bulan.
Contoh Langkah-Langkah Pembelajaran
Matematika
- Menghitung
benda-benda
Alat dan
bahan
-
Manik, biji atau permen
-
Pensil dan klip kertas atau peniti dan kertas
Kegiatan
-
Buat lingkaran dan beri angka 1-9 dengan 1 titik di tengah
-
Letakkan peniti atau klip kertas di titik tengah dan tekan dengan ujung pensil
-
Ajak anak memutar peniti dan melihat jatuh diangka berapa
-
Jika menunjuk angka 5, maka anak mengambil manik/biji/permen sejumlah 5
-
Permainan dilanjutkan sampai manik/biji/permen habis
Assemen
-
Ajak anak mengekspresikan hal tersebut dan motivasi dengan pertanyaan
-
Siapa yang memperoleh biji yang paling banyak?
-
Berapa biji yang diperoleh?
- Mengenal berat
Alat dan
bahan
-
Neraca penimbang berat badan dan neraca penimbang benda
Kegiatan
-
Guru menanyakan berat badan kepada anak
-
Beri contoh anak untuk menggunakan timbangan badan dan menemukan berat badannya
-
Beri kesempatan anak menimbang berbagai benda untuk menemukan beratnya
Assemen
-
Beri kesempatan anak bermain penjual dan pembeli
-
Beri kesempatan anak untuk menimbang dan menggunakan uang untuk mengetahui anak
seberapa jauh pemahaman tentang hal tersebut
- Mengenal bentuk dasar/geometri
Alat dan
bahan
Papan
berpaku/geoboard, karet gelang dan gambar dangun datar
Kegiatan
-
Motivasi anak dengan pertanyaan yang membangun pemikirannya tentang geometri
-
Ajak anak untuk bermain dengan geoboard
Assesmen
Beri anak kertas
dengan berbagai gambar bangun datar dan ajak mewarnainya. Sambil berkeliling
guru menanyakan nama-nama bangun datar yang sedang diwarnai anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar