Jumat, 29 Januari 2016

Pengorganisasian Pendidikan

Pengertian Organisasi
Istilah organisasi secara etimologi berasal dari bahasa latin organum yang berarti alat bagian, anggota ataupun badan. Sedangkan organize (bahasa inggris) berarti “mengorganisasikan” yang menunjukan tindakan atau usaha untuk mencapai sesuatu. “Organizing” (pengorganisasian) menunjukkan sebuah proses untuk mencapai sesuatu. (Abdulsyani, 1987)
Organisasi selalu diartikan sebagai berbagai komponen yang disatukan dalam suatu struktur dan sistem kerja yang terus bergerak seirama dengan sasaran tujuan yang ingin dicapai. Organisasi tidak dipahami hanya sebatas wadah (tempat) dimana terjadi interaksi dan aktivitas antar personal (individu), karena organisasi adalah perpaduan sumber daya manusia yang dikelompokkan berdasarkan struktur, fungsi, kewenangan dan tanggungjawab. Setiap orang memiliki hak dan kewajiban dan berkepentingan untuk memajukan organisasi. Untuk menjamin berlangsungnya suatu organisasi, maka fungsi pengorganisasian mutlak diperhatikan. Untuk menggerakkan sumber daya yang dimiliki organisasi diperlukan pengorganisasian sehingga menjamin sinergisitas dan keberlanjutan organisasi. (Rivai, 2010)
Jika dikaitkan dengan pendidikan (organisasi pendidikan) adalah tempat untuk melakukan aktifitas pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan, dan pengorganisasian pendidikan adalah sebuah proses pembentukan tempat atau sistem dalam rangka melakukan kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. (Tabrani, 1992)
Pentingnya organisasi dalam sekolah dimaksudkan agar proses pendidikan berjalan sesuai tujuan yang diharapkan. Untuk itu, seluruh komponen pendidikan diarahkan pada partisipasi aktif guna menunjang tujuan dimaksud. Tujuan pendidikan mengarahkan perbuatan mendidik. Fungsi ini menunjukkan pentingnya perumusan dan pembatasan tujuan pendidikan secara jelas. Tanpa tujuan yang jelas, proses pendidikan akan berjalan tidak efektif dan tidak efisien, bahkan tidak menentu dan salah dalam menggunakan metode, sehingga tidak mencapai manfaat. Tujuanlah yang menentukan metode apa yang seharusnya digunakan untuk mencapainya. (Rue, 1996)
Menurut istilah, pengertian organisasi telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya tidak ada perbedaan dalam prinsipnya, seperti :
1. James D. Mooney
Organization is the form of every human association for the attainment of common purpose.
2. P. Siagian
Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan di mana terdapat seseorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.
3. Prajudi Atmosudirjo
Organisasi adalah struktur tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang-orang memegang posisi yang bekerja sama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai suatu tujuan tertentu.
4. Stoner (1996)
Mengorganisasikan adalah proses mempekerjakan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam cara terstruktur guna mencapai sasaran spesifik atau beberapa sasaran dalam kata lain, mengalokasikan pekerjaan, wewenang, dan sumber daya di antara anggota organisasi, sehingga mereka dapat mencapai tujuan.
5. Hasibuan (1990)
Pengorganisasian sebagai suatu proses untuk menentukan, mengelompokkan tugas, dan pengaturan secara bersama, aktivitas untuk mencapai tujuan, menentukan orang-orang yang akan melakukan aktifitas, menetapkan wewenang yang dapat didelegasikan kepada setiap individu yang akan melaksanakan aktivitas tersebut.
6. Asnawir
Pengorganisasian adalah aktivitas penyusunan, pembentukan hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
7. Terry
Pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen dilaksnakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.
8. Louis A. Allen (1960)
Pengorganisasian adalah proses mengatur dan menghubungankan pekerjaan yang harus dilakukan, sehingga tugas organisasi dapat diselesaikan secara efektif dan efisien oleh orang-orang.
