A.
Pengertian Dan Konsep Pendidikan Kewirausahaan
Wirausaha
adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam menjalankan
kegiatan usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia bebas merancang, menentukan, mengelola, dan mengendalikan
semua usahanya. Sedangkan kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi
dirinya dan orang lain. Kewirausahaan merupakan sikap
mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarsa dan
bersahaja dalam berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegaitan
usahanya atau kiprahnya. Seseorang yang memiliki jiwa dan sikap wirausaha
selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Dari waktu-ke waktu, hari
demi hari, minggu demi minggu selalu mencari peluang untuk meningkatkan usaha
dan kehidupannya. Ia selalu berkreasi dan berinovasi tanpa berhenti, karena
dengan berkreasi dan berinovasi itulah semua peluang dapat diperolehnya.
Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila
seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses
kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan
dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha. Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai
tambah di pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara
baru dan berbeda agar dapat bersaing.
Nilai tambah tersebut dapat diciptakan melalui
cara-cara sebagai berikut
:
1)
Pengembangan teknologi baru (developing new
technology),
2)
Penemuan pengetahuan baru (discovering new
knowledge),
3)
Perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving existing products or
services),
4)
Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan
barang dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding
different ways of providing more goods and services with fewer resources).
Ada enam hakikat
pentingnya kewirausahaan, yaitu
:
1)
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam
perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat,
proses dan hasil bisnis.
2)
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk
memulai sebuah usaha dan mengembangkan usaha.
3)
Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan
sesuatu yang baru (kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam
memberikan nilai lebih.
4)
Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda.
5)
Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan
menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha.
6)
Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah
dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda
untuk memenangkan persaingan.
Sejalan dengan hal
tersebut, Meredith memberikan ciri-ciri seseorang yang memiliki karakter
wirausaha, yaitu sebagai orang
yang :
a.
Percaya
diri
b.
Berorientasi pada
tugas
dan hasil
c.
Berani mengambil resiko
d.
Berjiwa kepemimpinan
e.
Berorientasi ke masa depan
f.
Keorisinalan
Kewirausahaan tidak muncul secara mendadak, akan tetapi melalui proses
pembelajaran. Perlunya pendidikan kewirausahaan bagi setiap orang antara lain
sebagai berikut :
1.
Tenaga-tenaga wirausaha mempunyai kemampuan luar
biasa. Oleh karena itu, sudah sewajarnya memberikan kesempatan kepada setiap
manusia memiliki kepribadian wirausaha. Ilmu kewirausahaan dapat dibentuk,
dilatih, dididik, dikembangkan dan ditingkatkan jumlahnya.
2.
Seorang yang berjiwa wirausaha, diri sendirinyalah yang menjadikan seorang manusia yang
berkepribadian dan berwatak unggul, memberikan kemampuan untuk membersihkan
sikap mental negatif, serta meningkatkan daya saing dan daya juang untuk
mencapai kemajuan.
3.
Jiwa kewirausahaan merupakan salah satu bekal bagi
seseorang dalam menjalani kehidupan.
4.
Kewirausahaan adalah sumber peningkatan mutu
kepribadian dan kemampuan usaha. Usaha penggalian kewirausahaan sangat mutlak
diharapkan oleh setiap orang.
Pendidikan
kewirausahaan merupakan salah satu bentuk aplikasi kepedulian dunia pendidikan
terhadap kemajuan bangsanya. Di dalam pendidikan kewirausahaan akan diperlihatkan
beberapa hal mengenai kewirausahaan, diantaranya adalah nilai dan bentuk kerja
untuk mencapai kesuksesan. Dalam arti yang lebih
luas bahwa pendidikan kewirausahaan adalah pertolongan untuk membelajarkan
manusia Indonesia sehingga mereka memiliki kekuatan pribadi yang dinamis dan
kreatif sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila.
B. Tujuan Dan Perlunya
Pengenalan
Pendidikan Kewirausahaan Sejak Dini
Karakter seorang anak dibangun melalui apa yang didengarkan, apa yang
dilihat dan apa yang dirasakan. Pendengaran dan penglihatan adalah pintu masuk
pelajaran sebelum masuk menempa hati nuraninya. Melalui seluruh indera yang
manusia miliki inilah, akan muncul pembelajaran yang kuat terkait dengan
apa-apa yang diterima oleh indera. Bila anak terbiasa dengan dunia wirausaha
sejak kecil, maka karakter inilah yang akan muncul kelak ketika anak dewasa.
Pembelajaran kewirausahaan (entrepreneurship) lebih mengarah pada
perubahan mental. Mien Uno berpendapat bahwa untuk menjadi wirausahawan
handal dibutuhkan karakter unggul yang meliputi ; pengenalan terhadap
diri sendiri, kreatif, mampu berpikir kritis, mampu memecahkan
permasalahan, dapat berkomunikasi, mampu membawa diri di berbagai lingkungan,
menghargai waktu, mampu berbagi dengan orang lain, mampu mengatasi stres, bisa
mengendalikan emosi dan mampu membuat keputusan.
