Jumat, 29 Januari 2016

Tujuan & Program Kewirausahaan Untuk Anak Usia Dini


A.  Pengertian Dan Konsep Pendidikan Kewirausahaan
Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia bebas merancang, menentukan, mengelola, dan mengendalikan semua usahanya. Sedangkan kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarsa dan bersahaja dalam berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegaitan usahanya atau kiprahnya. Seseorang yang memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Dari waktu-ke waktu, hari demi hari, minggu demi minggu selalu mencari peluang untuk meningkatkan usaha dan kehidupannya. Ia selalu berkreasi dan berinovasi tanpa berhenti, karena dengan berkreasi dan berinovasi itulah semua peluang dapat diperolehnya.
Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha. Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing.
Nilai tambah tersebut dapat diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut :
1)   Pengembangan teknologi baru (developing new technology),
2)   Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge),
3)   Perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving existing products or services),
4)   Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of providing more goods and services with fewer resources).  
Ada enam hakikat pentingnya kewirausahaan, yaitu :
1)   Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis.
2)   Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha dan mengembangkan usaha.
3)   Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.
4)   Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
5)   Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha.
6)   Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.
Sejalan dengan hal tersebut, Meredith memberikan  ciri-ciri seseorang yang memiliki karakter wirausaha, yaitu sebagai orang yang :
a.    Percaya diri
b.    Berorientasi pada tugas dan hasil
c.    Berani mengambil resiko
d.   Berjiwa kepemimpinan
e.    Berorientasi ke masa depan
f.     Keorisinalan
Kewirausahaan tidak muncul secara mendadak, akan tetapi melalui proses pembelajaran. Perlunya pendidikan kewirausahaan bagi setiap orang antara lain sebagai berikut :
1.    Tenaga-tenaga wirausaha mempunyai kemampuan luar biasa. Oleh karena itu, sudah sewajarnya memberikan kesempatan kepada setiap manusia memiliki kepribadian wirausaha. Ilmu kewirausahaan dapat dibentuk, dilatih, dididik, dikembangkan dan ditingkatkan jumlahnya.
2.    Seorang yang berjiwa wirausaha, diri sendirinyalah yang menjadikan seorang manusia yang berkepribadian dan berwatak unggul, memberikan kemampuan untuk membersihkan sikap mental negatif, serta meningkatkan daya saing dan daya juang untuk mencapai kemajuan.
3.    Jiwa kewirausahaan merupakan salah satu bekal bagi seseorang dalam menjalani kehidupan.
4.    Kewirausahaan adalah sumber peningkatan mutu kepribadian dan kemampuan usaha. Usaha penggalian kewirausahaan sangat mutlak diharapkan oleh setiap orang.
Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu bentuk aplikasi kepedulian dunia pendidikan terhadap kemajuan bangsanya. Di dalam pendidikan kewirausahaan akan diperlihatkan beberapa hal mengenai kewirausahaan, diantaranya adalah nilai dan bentuk kerja untuk mencapai kesuksesan. Dalam arti yang lebih luas bahwa pendidikan kewirausahaan adalah pertolongan untuk membelajarkan manusia Indonesia sehingga mereka memiliki kekuatan pribadi yang dinamis dan kreatif sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila.

B.  Tujuan Dan Perlunya Pengenalan Pendidikan Kewirausahaan Sejak Dini
Karakter seorang anak dibangun melalui apa yang didengarkan, apa yang dilihat dan apa yang dirasakan. Pendengaran dan penglihatan adalah pintu masuk pelajaran sebelum masuk menempa hati nuraninya. Melalui seluruh indera yang manusia miliki inilah, akan muncul pembelajaran yang kuat terkait dengan apa-apa yang diterima oleh indera. Bila anak terbiasa dengan dunia wirausaha sejak kecil, maka karakter inilah yang akan muncul kelak ketika anak dewasa.
Pembelajaran kewirausahaan (entrepreneurship) lebih mengarah pada perubahan mental.  Mien Uno berpendapat bahwa untuk menjadi wirausahawan handal dibutuhkan karakter unggul yang meliputi ; pengenalan terhadap diri  sendiri, kreatif, mampu berpikir kritis, mampu memecahkan permasalahan, dapat berkomunikasi, mampu  membawa diri di berbagai lingkungan, menghargai waktu, mampu berbagi dengan orang lain, mampu mengatasi stres, bisa mengendalikan emosi dan mampu membuat keputusan.
Berwirausaha bukan hanya dunianya orang dewasa, tetapi juga bisa menjadi bagian dari dunianya anak-anak. Bedanya, berwirausaha pada anak-anak tidak bisa dijalankan sendirian, namun membutuhkan bimbingan dan dukungan dari orang  dewasa, orangtua maupun guru. Anak-anak yang mengenal dunia wirausaha sejak dini, akan mendapatkan manfaat yang besar untuk bekal masa depan kelak. Pada tahapan usia dini, anak-anak yang belajar menumbuhkan pembelajaran wirausaha akan tumbuh menjadi pribadi yang kreatif. Kreativitas yang terlatih sejak dini, termasuk melalui berbagai kegiatan kewirausahaan menjadi modal utama produktivitas dan kemandirian anak ketika dewasa nanti. Jiwa wirausaha (entrepreneurship) harus ditanamkan oleh para orang tua dan sekolah ketika anak-anak mereka dalam usia dini. Mengingat bahwa kewirausahaan ternyata lebih kepada menggerakkan perubahan mental. Jadi tak perlu dipertentangkan apakah kemampuan wirausaha itu berkat adanya bakat atau hasil dari proses pendidikan.
Pembelajaran kewirausahaan pada diri anak tidak serta merta ada, akan tetapi memerlukan latihan secara bertahap. Bisa dimulai dari hal-hal kecil dalam aktivitas keseharian anak. Misalnya, membereskan  mainan selesai bermain, rajin sikat gigi sebelum tidur dan membereskan tempat tidur. Ini merupakan latihan berdisiplin, bertanggung jawab dan awal pengajaran tentang kepemilikan.  Latihan selanjutnya, mengajarkan anak untuk mampu mengelola uang dengan baik. Latihan yang perlu diajarkan bukan hanya cara membelanjakan, tapi juga menabung, sedekah dan mencari uang.
Hal lain yang juga penting adalah dukungan dari orang tua kepada anak. Dukungan tidak hanya dapat berupa finansial tapi juga motivasi agar anak mau berpikir kritis untuk mengeluarkan ide. Bentuk motivasi  itu antara lain bisa berwujud ucapan selamat ketika tanaman yang dipelihara anak dapat tumbuh dan anak dapat memetik hasilnya atau dorongan semangat untuk pantang menyerah.  Pengakuan dan dukungan dari orang tua akan menentukan perkembangan minat dan percaya diri anak. Sekolah sebagai wadah bagi anak mendapatkan ilmu dan menerapkan ilmunya untuk mengembangkan pembelajaran kewirausahaan  anak, sedangkan orang tua sebagai motivator bagi anak dalam mewujudkan segala hal tersebut. Sekolah dan orang tua merupakan kunci sukses dari program kewirausahaan pada anak usia dini.
Penumbuhan pembelajaran kewirausahaan perlu ditumbuhkan sejak dini, bukan hanya dalam dataran pembentukan kognitif dengan memberitahu anak tentang definisi kewirausahaan, manfaatnya dan caranya. Tetapi kewirausahaan dapat diintegrasikan dalam tema pembelajaran melalui kurikulum yang telah ada. Hal ini dapat dilakukan oleh guru secara kreatif pada saat pemberian materi pembelajaran yang dilakukan seraya bermain.
Menanamkan jiwa kewirausahaan kepada anak sejak dini, akan membentuk individu yang memiliki beberapa keterampilan, antara lain :
1.    Managerial skill (ketrampilan manajerial),
2.    Conceptual skill (merumuskan tujuan),
3.    Human skill (keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi dan berelasi),
4.    Decision making skill (keterampilan merumuskan masalah dan mengambil keputusan),
5.    Time managerial skill (keterampilan mengatur dan menggunakan waktu).
Jika anak sejak usia dini sudah diajarkan tentang kewirausahaan, anak akan memiliki keterampilan-keterampilan tersebut. Sehingga hal ini akan membuat anak menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi kehidupannya di masa depan.
Dalam INPRES No. 1 dan 6 Tahun 2010 terdapat 17 nilai kewirausahaan, yang juga dijadikan sebagai landasan dasar sekaligus tujuan dalam mengenalkan dan menanamkan jiwa wirausaha pada anak usia dini, yaitu :
Nilai
Deskripsi
1.  Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas
2.  Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil berbeda dari produk atau jasa yang telah ada
3.  Berani mengambil resiko
Kemampuan seseorang untuk menyukai pekerjaan yang menantang, berani dan mampu mengambil resiko kerja
4.  Berorientasi pada tindakan
Mengambil inisiatif untuk bertindak, dan bukan menunggu, sebelum sebuah kejadian yang tidak dikehendaki terjadi
5.  Kepemimpinan
Sikap dan perilaku seseorang yang selalu terbuka terhadap saran dan kritik, mudah bergaul, bekerjasama dan mengarahkan oranglain
6.  Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas dan mengatasi berbagai hambatan
7.  Jujur
Perilaku yang didasarkan atas upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya  dalam perkataan dan tindakan
8   Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan
9.  Inovatif
Kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan
10. Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang yang mau dan mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya
11. Kerjasama
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya mampiu menjalin hubungan  dengan orang lain dalam melaksanakan tindakan dan pekerjaan
12. Pantang menyerah (ulet)
Sikap dan perilaku seseorang yang tidak mudah menyerah untuk mencapai  suatu tujuan dengan berbagai alternatif
13. Komitmen
Kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat seseorang, baik terhadap dirinya maupun orang lain
14. Realistis
Kemampuan menggunakan fakta atau realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan atau perbuatan
15. Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan  yang selalu berupaya untuk mengetahui secara mendalam dan luas dari apa yang dipelajari, dilihat, dan didengar
16. Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain
17. Motivasi kuat untuk sukses
Sikap dan tindakan selalu mencari solusi terbaik

C.  Pendidikan Kewirausahaan Dalam Membangun Minat Anak
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minatnya. Jika seseorang telah melaksanakan kesungguhannya kepada suatu objek maka minat ini akan menuntun seseorang untuk memperhatikan lebih rinci dan mempunyai keinginan untuk ikut atau memiliki objek tersebut. Minat merupakan salah satu aspek psikis manusia yang mendorongnya untuk memperoleh sesuatu atau untuk mencapai suatu tujuan, sehingga minat mengandung unsur keinginan untuk mengetahui dan mempelajari dari sesuatu yang diinginkannya itu sebagai kebutuhannya.
Oleh sebab itu, apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihatnya itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Minat merupakan suatu keinginan yang cenderung menetap pada diri seseorang untuk mengarahkan pada suatu pilihan tertentu sebagai kebutuhannya, kemudian dilanjutkan untuk diwujudkan dalam tindakan nyata dengan adanya perhatian pada objek yang diinginkannya itu untuk mencari informasi sebagai wawasan bagi dirinya.
Siswa akan mempunyai dorongan yang kuat untuk berwirausaha apabila menaruh minat yang besar terhadap kegiatan wirausaha. Dengan adanya minat akan mendorong siswa untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, karena di dalam minat terkandung unsur motivasi atau dorongan yang menyebabkan siswa melakukan aktivitas sesuai dengan tujuan. Kuatnya dorongan bagi diri seseorang dapat berubah-ubah sewaktu-waktu. Perubahan tersebut terjadi karena kepuasan kebutuhan, yakni seseorang telah mencapai kepuasan atas kebutuhannya. Dengan demikian, dorongan kuat untuk melakukan kegiatan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan. Apabila kebutuhan terpenuhi, maka akan timbul kepuasan, sedangkan kepuasan itu sendiri sifatnya menyenangkan. Hal ini berarti bahwa dorongan untuk berhubungan lebih aktif dengan obyek yang menarik ini disertai dengan perasaan senang.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa untuk berwirausaha, diantaranya :
1.    Kemauan
Kemauan adalah suatu kegiatan yang menyebabkan seseorang mampu untuk melakukan tindakan dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya kemauan seseorang untuk mencoba berwirausaha, ini merupakan suatu hal yang baik.
2.    Ketertarikan
Ketertarikan adalah perasaan senang, terpikat, menaruh minat kepada sesuatu. Saat ada ketertarikan dari diri seseorang, maka ada daya juang untuk meraih yang ingin dicapai. Dalam hal ini adalah ketertarikan untuk mau berwirausaha, maka siswa tersebut mempunyai minat untuk berwirausaha.
3.    Lingkungan Keluarga
Berkaitan dengan lingkungan keluarga, maka peran keluarga sangat penting dalam menumbuhkan minat anak. Orang tua merupakan pendidik pertama dan sebagai tumpuan dalam bimbingan kasih sayang yang utama. Maka orang tualah yang banyak memberikan pengaruh dan warna kepribadian terhadap seorang anak. Dengan demikian mengingat pentingnya pendidikan di lingkungan keluarga, maka pengaruh di lingkungan keluarga terhadap anak dapat mempengaruhi apa yang diminati oleh anak.
4.    Lingkungan Sekolah
Pendidikan di sekolah menjadi tanggung jawab guru. Jadi pada dasarnya yang berpengaruh terhadap perkembangan siswa yaitu proses pendidikan di sekolah sebagai bekal untuk diterapkan dalam kehidupan di lingkungan masyarakat. Seorang guru dalam proses pendidikan juga dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa dalam menumbuhkan minatnya. Sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan formal, maka guru berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, apalagi yang dibutuhkan orang pada dasarnya adalah ke arah pengembangan kualitas SDM yang berguna.

D.  Pendidikan Kewirausahaan Dalam Membangun Motivasi Anak
Motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan dan memantapkan perilaku arah suatu tujuan. Motivasi merupakan hal yang melatar belakangi individu berbuat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Motivasi adalah kesediaan individu untuk mengeluarkan berbagai upaya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Motivasi dapat dicermati dari ketegangan yang dialami oleh individu, semakin besar ketegangannya, semakin tinggi tingkat upaya yang ditunjukkan oleh individu tersebut dalam mencapai tujuannya.
Dalam berwirausaha, peran motivasi terutama motivasi untuk berhasil menjadi sangat penting. Sebab di dalam motivasi terdapat sejumlah motif yang akan menjadi pendorong (drive atau stimulus) tercapainya keberhasilan. Apalagi di dalam motivasi berwirausaha diperlukan daya juang untuk sukses, mau belajar melihat keberhasilan orang lain, memiliki dorongan kuat untuk mengatasi semua kendala dalam berwirausaha. Oleh karena itu, untuk memahami motivasi perlu untuk memahami berbagai jenis kebutuhan. Hal itu sejalan dengan teori hierarki kebutuhan (hierarchy of needs) dari Abraham Maslow, yang terdiri dari: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan terhadap harga diri, kebutuhan akan aktualisasi.
Pengertian motivasi seperti yang dikemukakan di atas mengacu pada timbulnya dorongan. Sedangkan berwirausaha merupakan salah satu objek pekerjaan di samping pekerjaan lain, yakni pegawai negeri atau pegawai swasta. Dengan demikian motivasi berwirausaha diartikan sebagai tenaga dorongan yang menyebabkan siswa melakukan suatu kegiatan berwirausaha. Dengan demikian adanya perasaan senang yang menyertai timbulnya motivasi berwirausaha. Rangsangan-rangsangan dari objek wirausaha akan dapat menumbuhkan motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh akan menjadikan sebagai dorongan dan motor untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan.
Kebutuhan ini menimbulkan dorongan atau motif untuk berbuat sesuatu. Setelah perbuatan tersebut dilakukan maka tercapai keadaan seimbang dalam diri siswa. Kebutuhan yang sudah tercapai dengan hasil baik akan memberikan kepuasan dan timbulnya rasa puas pada diri siswa akan diikuti perasaan senang. Akan tetapi keseimbangan tersebut tidak berlangsung untuk selamanya karena akan timbul ketidakseimbangan baru yang menyebabkan proses motivasi di atas diulangi. Keberhasilan usaha dalam bidang wirausaha terletak pada sejauhmana motivasi berprestasi dalam berwirausaha menjiwai usahanya. Semakin tinggi motivasi berprestasi dalam berwirausaha akan semakin menunjang keberhasilan usaha yang dicapai. Karena dengan motivasi berwirausaha yang tinggi akan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan akan mampu menciptakan jalan keluar dari kesulitan. Selain itu akan selalu didorong oleh pemikiran optimis, semangat kerja, ulet dan menggunakan program dalam mencapai tujuan di bidang usahanya, dimana kegiatannya tersebut dilaksanakan secara teratur dan bertanggung jawab.
Siswa yang memiliki motivasi berwirausaha tinggi, berarti mempunyai kemauan untuk berhasil dalam berwirausaha. Dengan pertimbangan siswa-siswi belum terjun secara aktif dalam kegiatan wirausaha sehingga tidaklah mungkin mengukur perilakunya dalam berwirausaha dan dengan asumsi bahwa sikap berwirausaha sangat dekat dengan perilaku dalam bidang berwirausaha, maka berdasarkan teori dan hasil-hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi berwirausaha mempengaruhi sikap berwirausaha.

E.  Kewirausahaan Menumbuhkan Kecerdasan Finansial
Menurut psikolog anak, Dr Seto Mulyadi, bila ada seorang anak yang memiliki inisiatif untuk belajar berbisnis di usia dini, orang tua perlu memberi apresiasi terhadap gagasan tersebut. Inisiatif itu menunjukkan bahwa anak sudah mulai memiliki kecerdasan finansial. Kecerdasan finansial adalah kecerdasan untuk mengelola uang. Menambah penghasilan dengan usaha seperti itu, bukanlah hal yang negatif. Justru hal itu sangatlah disarankan untuk dikenalkan kepada anak sejak dini. Mengajarkan anak soal menabung dan menambah penghasilan merupakan suatu cara yang efektif untuk menumbuhkan jiwa enterpreneurship pada si kecil.
Kecerdasan finansial dan jiwa wirausaha bisa dikenalkan orang tua kepada anaknya sejak dini. Yang perlu ditekankan adalah cara mendidik anak dengan suasana yang menyenangkan, dan tidak memaksa kehendak kepada anak. Caranya sekali-kali ajaklah anak ke bank. Begitu sampai di bank, orang tua bisa menjelaskan kepada mereka bahwa sebenarnya uang bisa ditabung. Jelaskan pula kepada mereka, untuk bisa membeli sesuatu yang diinginkan, maka uang harus ditabung dulu. Bisa juga mengajak anak-anak ke supermarket. Orangtua bisa menjelaskan istilah harga, keuntungan, mahal, dan murah. Berikan pengertian kepada anak, bila ada sebuah barang yang dijual denga harga Rp 10.000,- orangtua bisa memberi penjelasan kepada si anak bahwa harga barang itu sebetulnya lebih murah, misalnya seharga Rp 9.000,-. Harganya tersebut jadi lebih mahal, karena supermarket perlu mengambil untung. Orang tua bisa menjelaskan, nilai selisih atau keuntungan itu digunakan supermarket untuk membayar karyawan, listrik, sewa gedung, dan keperluan lainnya. Hal seperti itu perlu dikenalkan sejak dini dengan cara yang mudah dan menyenangkan.
Bila sang anak sudah mulai memiliki inisiatif untuk berbisnis, orang tua tinggal membuat semacam rambu-rambu yang tentu saja harus dipahami sang anak. Salah satu hal yang perlu ditanamkan adalah soal kejujuran. Orang tua bisa menjelaskan bahwa dalam berbisnis tidak boleh berbohong. Orang tua juga perlu memberi penjelasan bahwa kegiatan sang anak hanyalah semacam kegiatan ekstrakurikuler. Dengan begitu, tugas utamanya adalah tetap belajar. Berbisnis atau jualan kecil-kecilan di sekolah hanyalah kegiatan tambahan. Inisiatif bisnis kecil-kecilan itu harus muncul dari si anak. Jangan pernah orang tua memaksanya. Orangtua tidak bisa memaksa si anak untuk berbisnis kecil-kecilan. Namun, bisa merangsang mereka agar jiwa kewirausahaan dan kecerdasan finansialnya tumbuh.
Menurut konsultan bisnis, Ir. Sri Bramantoro Abdinagoro, menanamkan jiwa kewirausahaan pada anak sejak usia dini bisa dilakukan dengan suasana yang riang dan menyenangkan. Tetapi semua kembali lagi ke anak, jadi orangtua mengajarkan kepada anak berdasarkan kemauan anak, orangtua tidak boleh memaksa atau mengarahkan, sehingga anak tidak merasa terbebani, dan mau melakukan hal tersebut dengan senang dan sukarela. Hal yang dilakukan orangtua adalah memfasilitasi anak.
Baik psikolog anak Dr Seto Mulyadi maupun konsultan bisnis Ir. Sri Bramantoro Abdinagoro, berpendapat tentang manfaat belajar berbisnis dan mengelola uang sejak dini. Menurut Dr Seto Mulyadi, saat ini sangat banyak orang yang bergelar master dan doktor, namun kemampuan mengelola uangnya sangat rendah. Itu karena mereka tak memiliki kecerdasan finansial. Selain itu anak yang sejak dini diajarkan cara mengelola uang, juga bisa tumbuh menjadi pribadi yang kreatif dan mandiri. Tak cuma itu, mereka pun bisa memiliki jiwa kewirausahaan.

F.   Contoh Program Kegiatan Kewirausahaan Pada Anak Usia Dini
Sejak tahun 2009 lalu, pemerintah sudah menyusun kurikulum berbasis enterpeneurship yang seharusnya dapat diintegrasikan dalam pembelajaran. Tujuannya antara lain ialah bagaimana mempersiapkan generasi muda yang kompetitif serta bisa membuka dunia usaha baru, termasuk mampu memberikan lapangan kerja untuk orang lain.
Mencetak wirausaha tentu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu sebuah sistem yang baik, dijalankan secara konsisten, dikontrol, dan ditanamkan sejak dini pada setiap insan Indonesia. Kurikulum yang diterapkan harus terintegrasi dengan karakter kewirausahaan. Sehingga siswa sudah dapat dikenalkan pada kewirausahaan sejak dini (satuan pendidikan tingkat TK/SD).
Kegiatan pembelajaran kewirausahaaan direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik. Dalam program pembelajaran kewirausahaan, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan di rumah atau sekolah. Pada tingkat pendidikan dasar, penanaman konsep-konsep terkait dengan kegiatan kewirausahaan pada anak didik dapat diberikan kepada mereka mengenai hal-hal yang terkait dengan kegiatan kewirausahaan, walau hanya sebatas pengenalan yang minimalis.
Pembelajaran  kewirausahaan di lingkungan anak usia dini dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan belajar melalui bermain sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah, sehingga dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mengekspresikan dirinya secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.
Menumbuhan sifat wirausaha pada diri anak memerlukan latihan bertahap. Latihan wirausaha ini bukanlah sesuatu yang rumit. Kegiatan anak di PAUD bersama guru dan teman sebayanya dapat dimaksimalkan dalam menanamkan pola pikir untuk menjadi  seorang wirausaha (entrepreneur), serta memberikan pembiasaan-pembiasaan yang positif terhadap anak terkait dengan nilai-nilai positif yang terdapat dalam jiwa seorang wirausaha. Hal-hal yang dapat guru lakukan antara lain ; memberikan fasilitas, metode mengajar yang kreatif, mengaitkan apa yang diajarkan dengan berpikir layaknya seorang wirausaha. Agar kelak ketika dewasa nanti anak akan terbiasa dengan kegiatan kewirausahaan dan yang terpenting lagi anak tidak akan takut dalam mengambil resiko. Kegiatan sekolah yang berkaitan dengan kewirausahaan merupakan penyeimbang bagi anak untuk menerapkan  apa  yang  anak  peroleh  dari pelajaran yang telah diajarkan oleh guru, misalnya ketika ada tema tumbuhan, guru bisa mengajarkan cara menanam tumbuhan, merawatnya sampai dengan bagaimana memanfaatkan tumbuhan.
Berdasarkan dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak usia pra-sekolah dasar (PAUD), bahwa sudah ada beberapa aktivitas yang dilakukan untuk menanamkan sikap entrepreneurship sedari dini, baik yang diajarkan oleh orangtua di rumah maupun oleh guru di sekolah. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1.        Penanaman jiwa wirausaha melalui metode bercerita
Menurut psikolog anak, Dr. Seto Mulyadi, cara yang mudah untuk dilakukan orangtua adalah dengan cara bercerita. Misalnya saja, orangtua bisa menceritakan kisah tentang teman yang dulu sejak kecil sudah bisa mencari uang dengan berbisnis kecil-kecilan. Selain itu, orang tua juga bisa bercerita soal kisah sukses dan masa kecil para pengusaha ternama. Setelah bercerita, yakinkan pula pada sang anak, bahwa dirinya juga bisa sukses seperti itu. Sehingga, anak akan menjadi tertantang untuk mengikuti kisah sukses itu.
2.        Pendidikan kewirausahaan diintegrasikan dalam mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan ekstrakurikuler, pengembangan diri, kultur sekolah atau aturan-aturan yang dibuat oleh sekolah
Kegiatan berwirausaha dapat dijadikan sebuah event kompetisi bagi peserta didik, misalkan lomba karya seni, lomba memasak dan mengemas produk sehingga memiliki nilai jual, lomba kerajinan tangan, dan sebagainya. Kemudian hasil karya siswa tersebut dipasarkan dan di jual. Selanjutnya masing-masing individu atau kelompok peserta lomba diberi nilai sesuai indikator penilaian yang telah ditentukan dan diberi penghargaan atas keberhasilan yang peserta didik peroleh.
3.        Mengajak siswa melakukan kegiatan dasar kewirausahaan, misalnya kegiatan ekonomi di kelas, kebiasaan usaha, yaitu warung kelas
Warung kelas dapat dijadikan sebagai dasar penanaman jiwa kewirausahaan. Sebab pada kegiatan ini, semua hal dari anak didik, untuk anak didik dan oleh anak didik. Warung kelas ini adalah milik siswa sehingga setiap anak mempunyai tanggung jawab dan kewajiban yang sama dalam upaya peningkatan dan kelancaran penjualan jajanan yang ada. Setelah jajanan habis, maka beberapa orang secara bergantian bertugas untuk belanja makanan dan jajanan untuk periode jualan ke depan. Pada saat inilah, anak dapat mengetahui apakah warung kelasnya mendapatkan untung ataukah tidak. Dan, nilai keuntungan tersebut dapat ditambahkan untuk belanja sekaligus memperbanyak barang dagangan.
Dengan cara ini, maka tumbuh kesadaran dalam jiwa anak didik bahwa mereka dapat melakukan kegiatan usaha. Kesadaran ini diyakini dapat memicu semangat kewirausahaan pada anak-anak. Dalam konteks ini yang paling dibutuhkan adalah bimbingan guru agar kegiatan ini tidak mengganggu proses pendidikan anak. Artinya, warung kelas hanya dibuka pada saat sebelum masuk waktu pembelajaran dan pada saat jam istirahat saja. Di luar kedua jam tersebut, maka secara tegas guru melarang adanya transaksi jual beli.
4.        Membuat kue dan minuman ringan dan menjualnya dalam acara-acara tertentu
Untuk dapat menanamkan jiwa berwirausaha kepada anak, guru dapat memberikan suatu kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan orangtua dan anak. Seperti misalnya acara Cooking Classes And Food Bazaar, dimana acara ini merupakan acara memasak bersama antara anak dan orangtua, dengan dibimbing oleh guru atau pendidik yang menu makanannya dapat disesuaikan dengan kesukaan anak-anak. Setelah itu, makanan-makanan yang dibuat tersebut dijual ke dalam acara Food Bazaar pada hari itu juga, dengan penjual adalah anak-anak itu sendiri dan orangtua siswa sebagai pembelinya atau dapat juga melibatkan masyarakat luar di sekitar lingkungan sekolah anak.
5.        Membuat craft dan menjualnya dalam acara “Market Day
Salah satu contoh aplikasi pendidikan terintegrasi mengenai kewirausahaan adalah kegiatan “Market Day” dengan melibatkan semua siswa dalam proses produksi, distribusi, dan konsumsi. Kegiatan produksi adalah dengan memberikan tanggung jawab kepada siswa berdasakan kelas secara bergantian untuk membuat produk yang memiliki nilai jual dan bermanfaat bagi selurus civitas academica sekolah. Kemudian siswa diminta untuk menjual produknya (distribusi), sedangkan siswa yang lainnya termasuk para guru bertanggung jawab sebagai konsumen (pembeli). Kegiatan “Market Day” bisa dilakukan secara mandiri (memproduksi barang secara individu) atau secara klasikal (memproduksi barang dengan berkelompok) sesuai minat siswa dan produk yang akan diproduksikan.