9. Robbins (1996)
Organisasi dipandang pula sebagai satuan sosial yang dikoordinasi secara sadar, yang tersususn atas dua orang atau lebih, yang berfungsi atas dasar yang relatif terus - menerus untuk mencapai suatu tujuan atau seperangkat tujuan bersama.
10. Sutarto (1998)
Organisasi adalah sistem saling berpengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. (Abdulsyani, 1987)

Dari berbagai pengertian organisasi pendidikan yang telah dikemukakan, dapat penulis simpulkan bahwa “Organisasi adalah sebuah sarana, wadah, tempat atau sistem untuk melakukan kegiatan bersama secara terkoordinasi atau secara rasional yang dirumuskan secara eksplisit, untuk mencapai tujuan yang diinginkan melalui peraturan dan pembagian kerja serta melalui hierarki kekuasaan dan tanggung jawab dengan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki”.

2.2. Pengertian Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan fungsi kedua dalam manajemen dan pengorganisasian. Istilah pengorganisasian mempunyai dua pengertian umum. Pertama, organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan, badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk kepada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan diantara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif. (Rivai, 2010)
Dalam konteks pendidikan, pengorganisasian merupakan salah satu aktivitas manajerial yang juga menentukan berlangsungnya kegiatan kependidikan sebagaimana yang diharapkan. Pengorganisasian merupakan aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkannya. Dalam hal inilah terletak bagaimana kecakapan kepala sekolah mengorganisasi guru-guru dan pegawai yang lainnya dalam menjalankan tugasnya sehari-hari,  mengalokasikan sumber daya, serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan organisasi sehingga tercipta adanya kerjasama yang harmonis dan lancar. (Sutisna, 1985)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa “Pengorganisasian adalah proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya, untuk memilih dan memilah orang-orang (guru dan personel sekolah lainnya) serta mengalokasikan sarana dan prasarana untuk menunjang tugas orang-orang tersebut dalam rangka mencapai tujuan sekolah”.


2.3. Prinsip - Prinsip Pengorganisasian
Sebuah organisasi dalam manajemen pendidikan akan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan jika konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain perjalanan organisasi. Adapun prinsip-prinsip tersebut yaitu:
a. Organisasi itu mempunyai tujuan yang jelas.
b. Tujuan organisasi harus dipahami oleh seluruh anggota organisasi.
c. Tujuan organisasi harus dapat diterima oleh setiap orang dalam organisasi.
d. Adanya kesatuan arah dari berbagai bagian organisasi.
e. Adanya kesatuan perintah.
f. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang dalam melaksanakan tugasnya.
g. Adanya pembagian tugas yang jelas.
h. Struktur organisasi harus disusun sesederhana mungkin.
i. Pola dasar organisasi harus relatif permanen.
j. Adanya jaminan terhadap jabatan - jabatan dalam organisasi itu.
k. Adanya balas jasa yang setimpal yang diberikan kepada setiap anggota organisasi.
l. Penempatan orang yang bekerja dalam organisasi itu hendaknya sesuai dengan kemampuannya. (Tabrani, 1992)

Prinsip - prinsip organisasi banyak dikemukakan oleh para ahli, salah satunya A.M Williams yang mengemukakan pendapatnya cukup lengkap dalam bukunya “Organization of Canadian Government Administration” (1965), bahwa prinsip-prinsip organisasi meliputi :
1. Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas
Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan demikian tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya, organisasi Pendidikan sebagai suatu organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan Pendidikan yang berkualitas, dan lain lain.
2. Prinsip Skala Hirarki
Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan menunjang efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.
3. Prinsip Kesatuan Perintah
Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab kepada seorang atasan saja.
4. Prinsip Pendelegasian Wewenang
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih dahulu kepada atasannya lagi.
5. Prinsip Pertanggungjawaban
Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasan.
6. Prinsip Pembagian Pekerjaan
Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta menunjang efektivitas jalannya organisasi.
7. Prinsip Rentang Pengendalian
Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya.
8. Prinsip Fungsional
Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari pekerjaannya.
9. Prinsip Pemisahan
Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain.