Berwirausaha bukan hanya dunianya
orang dewasa, tetapi juga bisa menjadi bagian dari dunianya anak-anak. Bedanya,
berwirausaha pada anak-anak tidak bisa dijalankan sendirian, namun membutuhkan
bimbingan dan dukungan dari orang dewasa, orangtua maupun guru. Anak-anak
yang mengenal dunia wirausaha sejak dini, akan mendapatkan manfaat yang besar untuk
bekal masa depan kelak. Pada tahapan usia dini, anak-anak yang belajar
menumbuhkan pembelajaran wirausaha akan tumbuh menjadi pribadi yang kreatif.
Kreativitas yang terlatih sejak dini, termasuk melalui berbagai kegiatan
kewirausahaan menjadi modal utama produktivitas dan kemandirian anak ketika
dewasa nanti. Jiwa wirausaha (entrepreneurship) harus
ditanamkan oleh para orang tua dan sekolah ketika anak-anak mereka dalam usia
dini. Mengingat bahwa kewirausahaan ternyata lebih kepada menggerakkan
perubahan mental. Jadi tak perlu dipertentangkan apakah kemampuan wirausaha itu
berkat adanya bakat atau hasil dari proses pendidikan.
Pembelajaran kewirausahaan pada diri anak tidak serta merta ada, akan tetapi
memerlukan latihan secara bertahap. Bisa dimulai dari hal-hal kecil dalam
aktivitas keseharian anak. Misalnya, membereskan mainan selesai bermain,
rajin sikat gigi sebelum tidur dan membereskan tempat tidur. Ini merupakan
latihan berdisiplin, bertanggung jawab dan awal pengajaran tentang
kepemilikan. Latihan selanjutnya, mengajarkan anak untuk mampu mengelola
uang dengan baik. Latihan yang perlu diajarkan bukan hanya cara membelanjakan,
tapi juga menabung, sedekah dan mencari uang.
Hal lain yang juga penting adalah dukungan dari orang tua kepada anak.
Dukungan tidak hanya dapat berupa finansial tapi juga motivasi agar anak mau
berpikir kritis untuk mengeluarkan ide. Bentuk motivasi itu antara lain
bisa berwujud ucapan selamat ketika tanaman yang dipelihara anak dapat tumbuh
dan anak dapat memetik hasilnya atau dorongan semangat untuk pantang
menyerah. Pengakuan dan dukungan dari orang tua akan menentukan
perkembangan minat dan percaya diri anak. Sekolah sebagai wadah bagi anak
mendapatkan ilmu dan menerapkan ilmunya untuk mengembangkan pembelajaran
kewirausahaan anak, sedangkan orang tua sebagai motivator bagi anak dalam
mewujudkan segala hal tersebut. Sekolah dan orang tua merupakan kunci sukses
dari program kewirausahaan pada anak usia dini.
Penumbuhan pembelajaran kewirausahaan perlu ditumbuhkan sejak dini, bukan
hanya dalam dataran pembentukan kognitif dengan memberitahu anak tentang definisi
kewirausahaan, manfaatnya dan caranya. Tetapi kewirausahaan dapat
diintegrasikan dalam tema pembelajaran melalui kurikulum yang telah ada. Hal
ini dapat dilakukan oleh guru secara kreatif pada saat pemberian materi
pembelajaran yang dilakukan seraya bermain.
Menanamkan jiwa kewirausahaan
kepada anak sejak dini, akan membentuk individu yang memiliki beberapa keterampilan, antara lain :
1.
Managerial
skill (ketrampilan manajerial),
2.
Conceptual
skill (merumuskan tujuan),
3.
Human skill (keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi dan berelasi),
4.
Decision
making skill (keterampilan merumuskan
masalah dan mengambil keputusan),
5.
Time
managerial skill (keterampilan
mengatur dan menggunakan waktu).
Jika anak sejak usia dini sudah diajarkan tentang kewirausahaan, anak akan memiliki keterampilan-keterampilan
tersebut. Sehingga hal ini akan membuat anak menjadi pribadi yang tangguh dalam
menghadapi kehidupannya di masa depan.