Untuk satuan pendidikan TK dan SD kegiatan di atas tidak sepenuhnya dibebankan kepada siswa. Peran orang tua dan guru juga diperlukan dan harus disertakan. Para siswa dalam “Market Day” hanya sebatas distributor. Sedangkan kegiatan produksinya bisa melibatkan orang tua maupun guru. Satu lagi yang perlu ditambahkan adalah fungsi kontrol ketika kegiatan distribusi berlangsung, disini dibutuhkan peran guru, karena “Market Day” biasanya dilaksanakan di area sekolah. Fungsi kontrol bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa berjual beli yang benar, mengajarkan siswa yang belum bisa bertransaksi dalam bentuk uang dan barang. Sedangkan yang menjadi konsumennya adalah semua siswa dan guru.
Kegiatan “Market Day” bukan hanya mengajarkan tata cara bertransaksi bagi siswa. Tetapi banyak nilai moril yang bisa ditanamkan kepada para siswa, seperti kemandirian, kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, komunikasi interpersonal, membantu siswa dalam memahami pelajaran yang berkaitan dengan kegiatan “Market Day”, serta menanamkan nilai-nilai syari’at Islam yang benar dalam kegiatan jual-beli kepada siswa yang berhubungan erat dengan Pendidikan Agama Islam.
6.        Kegiatan “Family Day”
Dalam membuat program “Family Day”, dimana ayah dan bunda terlibat dalam kegiatan sekolah diantaranya menampilkan pentas, hasil karya yang di buat anak serta berbagai makanan yang telah anak coba pada program masak-memasak. Dalam program ini, diharapkan orang tua bertanya tentang proses pembuatannya sehingga titik berat kegiatan ini adalah bagaimana anak bisa menjelaskan pada orang dewasa karya yang telah mereka buat, dan juga mengajarkan pembelajaran kewirausahaan bahwa apa yang telah mereka buat dapat mengahasilkan karya dan uang. Dalam program “Family Day” ini juga, orang tua diminta untuk dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan kewirausahaan yang anak lakukan, yaitu dengan membeli hasil karya anak, dan seluruh hasil penjualannya ditabung sebagai kas kelas.
Pada saat “Family Day” yang mengundang adalah anak, bukan pihak sekolah, anak-anak membuat surat undangan dan ditandatangani kesanggupan orang tua untuk hadir. Pada saat acara ini juga orang tua turut serta membantu melancarkan program sekolah dalam kemampuan berkomunikasi dengan anak dan memaparkan kepada orang dewasa mengenai proses pembuatan suatu karya. Pada saat orang tua  membeli beberapa makanan yang di jual oleh anak-anak, terjadilah transaksi secara ekonomi. Setelah semua dagangan habis terjual, setiap kelompok menghitung hasil usahanya, uang hasil tersebut disimpan dalam kas kelas dan dapat digunakan dalam kegiatan bersama nantinya.
7.        Anak-anak bisa diajak berkarya wisata atau mengunjungi tempat perbelanjaan
Terlebih dahulu anak-anak dibekali oleh orangtua, antara lain uang secukupnya dan catatan apa yang akan dibeli oleh anak. Peran orangtua dalam kegiatan ini tidak lebih sebagai pengawas dan motivator, urusan membeli kita serahkan pada anak-anak. Sebab dengan belanja sendiri anak-anak nantinya mengerti arti dari belanja dan membelanjakan. Mereka akan belajar menghitung, membayar, dan menerima kembaliannya. Selain itu, dalam kegiatan ini anak dapat juga dilatih tentang kebutuhan-kebutuhan apa saja yang harus diutamakan untuk dibeli dan kebutuhan apa saja yang dapat ditunda pembeliannya. Sehingga secara tidak langsung, anak akan dapat mengerti tentang makna akan kebutuhan primer dan sekunder.
8.        Mengajak anak berkunjung ke produsen pembuatan kue pada saat libur sekolah
Saat ini mulai banyak produsen kue bermunculan membuat progam trip di dapur produksi mereka yang dikhususkan untuk anak-anak, seperti yang sering dilakukan Pizza Hut. Anak-anak diajak ke dapur produksi, sehingga anak-anak akan mengetahui proses pembuatan kue, mulai dari pengolahan kue sampai pengemasan kue. Mereka akan mengetahui langsung proses pembuatan kue tersebut. Hal ini merupakan pengalaman baru bagi mereka, sehingga anak akan tertarik dan terkesan. Rasa tertarik dan terkesan ini akan terbawa ke alam bawah sadar anak, sehingga kelak anak akan merasa tidak asing lagi dengan proses produksi, dan bahkan dapat menumbuhkan minat dan motivasi anak dalam membuka suatu lapangan kerja atau bentuk usaha baru pada saat anak dewasa nanti. Kunjungan seperti ini diharapkan akan menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan kepada anak-anak.
9.        Memancing (stimulasi) anak untuk berfikir kreatif dan berani mengambil resiko
Misalnya, orangtua mengajak anak berjalan-jalan, ke toko atau pedagang stiker. Orang tua bisa menanyakan kepada anak, apakah anak tertarik untuk membeli stiker, kemudian dijual lagi di sekolahnya, dengan harga yang lebih tinggi. Beri pengertian juga kepada anak, jika dapat menjualnya, maka keuntungannya bisa ditabung sebagai simpanan dana bagi kebutuhan pribadi anak nantinya. Sampaikan tawaran itu dengan penuh keakraban. Namun, satu hal yang perlu dicatat, dalam kegiatan ini orangtua tidak boleh membebani anak.
10.    Berwirausaha dengan bermodalkan jasa pada orang lain yang membutuhkan
Menawarkan suatu jasa pun bisa menghasilkan uang. Misalnya ; jasa menyapu halaman rumah, mencuci sepeda, menjaga adik, merawat binatang kesayangan milik tetangga, membungkus kado dan lain sebagainya. Dalam hal ini, anak tidak hanya belajar tentang bagaimana berwirausaha yang dapat menghasilkan uang hanya dengan bermodalkan jasa saja, akan tetapi anak juga dapat belajar mengenai kejujuran, tanggung jawab, saling menghargai, dan tolong-menolong. Sehingga anak akan mendapatkan nilai lebih dari apa yang telah dilakukannya.
11.    Membantu usaha orangtua saat liburan atau akhir pekan
Menanamkan jiwa kewirausahaan pada diri anak tidak hanya dilakukan di lingkungan sekolah saja, akan tetapi dapat pula dilakukan di rumah dengan bantuan dan dukungan dari orangtua. Terutama jika orangtua memiliki usaha sendiri. Dalam hal ini misalnya, orangtua dapat meminta anak untuk dapat melayani pembeli dengan baik dan ramah, memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat membantu dalam mengurusi administrasi usaha tersebut, atau dapat pula memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat mengurusi bagian pengemasan atau penataan setting usaha. Sehingga melalui kegiatan ini, anak dapat belajar tentang bagaimana cara berwirausaha yang baik, agar usaha yang diciptakannya dapat berkembang dengan pesat tentunya dengan penataan administrasi dan setting usaha yang menarik bagi konsumen. Kegiatan ini juga dapat melatih dan mengembangkan kejujuran, ketekunan, dan kedisplinan pada diri anak dalam menjalankan suatu usaha maupun dalam kehidupan bermasyarakatanantinya.
12.    Membuat buku cerita bergambar atau buku catatan kecil dan menjualnya kepada teman-teman bermain atau teman-teman sekolah