10. Prinsip Keseimbangan
Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan melalui aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya sederhana (tidak kompleks) contoh ‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur organisasinya akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar seperti di Jakarta, Bandung, atau Surabaya.
11. Prinsip Fleksibilitas
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal faktor) dan juga karena adanya pengaruh di luar organisasi (eksternal faktor), sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya.
12. Prinsip Kepemimpinan
Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses kepemimpinan yang digerakkan oleh pemimpin organisasi tersebut. (William, 1965)




2.4. Ciri - Ciri Pengorganisasian
Ciri - ciri pengorganisasian meliputi :
1.    Organisasi sebagai suatu sistem, yaitu adanya seperangkat unsur yang saling bergantung dan berhubungan antara yang satu dan yang lainnya.
2.    Organisasi merupakan struktur, yang mana mempunyai kadar formalitas, pembagian tugas dan tanggung jawab yang harus dijalankan oleh anggota kelompok.
3.    Adanya perencanaan yang dilakukan secara sadar berdasarkan rasionalitas dan pedoman-pedoman yang jelas.
4.    Adanya koordinasi dan koorprasi yang baik diantara orang-orang yang bekerja sama, menunjukkan bahwa tindakan-tindakan orang-orang tersebut berjalan ke arah suatu tanggung jawab tertentu. (Rue, 1996)
Secara lebih rinci organisasi memiliki ciri - ciri sebagai berikut :
1.         Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal dan saling mengenal.
2.         Adanya kegiatan yang berbeda-beda, tetapi satu sama lain saling berkaitan (interdependent part) yang merupakan kesatuan kegiatan.
3.         Tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau kontribusinya berupa ; pemikiran, tenaga, dan lain-lain.
4.         Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan.
5.         Adanya tujuan yang ingin dicapai. (Rivai, 2010)

2.5. Unsur - Unsur Organisasi Dan Pengorganisasian
Unsur pokok dalam perilaku organisasi adalah orang, struktur, teknologi, dan lingkungan tempat organisasi beroperasi. Apabila orang-orang bergabung dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan, diperlukan jenis struktur tertentu. Orang-orang juga menggunakan teknologi untuk membantu penyelesaian pekerjaan, jadi ada interaksi antara orang, struktur, dan teknologi. Disamping itu, unsur-unsur tersebut dipengaruhi oleh lingkungan luar, dan unsur itu juga mempengaruhinya. (Tilaar, 2004)
  1. Orang
Orang-orang membentuk sistem sosial intern organisasi. Mereka terdiri dari orang-orang dan kelompok, serta kelompok-kelompok besar, termasuk juga kelompok kecil. Selain itu ada juga kelompok tidak resmi dan informal, serta berbagai kelompok yang lebih resmi dan formal. Semua kelompok itu dinamis. Kelompok “terbentuk”, berubah, dan bercerai berai. Dewasa ini organisasi manusia tidak sama dengan organisasi yang serupa dimasa lampau, atau sehari sebelumnya. Orang-orang adalah makhluk hidup yang berjiwa, berpikiran, dan berperasaan yang menciptakan organisasi untuk mencapai tujuan mereka. Organisasi dibentuk untuk melayani manusia, dan bukan sebaliknya orang hidup untuk melayani organisasi.
  1. Struktur
Struktur menentukan hubungan resmi orang-orang dalam organisasi. Berbagai pekerjaan yang berbeda diperlukan untuk melakukan semua aktivitas organisasi. Ada manajer dan pegawai bukan manajer, akuntan, dan perakit. Orang-orang ini harus dihubungkan dengan cara tertentu yang terstruktur agar pekerjaan mereka efektif. Semua hubungan ini menimbulkan berbagai masalah kerjasama, perundingan, dan pengambilan keputusan yang rumit.