Dalam INPRES No. 1 dan 6 Tahun 2010
terdapat 17 nilai kewirausahaan, yang juga dijadikan sebagai landasan dasar
sekaligus tujuan dalam mengenalkan dan menanamkan jiwa wirausaha pada anak usia
dini, yaitu :
Nilai
|
Deskripsi
|
1. Mandiri
|
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas
|
2. Kreatif
|
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil berbeda dari produk atau jasa yang telah ada
|
3. Berani mengambil resiko
|
Kemampuan seseorang untuk menyukai pekerjaan yang
menantang, berani dan mampu mengambil resiko kerja
|
4. Berorientasi pada tindakan
|
Mengambil inisiatif untuk bertindak, dan bukan menunggu,
sebelum sebuah kejadian yang tidak dikehendaki terjadi
|
5. Kepemimpinan
|
Sikap dan perilaku seseorang yang selalu terbuka
terhadap saran dan kritik, mudah bergaul, bekerjasama dan mengarahkan
oranglain
|
6. Kerja keras
|
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam menyelesaikan tugas dan mengatasi berbagai hambatan
|
7. Jujur
|
Perilaku yang didasarkan atas upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan dan
tindakan
|
8 Disiplin
|
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan
|
9. Inovatif
|
Kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka
memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya
kehidupan
|
10. Tanggung jawab
|
Sikap dan perilaku seseorang yang mau dan mampu
melaksanakan tugas dan kewajibannya
|
11. Kerjasama
|
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya mampiu menjalin hubungan dengan orang lain dalam melaksanakan
tindakan dan pekerjaan
|
12. Pantang menyerah (ulet)
|
Sikap dan perilaku seseorang yang tidak mudah
menyerah untuk mencapai suatu tujuan dengan berbagai alternatif
|
13. Komitmen
|
Kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat
seseorang, baik terhadap dirinya maupun orang lain
|
14. Realistis
|
Kemampuan menggunakan fakta atau realita sebagai
landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun
tindakan atau perbuatan
|
15. Rasa ingin tahu
|
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui secara mendalam dan luas dari apa yang dipelajari, dilihat, dan
didengar
|
16. Komunikatif
|
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul,
dan bekerjasama dengan orang lain
|
17. Motivasi kuat untuk sukses
|
Sikap dan tindakan selalu mencari solusi terbaik
|
C. Pendidikan
Kewirausahaan Dalam Membangun Minat Anak
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan
pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di
luar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar
minatnya. Jika seseorang telah melaksanakan kesungguhannya kepada
suatu objek maka minat ini akan menuntun seseorang untuk memperhatikan lebih
rinci dan mempunyai keinginan untuk ikut atau memiliki objek tersebut. Minat
merupakan salah satu aspek psikis manusia yang mendorongnya untuk memperoleh
sesuatu atau untuk mencapai suatu tujuan, sehingga minat mengandung unsur
keinginan untuk mengetahui dan mempelajari dari sesuatu yang diinginkannya itu
sebagai kebutuhannya.
Oleh sebab itu, apa yang dilihat seseorang sudah tentu
akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihatnya itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.
Minat merupakan suatu keinginan yang cenderung menetap pada diri seseorang
untuk mengarahkan pada suatu pilihan tertentu sebagai kebutuhannya, kemudian
dilanjutkan untuk diwujudkan dalam tindakan nyata dengan adanya perhatian pada
objek yang diinginkannya itu untuk mencari informasi sebagai wawasan bagi
dirinya.
Siswa akan mempunyai dorongan yang kuat untuk
berwirausaha apabila menaruh minat yang besar terhadap kegiatan wirausaha.
Dengan adanya minat akan mendorong siswa untuk melakukan suatu aktivitas
tertentu, karena di dalam minat terkandung unsur motivasi atau dorongan yang
menyebabkan siswa melakukan aktivitas sesuai dengan tujuan. Kuatnya dorongan bagi
diri seseorang dapat berubah-ubah sewaktu-waktu. Perubahan tersebut terjadi karena
kepuasan kebutuhan, yakni seseorang telah mencapai kepuasan atas
kebutuhannya. Dengan demikian, dorongan kuat untuk melakukan kegiatan berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan. Apabila kebutuhan terpenuhi, maka akan timbul
kepuasan, sedangkan kepuasan itu sendiri sifatnya menyenangkan. Hal ini berarti
bahwa dorongan untuk berhubungan lebih aktif dengan obyek yang menarik ini
disertai dengan perasaan senang.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat
siswa untuk berwirausaha, diantaranya
:
1.
Kemauan
Kemauan adalah suatu kegiatan yang menyebabkan
seseorang mampu untuk melakukan tindakan dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan
adanya kemauan seseorang untuk mencoba berwirausaha,
ini merupakan suatu hal yang
baik.
2.
Ketertarikan
Ketertarikan adalah perasaan senang, terpikat, menaruh
minat kepada sesuatu. Saat ada ketertarikan dari diri seseorang, maka ada daya juang untuk meraih yang ingin dicapai.
Dalam hal ini adalah ketertarikan untuk mau berwirausaha, maka siswa tersebut
mempunyai minat untuk berwirausaha.
3.
Lingkungan
Keluarga
Berkaitan dengan lingkungan keluarga, maka peran
keluarga sangat penting dalam menumbuhkan minat anak. Orang tua merupakan
pendidik pertama dan sebagai tumpuan dalam bimbingan kasih sayang yang utama.
Maka orang tualah yang banyak memberikan pengaruh dan warna kepribadian
terhadap seorang anak. Dengan demikian mengingat pentingnya pendidikan di
lingkungan keluarga, maka pengaruh di lingkungan keluarga terhadap anak dapat
mempengaruhi apa yang diminati oleh anak.
4.
Lingkungan
Sekolah
Pendidikan di sekolah menjadi tanggung jawab guru.
Jadi pada dasarnya yang berpengaruh terhadap perkembangan siswa yaitu proses
pendidikan di sekolah sebagai bekal untuk diterapkan dalam kehidupan di
lingkungan masyarakat. Seorang guru dalam proses pendidikan juga dapat
memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa dalam menumbuhkan minatnya.
Sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan formal, maka guru berperan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, apalagi yang dibutuhkan orang pada dasarnya
adalah ke arah pengembangan kualitas SDM yang berguna.
D.
Pendidikan Kewirausahaan Dalam Membangun Motivasi Anak
Motivasi adalah
proses membangkitkan, mengarahkan dan memantapkan perilaku arah suatu tujuan.