Menanamkan jiwa berwirausaha pada anak dapat pula dilakukan dari hal yang paling kecil dan sedrhana yang dekat dengan kehidupan anak. Dengan mengandalkan hobi, kreativitas, imajinasi dan ketekunan anak, anak dapat membuat suatu buku bergambar atau buku catatan kecil dengan bahan-bahan yang sederhana, yang kemudian dijual kepada teman-teman bermainnya. Kegiatan ini tentunya memerlukan dukungan dan bimbingan dari orangtua, agar anak dapat lebih terarah dalam menciptakan suatu hal yang dapat bermanfaat bagi oranglain dan menguntungkan bagi dirinya sendiri. Uang hasil berjualan buku cergam atau buku catatan kecil ini kemudian ditabung untuk membeli kebutuhan pribadi anak sendiri nantinya.

6 komentar:

  1. thx utk postingan yg sangat bermanfaat gan, yuk kunjungi https://www.uma.ac.id/ kampus terbaik nomor satu di sumatera utara

    BalasHapus
  2. klu mau buat produk pada mata kulia pendidikan kewirausahaan PAUD kira-kira apa yg tepat y

    BalasHapus
  3. Berdasarkan uraian di atas kewirausahaan PAUD LEBIH CENDERUNG kepada membentuk karekter anak pada nilai sebuah usaha dalam diri anak tersebut. Atau lebih dari itu ya terima kasih.

    BalasHapus
  4. Dulu masa kecil saya terutama yang perempuan sukanya jual jualan dengan kertas sebagai uang atau tanpa apa apa seolah olah kita berjualan....
    Ini saya jadi ingat masa kecil dulu...
    Apakah itu yg melandasinya....terima kasih postingannya semoga bermanfaat dan menambah literatur kita.

    BalasHapus
  5. Trimakasih postingannya......
    bisa membuka wawasan kami....

    BalasHapus