  1. Teknologi
Teknologi menyediakan sumber daya yang digunakan orang-orang untuk bekerja dan sumber daya itu mempengaruhi tugas yang mereka lakukan. Mereka tidak dapat menghasilkan banyak hal dengan tangan kosong ;  jadi mereka mendirikan bangunan, merancang mesin, menciptakan proses kerja, dan merakit sumber daya. Teknologi yang dihasilkan menimbulkan pengaruh signifikan atas hubungan kerja. Lini perakitan tidak sama dengan laboratorium penelitian, dan pabrik baja tidak memiliki kondisi kerja yang sama dengan rumah sakit.
  1. Lingkungan
Semua organisasi beroperasi di dalam lingkungan luar. Organisasi tidak berdiri sendiri. Ia merupakan bagian dari sistem yang lebih besar yang memuat banyak unsur lain, seperti pemerintah, keluarga, dan organisai lainnya. Semua unsur ini saling mempengaruhi dalam suatu sistem yang rumit yang menjadi corak hidup sekelompok orang. Suatu organisasi, seperti pabrik atau sekolah, tidak dapat menghindar dari pengaruh lingkungan luar. Lingkungan luar mempengaruhi sikap orang-orang, mempengaruhi kondisi kerja, dan menimbulkan persaingan untuk memperoleh sumber daya dan kekuasaan. Oleh sebab itu, lingkungan luar harus dipertimbangkan untuk menelaah perilaku manusia dalam organisasi.
  1. Sudut Pandang Administrasi
Semua orang dalam organisasi berurusan dengan upaya meningkatkan perilaku organisasi. Guru, tata usaha, kepala sekolah dan yayasan bekerja dengan orang-orang dan karenanya mempengaruhi kualitas perilaku kehidupan dalam organisasi. Akan tetapi, para kepala sekolah cenderung memiliki tanggung jawab lebih besar, karena merekalah yang mengambil keputusan yang mempengaruhi banyak orang dalam organisasi, dan hampir seluruh aktivitas mereka sehari-hari berorientasi manusia. Para kepala sekolah sebagai manajer mewakili sistem administrasi, atau sistem manajemen, dan peranan mereka adalah mendayagunakan perilaku organisasi pendidikan untuk meningkatkan hubungan orang dan organisasi. Para manajer berusaha menciptakan iklim yang kondusif untuk memotivasi orang-orang, bekerja sama secara produktif, dan mejadi orang-orang yang lebih efektif. (Tilaar, 2004)
Adapun unsur-unsur pengorganisasian meliputi :
1.    Manusia, yakni orang-orang yang bekerja sama, ada pimpinan dan ada yang dipimpin, dan seterusnya.
2.    Sasaran, yakni tujuan yang ingin dicapai.
3.    Tempat kedudukan dimana manusia memainkan peran, wewenang dan tugasnya.
4.    Pekerjaan dan wewenang sesuai dengan peran dan kedudukannya yang disusun dalam pembagian tugas.
5.    Teknologi, yakni berupa hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain sehingga tercipta organisasi.
6.    Lingkungan, yakni adanya lingkungan yang saling mempengaruhi, misalnya ada sistem kerja sama sosial. (Rue, 1996)

2.6. Jenis - Jenis Organisasi
Pengelompokan jenis organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
1.    Berdasarkan jumlah orang yang memegang pucuk pimpinan, yaitu :
Ø Bentuk tunggal, yaitu pucuk pimpinan berada ditangan satu orang, semua kekuasaan dan tugas pekerjaan bersumber kepada satu orang.
Ø Bentuk komisi, pimpinan organisasi merupakan suatu dewan yang terdiri dari beberapa orang, semua kekuasaan dan tanggung jawab dipikul oleh dewan sebagai suatu kesatuan.
2.    Berdasarkan lalu lintas kekuasaan, yaitu :
Ø Organisasi lini atau bentuk lurus, kekuasaan mengalir dari pucuk pimpinan organisasi langsung lurus kepada para pejabat yang memimpin unit-unit dalam organisasi.
Ø Bentuk lini dan staff, dalam organisasi ini pucuk pimpinan dibantu oleh staf pimpinan ahli dengan tugas sebagai pembantu pucuk pimpinan dalam menjalankan roda organisasi.