Motivasi merupakan hal yang melatar belakangi individu berbuat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Motivasi adalah kesediaan individu
untuk mengeluarkan berbagai upaya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Motivasi dapat dicermati dari ketegangan yang dialami oleh individu, semakin besar ketegangannya, semakin tinggi tingkat upaya yang ditunjukkan oleh individu tersebut
dalam
mencapai tujuannya.
Dalam
berwirausaha, peran motivasi
terutama motivasi untuk berhasil menjadi sangat penting. Sebab di dalam
motivasi terdapat sejumlah motif yang akan menjadi pendorong (drive atau stimulus) tercapainya
keberhasilan. Apalagi di dalam motivasi berwirausaha diperlukan daya juang
untuk sukses, mau belajar melihat keberhasilan orang lain, memiliki dorongan
kuat untuk mengatasi semua kendala dalam berwirausaha. Oleh karena itu, untuk
memahami motivasi perlu untuk memahami berbagai jenis kebutuhan. Hal itu
sejalan dengan teori hierarki kebutuhan
(hierarchy of needs) dari Abraham Maslow, yang terdiri dari: kebutuhan
fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan terhadap
harga diri, kebutuhan akan aktualisasi.
Pengertian
motivasi seperti yang dikemukakan di atas mengacu pada timbulnya dorongan.
Sedangkan berwirausaha merupakan salah satu objek pekerjaan di samping
pekerjaan lain, yakni pegawai negeri atau pegawai swasta. Dengan demikian
motivasi berwirausaha diartikan sebagai tenaga dorongan yang menyebabkan siswa
melakukan suatu kegiatan berwirausaha. Dengan demikian adanya perasaan senang
yang menyertai timbulnya motivasi
berwirausaha.
Rangsangan-rangsangan dari objek wirausaha akan dapat menumbuhkan
motivasi, dan motivasi
yang telah tumbuh akan menjadikan
sebagai dorongan dan motor untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan.
Kebutuhan ini
menimbulkan dorongan atau motif untuk berbuat sesuatu. Setelah perbuatan
tersebut dilakukan maka tercapai keadaan seimbang dalam diri siswa. Kebutuhan
yang sudah tercapai dengan hasil baik akan memberikan kepuasan dan timbulnya
rasa puas pada diri siswa akan diikuti perasaan senang. Akan tetapi
keseimbangan tersebut tidak berlangsung untuk selamanya karena akan timbul
ketidakseimbangan baru yang menyebabkan proses motivasi di atas diulangi.
Keberhasilan usaha dalam bidang wirausaha terletak pada sejauhmana motivasi
berprestasi dalam berwirausaha menjiwai usahanya. Semakin tinggi motivasi
berprestasi dalam berwirausaha akan semakin menunjang keberhasilan usaha yang
dicapai. Karena dengan motivasi berwirausaha yang tinggi akan mampu mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan akan mampu menciptakan jalan keluar dari
kesulitan. Selain itu akan selalu didorong oleh pemikiran optimis, semangat
kerja, ulet dan menggunakan program dalam mencapai tujuan di bidang usahanya, dimana kegiatannya tersebut
dilaksanakan
secara teratur dan bertanggung
jawab.
Siswa yang
memiliki motivasi berwirausaha tinggi, berarti mempunyai kemauan untuk berhasil
dalam berwirausaha. Dengan pertimbangan siswa-siswi belum terjun secara aktif
dalam kegiatan wirausaha sehingga tidaklah mungkin mengukur perilakunya dalam
berwirausaha dan dengan asumsi bahwa sikap berwirausaha sangat dekat dengan
perilaku dalam bidang berwirausaha, maka berdasarkan teori dan hasil-hasil
penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
berwirausaha mempengaruhi sikap berwirausaha.
E. Kewirausahaan Menumbuhkan Kecerdasan Finansial
Menurut psikolog anak, Dr Seto
Mulyadi, bila ada seorang anak yang memiliki inisiatif untuk belajar berbisnis
di usia dini, orang tua perlu memberi apresiasi terhadap gagasan tersebut. Inisiatif itu menunjukkan
bahwa anak sudah mulai memiliki kecerdasan finansial. Kecerdasan finansial
adalah kecerdasan untuk mengelola uang. Menambah penghasilan dengan usaha
seperti itu, bukanlah hal yang negatif. Justru hal itu sangatlah disarankan untuk dikenalkan
kepada anak sejak dini. Mengajarkan anak soal menabung dan menambah penghasilan
merupakan suatu cara yang efektif untuk menumbuhkan jiwa enterpreneurship
pada si kecil.