Ø Bentuk fungsional, bentuk organisasi dalam kegiatannya dibagi dalam fungsi-fungsi yang dipimpin oleh seorang ahli dibidangnya, dengan hubungan kerja lebih bersifat horizontal.
3.    Berdasarkan sifat hubungan personal, yaitu :
Ø Organisasi formal, adalah organisasi yang diatur secara resmi, seperti : organisasi pemerintahan, organisasi yang berbadan hukum.
Ø Organisasi informal, adalah organisasi yang terbentuk karena hubungan bersifat pribadi, antara lain kesamaan minat atau hobi, dll.
4.    Berdasarkan tujuan, yaitu :
Ø Organisasi yang tujuannya mencari keuntungan atau ‘profit oriented’.
Ø Organisasi sosial atau ‘non profit oriented’.
5.    Berdasarkan kehidupan dalam masyarakat, yaitu :
Ø Organisasi pendidikan,
Ø Organisasi kesehatan,
Ø Organisasi pertanian, dan lain lain.
6.    Berdasarkan fungsi dan tujuan yang dilayani, yaitu :
Ø Organisasi produksi, misalnya organisasi produk makanan.
Ø Organisasi berorientasi pada politik, misalnya partai politik.
Ø Organisasi yang bersifat integratif, misalnya serikat pekerja.
Ø Organisasi pemelihara, misalnya organisasi peduli lingkungan, dan lain lain.
7.    Berdasarkan pihak yang memakai manfaat, yaitu :
Ø Mutual benefit organization, yaitu organisasi yang kemanfaatannya terutama dinikmati oleh anggotanya, seperti koperasi.
Ø Service organization, yaitu organisasi yang kemanfaatannya dinikmati oleh pelanggan, misalnya bank.
Ø Business organization, organisasi yang bergerak dalam dunia usaha, seperti perusahaan-perusahaan,
Ø Commonwealth organization, adalah organisasi yang kemanfaatannya terutama dinikmati oleh masyarakat umum, seperti organisasi Pendidikan, rumah sakit, Puskesmas, dll. (Rivai, 2010)
Menurut Manullang, jenis-jenis organisasi dapat dibedakan atas tiga golongan, yaitu :
v Organisasi garis.
v Organisasi fungsional.
v Organisasi garis dan staff. (Abdulsyani, 1987)

2.7. Organisasi Pendidikan
1.    Penanggung Jawab
Penanggung jawab pendidikan yang sesungguhnya adalah orang tua, ayah dan ibu. Abdullah Nasikh ‘Ulwan, sebagaimana dikutip Qomari Anwar, berpendapat bahwa orang tua memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap anak-anaknya dalam bidang kehidupan biologis, intelektual, psikis, sosial dan seksnya. Kesehatan dan kesadaran di berbagai bidang tersebut adalah tanggung jawab orang tua.
Anak memiliki kebutuhan biologis yang perlu diperhatikan secara saksama agar tetap sehat dan seimbang, misalnya makan, minum, olahraga, istirahat, tidur, dan sebagainya. Dalam hal - hal seperti tersebut agaknya tidak mungkin bila hanya dilakukan dengan sebatas nasehat, akan tetapi perlu melatih, mengawasi dan mengarahkan mereka sehingga memiliki kesadaran dan kebiasaan baik dalam hidupnya. Menumbuhkan kesadaran sehingga anak-anak berkembang sesuai dengan kesucian fitrahnya ini memang sulit tetapi jelas harus diupayakan oleh setiap orang tua yang merasa bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya.
2.    Pelaksana
Setidaknya terdapat dua pandangan mengenai sentral determinan pendidikan. Guru merupakan unsur determinan pendidikan yang paling utama. Pandangan ini melahirkan pola pendidikan teacher centered, guru adalah sentral proses pendidikan. Sebaliknya, sebagian berpandangan bahwa anak didik atau siswalah yang menjadi unsur determinan pendidikan. Pandangan ini mengimplikasikan pola pendidikan student centered, anak didik merupakan sentral orientasi dalam proses pendidikan.