Kecerdasan finansial dan jiwa wirausaha bisa dikenalkan orang tua kepada anaknya sejak
dini. Yang perlu ditekankan adalah cara mendidik anak dengan suasana yang
menyenangkan, dan tidak memaksa kehendak kepada anak. Caranya sekali-kali
ajaklah anak ke bank. Begitu sampai di bank, orang tua bisa menjelaskan kepada
mereka bahwa sebenarnya uang bisa ditabung. Jelaskan pula kepada mereka, untuk
bisa membeli sesuatu yang diinginkan, maka uang harus ditabung dulu. Bisa juga
mengajak anak-anak ke supermarket. Orangtua bisa menjelaskan istilah harga,
keuntungan, mahal, dan murah. Berikan pengertian kepada anak, bila ada sebuah
barang yang dijual denga harga Rp 10.000,- orangtua bisa memberi penjelasan kepada si anak bahwa harga barang itu
sebetulnya lebih murah, misalnya seharga Rp 9.000,-. Harganya
tersebut jadi lebih mahal, karena supermarket perlu mengambil untung. Orang tua
bisa menjelaskan, nilai selisih atau keuntungan itu digunakan supermarket untuk
membayar karyawan, listrik, sewa gedung, dan keperluan lainnya. Hal seperti itu
perlu dikenalkan sejak dini dengan cara yang mudah dan menyenangkan.
Bila sang anak sudah mulai
memiliki inisiatif untuk berbisnis, orang tua tinggal membuat semacam
rambu-rambu yang tentu saja harus dipahami sang anak. Salah satu hal yang perlu
ditanamkan adalah soal kejujuran. Orang tua bisa menjelaskan bahwa dalam
berbisnis tidak boleh berbohong. Orang tua juga perlu memberi penjelasan bahwa
kegiatan sang anak hanyalah semacam kegiatan ekstrakurikuler. Dengan begitu,
tugas utamanya adalah tetap belajar.
Berbisnis atau jualan kecil-kecilan di sekolah hanyalah kegiatan tambahan.
Inisiatif bisnis kecil-kecilan itu harus muncul dari si anak. Jangan pernah
orang tua memaksanya. Orangtua tidak bisa
memaksa si anak untuk berbisnis kecil-kecilan. Namun, bisa merangsang mereka
agar jiwa kewirausahaan dan kecerdasan finansialnya tumbuh.
Menurut konsultan bisnis, Ir. Sri Bramantoro Abdinagoro, menanamkan jiwa kewirausahaan pada anak sejak
usia dini bisa dilakukan dengan suasana yang riang dan menyenangkan. Tetapi
semua kembali lagi ke anak, jadi orangtua mengajarkan kepada anak berdasarkan
kemauan anak, orangtua tidak boleh memaksa atau mengarahkan, sehingga anak
tidak merasa terbebani, dan mau melakukan hal tersebut dengan senang dan
sukarela. Hal yang dilakukan orangtua adalah memfasilitasi anak.
Baik psikolog anak Dr Seto
Mulyadi maupun konsultan bisnis Ir. Sri Bramantoro Abdinagoro, berpendapat tentang manfaat belajar berbisnis
dan mengelola uang sejak dini. Menurut Dr Seto Mulyadi, saat ini sangat banyak
orang yang bergelar master dan doktor, namun kemampuan mengelola uangnya sangat
rendah. Itu karena mereka tak memiliki kecerdasan finansial. Selain itu anak yang sejak dini diajarkan cara mengelola uang, juga
bisa tumbuh menjadi pribadi yang kreatif dan mandiri. Tak cuma itu, mereka pun
bisa memiliki jiwa kewirausahaan.
F.
Contoh
Program Kegiatan Kewirausahaan Pada Anak Usia Dini
Sejak tahun 2009 lalu, pemerintah sudah menyusun
kurikulum berbasis enterpeneurship
yang seharusnya dapat diintegrasikan dalam pembelajaran. Tujuannya antara lain
ialah bagaimana mempersiapkan generasi muda yang kompetitif serta bisa membuka
dunia usaha baru, termasuk mampu memberikan lapangan kerja untuk orang lain.
Mencetak wirausaha tentu tidaklah semudah membalikkan
telapak tangan. Perlu sebuah sistem yang baik, dijalankan secara konsisten,
dikontrol, dan ditanamkan sejak dini pada setiap insan Indonesia. Kurikulum
yang diterapkan harus terintegrasi dengan karakter kewirausahaan. Sehingga
siswa sudah dapat dikenalkan pada kewirausahaan sejak dini (satuan pendidikan
tingkat TK/SD).
Kegiatan pembelajaran kewirausahaaan direncanakan secara khusus dan diikuti
oleh peserta didik. Dalam program pembelajaran kewirausahaan, perencanaan dan
pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian
kedalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan di rumah atau sekolah. Pada
tingkat pendidikan dasar, penanaman konsep-konsep terkait dengan kegiatan
kewirausahaan pada anak didik dapat diberikan kepada mereka mengenai hal-hal
yang terkait dengan kegiatan kewirausahaan, walau hanya sebatas pengenalan yang
minimalis.
Pembelajaran kewirausahaan di lingkungan anak usia dini dapat
dilakukan dengan berbagai kegiatan belajar melalui bermain sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan
dan berkewenangan di sekolah, sehingga dapat memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk dapat mengekspresikan dirinya secara bebas melalui kegiatan
mandiri dan atau kelompok.
Menumbuhan sifat wirausaha pada diri anak memerlukan latihan bertahap.