Kedua pandangan di atas berangkat dari suatu paradigma bahwa proses pendidikan bisa terjadi cukup dengan guru dan murid. Keduanya merupakan unsur determinan pendidikan.
a.    Guru
Guru adalah penentu masa depan. Ia pendidik, pembimbing dan pemimpin sejati bagi masyarakatnya. Karena itu guru perlu memiliki sifat sebagai berikut :
1) Guru harus memiliki kesadaran bahwa dirinya harus memikul amanah dan tanggung jawab dalam mendidik generasi muda.
2) Sebagai guru yang baik tentulah dia melakukan persiapan yang sempurna.
3) Bila ternyata suatu saat penghargaan terhadap guru kurang memadai hendaknya guru dengan niat sucinya.
4) Seorang guru hendaknya berhati lembut, berwawasan luas, berjiwa mulia, berakhlak terpuji dan menarik, hingga walaupun mereka tidak menampilkan alat peraga atau alat bantu lainnya guru akan tetap menjadi perhatian murid-muridnya.
5) Karena guru merupakan teladan dan menjadi sentra penglihatan para muridnya, maka guru harus selalu tampil rapi agar dapat dijadikan figur oleh para muridnya.
6) Seorang guru hendaknya jujur, satu kata satu perbuatan. Hindari sikap munafik karena sekali melakukan kebohongan akan sulit lagi mengembalikan kejujuran yang sebelumnya telah dibangan secara bersusah payah.
7) Kendatipun tidak berhubungan langsung dengan para muridnya, aplikasi nilai kebenaran hendaknya dicerminkan pula dalam rumah tangganya. Karena dengan demikian murid akan mendapat sajian nyata bahwa ajaran guru dapat dilihat dalam kehidupan nyata masyarakat, lebih khusus dalam keluarga terdekat guru.
8) Seorang guru harus siap memberikan kasih sayang kepada para muridnya. (Tilaar, 2004)
Dewasa ini dikembangkan corak pendidikan yang lebih berorientasi kepada kompetensi anak didik. Tetapi kenyataan ini tidak mengurangi arti dari peran guru dalam proses pendidikan. Pada pola pendidikan apapun eksistensinya guru tetap penting. Guru tetap merupakan unsur dasar pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan.
Peranan dan fungsi guru merupakan keharusan yang tak dapat diingkari. Tidak ada pendidikan tanpa “kehadiran guru”. Guru merupakan penentu arah dari sistematika pembelajaran mulai dari kurikulum, sarana, bentuk pola, sampai kepada usaha bagaimana anak didik seharusnya belajar dengan baik dan benar dalam rangka mengakses diri akan pengetahuan dan nilai-nilai hidup.
Guru sudah semestinya memiliki karakteristik profesional. Karakter profesional tersebut di antaranya :
1) Komitmen terhadap profesionalitas yang melekat pada dirinya, sikap edukatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja.
2) Menguasai dan mampu mengembangkan serta menjelaskan fungsi ilmu dalam kehidupan, mampu menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya.
3) Mendidik dan menyiapkan anak didik yang memiliki kemampuan berkreasi, mengatur dan memelihara hasil kreasinya supaya tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan lingkungannya.
4) Mampu menjadikan dirinya sebagai model dan pusat panutan, teladan dan konsultan bagi anak didik.
5) Mampu bertanggung jawab dalam membangun peradaban di masa depan. (Sutisna, 1985)
Arifin menegaskan bahwa guru yang profesional adalah guru yang mampu mengejawantahkan seperangkat fungsi dan tugas keguruan dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus di bidang pekerjaan yang mampu mengembangkan kekaryaannya itu secara ilmiah. Tidak hanya itu, guru yang profesional adalah guru yang memiliki kecakapan dalam manajemen kelas dalam rangka proses pembelajaran yang efektif dan efisien. (Tabrani, 1992)
b.    Murid
Murid sangat penting karena merekalah sesungguhnya yang akan menjadi “receipent” dari sebuah pendidikan. Karena itu karakter dan sifat serta sikap mereka harus dipelajari, dicermati dan dijadikan pertimbangan dalam memberikan suatu materi pendidikan. Mereka perlu diperkenalkan suatu materi yang dapat mengantarkan diri mereka kepada tercapainya insan kamil.
Murid harus diberi peluang atau kesempatan untuk mempelajari, mengkaji, mengamati serta menganalisa seluruh fenomena yang terjadi di muka bumi mi. Di samping itu kepada murid juga perlu diperkenalkan praktek materi-materi keagamaan dan tetap mendapatkan keteladanan dan pengawasan dari guru. Tanpa itu dimungkinkan mereka akan terkacaukan oleh perbedaan antara teori yang mereka peroleh dari guru di sekolah dengan kenyataan yang dialami oleh guru atau bahkan lingkungannya.
Murid merupakan subyek dan obyek. Oleh karenanya aktivitas kependidikan tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan murid di dalamnya. Pengertian yang utuh tentang konsep murid merupakan salah satu faktor yang perlu diketahui dan dipahami oleh seluruh pihak, terutama pendidik yang terlibat langsung dalam proses pendidikan.
Murid merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan. Murid merupakan makhluk Tuhan yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi rohaniah, ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan.
Agar pelaksanaan proses pendidikan dapat mencapai tujuan yang diinginkannya, maka setiap murid hendaknya senantiasa menyadari tugas dan kewajibannya. Menurut Asma Hasan Fahmi, diantara tugas dan kewajiban yang perlu dipenuhi murid adalah:
1) Murid hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu. Hal ini disebabkan karena belajar adalah ibadah dan tidak sah ibadah kecuali dengan hati yang bersih.
2) Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai sifat keutamaan.
3) Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu di berbagai tempat.
4) Setiap murid wajib menghormati pendidiknya.
5) Murid hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah dalam belajar. (Tabrani, 1992)
Di samping penjelasan di atas, pendidik hendaknya memiliki kesiapan dan kesediaan untuk belajar dengan tekun, baik secara fisik maupun mental. Dengan kesiapan dan kesediaan fisik psikis, maka aktivitas kependidikan yang diikuti akan terlaksana secara efektif dan efisien.

2.8. Proses Pengorganisasian
Ernest Dale memberikan pengorganisasian sebagai sebuah proses yang berlangkah jamak. Proses pengorganisasian tersebut digambarkan sebagai berikut :
Tahap pertama, yang harus dilakukan dalam merinci pekerjaan adalah menentukan tugas-tugas apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.
Tahap kedua, membagi seluruh beban kerja menjadi kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh perseorangan atau perkelompok.
Tahap ketiga, menggabungkan pekerjaan para anggota dengan cara rasional dan efisien.
Tahap keempat, menetapkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan pekerjaan dalam satu kesatuan yang harmonis.
Tahap kelima, melakukan monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan dan meningkatkan efektifitas. Karena pengorganisasian merupakan suatu proses yang berkelanjutan, diperlukan penilaian ulang terhadap keempat langkah sebelumnya secara terprogram atau berkala, untuk menjamin konsistensi, efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan. (Abdulsyani, 1987)

2.9. Keefektifan Organisasi
Keefektifan organisasi adalah tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasarannya. Dalam pengertian lain keefektifan organisasi adalah sejauh mana cepat, murah atau efisiensinya kemajuan ke arah tujuan itu.
Pengukuran efektivitas organisasi dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu :
1.             Pendekatan Sumber – Proses – Sasaran
2.             Pendekatan Constituency :
1.)      Kepuasan kerja Pemilik perusahaan : tingkat keuntungan
2.)      Karyawan
3.)      Konsumen / pelanggan : kepuasan pelanggan
4.)      Pemberi pinjaman : kredibilitas pengembalian
5.)      Lingkungan / komunitas : sumbangan / kontribusi
6.)      Supplier : kelancaran transaksi / pembayaran
7.)      Pemerintah : kepatuhan terhadap hukum & peraturan
8.)      Sekolah : Lulus 100 %, …..