Latihan wirausaha ini bukanlah sesuatu yang rumit. Kegiatan anak di PAUD
bersama guru dan teman sebayanya dapat dimaksimalkan dalam menanamkan pola
pikir untuk menjadi seorang wirausaha (entrepreneur), serta
memberikan pembiasaan-pembiasaan yang positif terhadap anak terkait dengan
nilai-nilai positif yang terdapat dalam jiwa seorang wirausaha. Hal-hal yang
dapat guru lakukan antara lain ; memberikan fasilitas, metode mengajar yang
kreatif, mengaitkan apa yang diajarkan dengan berpikir layaknya seorang
wirausaha. Agar kelak ketika dewasa nanti anak akan terbiasa dengan kegiatan
kewirausahaan dan yang terpenting lagi anak tidak akan takut dalam mengambil
resiko. Kegiatan sekolah yang berkaitan dengan kewirausahaan merupakan
penyeimbang bagi anak untuk menerapkan apa yang anak
peroleh dari pelajaran yang telah diajarkan oleh guru, misalnya ketika
ada tema tumbuhan, guru bisa mengajarkan cara menanam tumbuhan, merawatnya
sampai dengan bagaimana memanfaatkan tumbuhan.
Berdasarkan
dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak usia pra-sekolah dasar
(PAUD), bahwa sudah ada beberapa aktivitas yang dilakukan untuk menanamkan
sikap entrepreneurship sedari dini,
baik yang diajarkan oleh orangtua di rumah maupun oleh guru di sekolah.
Diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Penanaman jiwa wirausaha melalui metode
bercerita
Menurut psikolog anak, Dr. Seto Mulyadi, cara yang mudah untuk dilakukan orangtua adalah dengan cara
bercerita. Misalnya saja, orangtua bisa menceritakan kisah tentang teman yang
dulu sejak kecil sudah bisa mencari uang dengan berbisnis kecil-kecilan. Selain
itu, orang tua juga bisa bercerita soal kisah sukses dan masa kecil para
pengusaha ternama. Setelah bercerita, yakinkan pula pada sang anak, bahwa
dirinya juga bisa sukses seperti itu. Sehingga, anak akan menjadi tertantang
untuk mengikuti kisah sukses itu.
2.
Pendidikan kewirausahaan diintegrasikan dalam mata
pelajaran, muatan lokal, kegiatan ekstrakurikuler, pengembangan diri, kultur
sekolah atau aturan-aturan yang dibuat oleh sekolah
Kegiatan berwirausaha dapat dijadikan sebuah event
kompetisi bagi peserta didik, misalkan lomba karya seni, lomba memasak dan
mengemas produk sehingga memiliki nilai jual, lomba kerajinan tangan, dan
sebagainya. Kemudian hasil karya siswa tersebut dipasarkan dan di jual.
Selanjutnya masing-masing individu atau kelompok peserta lomba diberi nilai
sesuai indikator penilaian yang telah ditentukan dan diberi penghargaan atas
keberhasilan yang peserta didik peroleh.
3.
Mengajak siswa melakukan kegiatan dasar kewirausahaan,
misalnya kegiatan ekonomi di kelas, kebiasaan usaha, yaitu warung kelas
Warung kelas dapat dijadikan sebagai dasar penanaman
jiwa kewirausahaan. Sebab pada kegiatan ini, semua hal dari anak didik, untuk
anak didik dan oleh anak didik. Warung kelas ini adalah milik siswa sehingga
setiap anak mempunyai tanggung jawab dan kewajiban yang sama dalam upaya
peningkatan dan kelancaran penjualan jajanan yang ada. Setelah jajanan habis,
maka beberapa orang secara bergantian bertugas untuk belanja makanan dan
jajanan untuk periode jualan ke depan. Pada saat inilah, anak dapat mengetahui
apakah warung kelasnya mendapatkan untung ataukah tidak. Dan, nilai keuntungan
tersebut dapat ditambahkan untuk belanja sekaligus memperbanyak barang
dagangan.
Dengan cara ini, maka tumbuh kesadaran dalam jiwa anak
didik bahwa mereka dapat melakukan kegiatan usaha. Kesadaran ini diyakini dapat
memicu semangat kewirausahaan pada anak-anak. Dalam konteks ini yang paling
dibutuhkan adalah bimbingan guru agar kegiatan ini tidak mengganggu proses
pendidikan anak. Artinya, warung kelas hanya dibuka pada saat sebelum masuk
waktu pembelajaran dan pada saat jam istirahat saja. Di luar kedua jam
tersebut, maka secara tegas guru melarang adanya transaksi jual beli.
4.
Membuat kue dan minuman ringan dan menjualnya dalam
acara-acara tertentu
Untuk
dapat menanamkan jiwa berwirausaha kepada anak, guru dapat memberikan suatu
kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan orangtua dan anak. Seperti misalnya
acara Cooking Classes And Food Bazaar, dimana
acara ini merupakan acara memasak bersama antara anak dan orangtua, dengan
dibimbing oleh guru atau pendidik yang menu makanannya dapat disesuaikan dengan
kesukaan anak-anak. Setelah itu, makanan-makanan yang dibuat tersebut dijual ke
dalam acara Food Bazaar pada hari itu
juga, dengan penjual adalah anak-anak itu sendiri dan orangtua siswa sebagai
pembelinya atau dapat juga melibatkan masyarakat luar di sekitar lingkungan
sekolah anak.
5.
Membuat craft dan menjualnya dalam acara “Market Day”
Salah satu contoh aplikasi pendidikan terintegrasi mengenai kewirausahaan
adalah kegiatan “Market Day” dengan melibatkan semua siswa dalam proses
produksi, distribusi, dan konsumsi. Kegiatan produksi adalah dengan memberikan
tanggung jawab kepada siswa berdasakan kelas secara bergantian untuk membuat
produk yang memiliki nilai jual dan bermanfaat bagi selurus civitas
academica sekolah. Kemudian siswa diminta untuk menjual produknya
(distribusi), sedangkan siswa yang lainnya termasuk para guru bertanggung jawab
sebagai konsumen (pembeli). Kegiatan “Market Day” bisa dilakukan secara
mandiri (memproduksi barang secara individu) atau secara klasikal (memproduksi
barang dengan berkelompok) sesuai minat siswa dan produk yang akan
diproduksikan.
Untuk satuan pendidikan TK dan SD kegiatan di atas tidak sepenuhnya
dibebankan kepada siswa. Peran orang tua dan guru juga diperlukan dan harus
disertakan. Para siswa dalam “Market Day” hanya sebatas distributor.
Sedangkan kegiatan produksinya bisa melibatkan orang tua maupun guru. Satu lagi
yang perlu ditambahkan adalah fungsi kontrol ketika kegiatan distribusi
berlangsung, disini dibutuhkan peran guru, karena “Market Day” biasanya
dilaksanakan di area sekolah. Fungsi kontrol bertujuan untuk mengajarkan kepada
siswa berjual beli yang benar, mengajarkan siswa yang belum bisa bertransaksi
dalam bentuk uang dan barang. Sedangkan yang menjadi konsumennya adalah semua
siswa dan guru.
Kegiatan “Market Day” bukan hanya mengajarkan tata cara bertransaksi
bagi siswa. Tetapi banyak nilai moril yang bisa ditanamkan kepada para siswa,
seperti kemandirian, kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, komunikasi
interpersonal, membantu siswa dalam memahami pelajaran yang berkaitan dengan
kegiatan “Market Day”, serta menanamkan nilai-nilai syari’at Islam yang
benar dalam kegiatan jual-beli kepada siswa yang berhubungan erat dengan
Pendidikan Agama Islam.
6.
Kegiatan “Family Day”
Dalam membuat program “Family Day”,
dimana ayah dan bunda terlibat dalam kegiatan sekolah diantaranya menampilkan
pentas, hasil karya yang di buat anak serta berbagai makanan yang telah anak
coba pada program masak-memasak. Dalam program ini, diharapkan orang tua
bertanya tentang proses pembuatannya sehingga titik berat kegiatan ini adalah
bagaimana anak bisa menjelaskan pada orang dewasa karya yang telah mereka buat,
dan juga mengajarkan pembelajaran kewirausahaan bahwa apa yang telah mereka
buat dapat mengahasilkan karya dan uang. Dalam program “Family Day” ini juga, orang tua diminta untuk dapat ikut
berpartisipasi dalam kegiatan kewirausahaan yang anak lakukan, yaitu dengan
membeli hasil karya anak, dan seluruh hasil penjualannya ditabung sebagai kas
kelas.
Pada saat “Family Day” yang
mengundang adalah anak, bukan pihak sekolah, anak-anak membuat surat undangan
dan ditandatangani kesanggupan orang tua untuk hadir. Pada saat acara ini juga
orang tua turut serta membantu melancarkan program sekolah dalam kemampuan
berkomunikasi dengan anak dan memaparkan kepada orang dewasa mengenai proses
pembuatan suatu karya. Pada saat orang tua membeli beberapa makanan yang
di jual oleh anak-anak, terjadilah transaksi secara ekonomi. Setelah semua
dagangan habis terjual, setiap kelompok menghitung hasil usahanya, uang hasil
tersebut disimpan dalam kas kelas dan dapat digunakan dalam kegiatan bersama
nantinya.
7.
Anak-anak
bisa diajak berkarya wisata atau mengunjungi tempat perbelanjaan
Terlebih dahulu anak-anak
dibekali oleh orangtua, antara lain
uang secukupnya dan catatan apa yang akan dibeli oleh anak. Peran orangtua
dalam kegiatan ini tidak lebih sebagai pengawas dan motivator, urusan membeli
kita serahkan pada anak-anak. Sebab dengan belanja sendiri anak-anak nantinya
mengerti arti dari belanja dan membelanjakan. Mereka akan belajar menghitung,
membayar, dan menerima kembaliannya. Selain itu, dalam kegiatan ini anak
dapat juga dilatih tentang kebutuhan-kebutuhan apa saja yang harus diutamakan
untuk dibeli dan kebutuhan apa saja yang dapat ditunda pembeliannya. Sehingga
secara tidak langsung, anak akan dapat mengerti tentang makna akan kebutuhan
primer dan sekunder.
8.
Mengajak anak
berkunjung ke produsen pembuatan kue pada saat libur sekolah
Saat ini mulai banyak produsen kue bermunculan membuat progam trip di dapur produksi mereka yang dikhususkan untuk anak-anak, seperti yang sering dilakukan Pizza Hut.
Anak-anak diajak ke dapur produksi, sehingga anak-anak akan mengetahui proses
pembuatan kue, mulai dari pengolahan kue sampai pengemasan kue. Mereka akan
mengetahui langsung proses pembuatan kue tersebut. Hal ini merupakan pengalaman
baru bagi mereka, sehingga anak akan tertarik dan terkesan. Rasa tertarik dan
terkesan ini akan terbawa ke alam bawah sadar anak, sehingga kelak anak akan
merasa tidak asing lagi dengan proses produksi, dan bahkan dapat menumbuhkan minat
dan motivasi anak dalam membuka suatu lapangan kerja atau bentuk usaha baru
pada saat anak dewasa nanti. Kunjungan
seperti ini diharapkan akan menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan kepada
anak-anak.
9.
Memancing (stimulasi) anak untuk berfikir kreatif dan berani mengambil resiko
Misalnya, orangtua mengajak
anak berjalan-jalan, ke toko atau pedagang stiker. Orang tua bisa menanyakan
kepada anak, apakah anak tertarik untuk membeli stiker, kemudian dijual lagi di
sekolahnya, dengan harga yang lebih tinggi. Beri pengertian juga kepada anak,
jika dapat menjualnya, maka
keuntungannya bisa ditabung sebagai simpanan dana bagi kebutuhan pribadi
anak nantinya. Sampaikan tawaran itu dengan
penuh keakraban. Namun, satu hal yang perlu dicatat, dalam kegiatan ini orangtua tidak boleh membebani anak.
10.
Berwirausaha dengan bermodalkan jasa pada orang lain
yang membutuhkan
Menawarkan suatu jasa pun bisa menghasilkan uang. Misalnya ; jasa menyapu
halaman rumah, mencuci sepeda, menjaga adik, merawat binatang kesayangan milik
tetangga, membungkus kado dan lain sebagainya. Dalam hal ini, anak tidak hanya
belajar tentang bagaimana berwirausaha yang dapat menghasilkan uang hanya
dengan bermodalkan jasa saja, akan tetapi anak juga dapat belajar mengenai
kejujuran, tanggung jawab, saling menghargai, dan tolong-menolong. Sehingga
anak akan mendapatkan nilai lebih dari apa yang telah dilakukannya.
11.
Membantu usaha orangtua saat liburan atau akhir pekan
Menanamkan jiwa kewirausahaan pada diri anak tidak hanya dilakukan di
lingkungan sekolah saja, akan tetapi dapat pula dilakukan di rumah dengan
bantuan dan dukungan dari orangtua. Terutama jika orangtua memiliki usaha
sendiri. Dalam hal ini misalnya, orangtua dapat meminta anak untuk dapat
melayani pembeli dengan baik dan ramah, memberikan kesempatan kepada anak untuk
dapat membantu dalam mengurusi administrasi usaha tersebut, atau dapat pula
memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat mengurusi bagian pengemasan atau
penataan setting usaha. Sehingga
melalui kegiatan ini, anak dapat belajar tentang bagaimana cara berwirausaha
yang baik, agar usaha yang diciptakannya dapat berkembang dengan pesat tentunya
dengan penataan administrasi dan setting
usaha yang menarik bagi konsumen. Kegiatan ini juga dapat melatih dan
mengembangkan kejujuran, ketekunan, dan kedisplinan pada diri anak dalam
menjalankan suatu usaha maupun dalam kehidupan bermasyarakatanantinya.
12. Membuat
buku cerita bergambar atau buku catatan kecil dan menjualnya kepada teman-teman
bermain atau teman-teman sekolah
Menanamkan jiwa berwirausaha pada anak dapat pula
dilakukan dari hal yang paling kecil dan sedrhana yang dekat dengan kehidupan
anak. Dengan mengandalkan hobi, kreativitas, imajinasi dan ketekunan anak, anak
dapat membuat suatu buku bergambar atau buku catatan kecil dengan bahan-bahan
yang sederhana, yang kemudian dijual kepada teman-teman bermainnya. Kegiatan
ini tentunya memerlukan dukungan dan bimbingan dari orangtua, agar anak dapat
lebih terarah dalam menciptakan suatu hal yang dapat bermanfaat bagi oranglain
dan menguntungkan bagi dirinya sendiri. Uang hasil berjualan buku cergam atau
buku catatan kecil ini kemudian ditabung untuk membeli kebutuhan pribadi anak
sendiri nantinya.
trmksh postingannya... salam literasi
BalasHapusthx utk postingan yg sangat bermanfaat gan, yuk kunjungi https://www.uma.ac.id/ kampus terbaik nomor satu di sumatera utara
BalasHapusklu mau buat produk pada mata kulia pendidikan kewirausahaan PAUD kira-kira apa yg tepat y
BalasHapusBerdasarkan uraian di atas kewirausahaan PAUD LEBIH CENDERUNG kepada membentuk karekter anak pada nilai sebuah usaha dalam diri anak tersebut. Atau lebih dari itu ya terima kasih.
BalasHapusDulu masa kecil saya terutama yang perempuan sukanya jual jualan dengan kertas sebagai uang atau tanpa apa apa seolah olah kita berjualan....
BalasHapusIni saya jadi ingat masa kecil dulu...
Apakah itu yg melandasinya....terima kasih postingannya semoga bermanfaat dan menambah literatur kita.
Trimakasih postingannya......
BalasHapusbisa membuka wawasan kami....