Kriteria pengukuran keefektifan organisasi, yaitu :
a.     Adaptabilitas dan fleksibilitas organisasi
b.    Produktivitas
c.     Kepuasan karyawan / Guru
d.    Tingkat keuntungan
e.     Keberhasilan dalam mendapatkan sumber
f.     Kebebasan dari rasa tertekan para anggota organisasi
g.    Kontrol terhadap lingkungan
h.    Efisiensi organisasi
i.     Kemampuan organisasi untuk mempertahankan anggotanya
j.     Pertumbuhan organisasi
k.    Kelancaran komunikasi dalam organisasi
Kemampuan mempertahankan eksistensi organisasi diantara faktor penunjang keefektifan organisasi yang tak kalah pentingnya dari yang disebutkan di atas adalah komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi merupakan dasar dari kebanyakan pergaulan dalam organisasi. Efektivitas komunikasi ini dapat sangat besar sumbangannya kepada kelancaran berfungsinya organisasi. (Tilaar, 2004)

2.10. Keberhasilan Sekolah Sebagai Organisasi Sosial
Sekolah sebagai organisasi pendidikan sosial memandang organisasi dalam konteks sistem sosial yang memiliki tujuan tertentu dan merupakan tujuan bersama. Manajemen organisasi akan diorientasikan pada bagaimana mengkondisikan orang-orang dalam organisasi untuk dapat dinamis, saling tergantung sama lain, memiliki hubungan yang dinamis baik dari internal maupun eksternal, dan beradaptasi dengan membentuk budaya organisasi sekolahnya. (Tilaar, 2004)
Kriteria keberhasilan berfungsi untuk menentukan nilai suatu aspek dalam suatu komponen tertentu. Pengelolaan suatu lembaga pendidikan yang efektif dan efisien merupakan syarat mutlak keberhasilan organisasi tersebut. Tidak terkecuali lembaga pendidikan yang juga akan semakin dituntut menjadi suatu organisasi yang tepat sasaran dan berdayaguna. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memerlukan suatu sistem pengelolaan yang profesional. Sebagai salah satu komponen utama dalam sistem pendidikan, selayaknya sekolah memberikan kontribusi yang nyata dalam meningkatkan kualitas SDM. Hal ini tidak terlepas dari seberapa baik sekolah tersebut dikelola. Apabila sekolah dianalogikan sebagai mesin produksi, maka kualitas output akan relevan dengan kualitas mesinnya. (Tabrani, 1992)
Keberhasilan suatu lembaga pendidikan (sekolah) merupakan keberhasilan kepala sekolah. Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah. Sehingga keberhasilan kepemimpinan pada hakikatnya berkaitan dengan tingkat kepedulian seorang pemimpin terlibat terhadap kedua orientasi, yaitu apa yang telah dicapai oleh organisasi (organizational achievement) dan pembinaan terhadap organisasi (organizational maintenance). (Sutisna, 1985)
Dengan pendekatan ini, keberhasilan seorang pemimpin dapat dikaji dengan langkah-langkah atau cara pengamatan terhadap produk yang dihasilkan oleh proses transformasi kepemimpinannya, seperti :
1.        Penampilan kelompok
2.        Tercapainya tujuan kelompok
3.        Kelangsungan hidup kelompok
4.        Pertumbuhan kelompok
5.        Kemajuan kelompok menghadapi krisis
6.        Bawahan merasa puas terhadap pemimpin
7.        Bawahan merasa bertanggung jawab terhadap tujuan kelompok
8.        Kesejahteraan psikologi dan perkembangan anggota kelompok
9.        Bawahan tetap mendukung kedudukan dan jabatan pemimpin
10.    Berkaitan dengan hasil transformasi tersebut dapat dilihat pula beberapa hal, seperti :
a. Pertumbuhan keuntungan
b. Batas minimal keuangan
c. Peningkatan produk pelayanan
d. Penyebaran jasa pelayanan
e. Target yang tercapai

f. Investasi mengalami pertumbuhan (Sutisna, 1985)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar